#15 : Nazhor

92 13 5
                                    

Selain menjadi Istri Sholehah,
Seorang perempuan sebelum menikah juga mempunyai kewajiban menjadi anak Sholehah.

--------------------------------------------

Setelah mencoba berulang shalat Istikharah, Raysel tak kunjung mendapatkan jawaban dari Sang Khaliq. Ia mencoba pasrah dengan pilahan kedua orang tuanya.

Satu pekan berlalu, hari adalah pertemuan Raysel pertama kali dengan lelaki yang akan menjadi suaminya, yaitu lelaki pilihan kedua orang tuanya.

" Raysel, ba'da Maghrib InsyaAllah calon suamimu akan datang bersama keluarganya. Bantu Umi siap-siap ya nak." Ucap Toriq, kemudian diangguki oleh putrinya.

" Ngak usah Abi, Raysel siap-siap aja. Umi bisa kok sendiri." Ucap Ilfa.

Raysel hanya tersenyum mendengar perbincangan orang tuanya. Ia berusaha untuk terlihat bahagia dengan keputusan itu.

---

Ba'da Maghrib, tamu yang ditunggu kehadirannya sudah mulai tampak. Mobil Alphard berwarna putih sudah terparkir di depan rumah Raysel.

Seorang lelaki tampak canggung saat keluar dari mobil. Mengingat sebentar lagi ia akan menikah dengan seseorang yang sudah dipilihkan oleh kedua orang tuanya.

" Syahbian, Bismillah ayo nak." Ucap wanita paruh baya, menyadarkan lelaki bernama Syahbian itu. Lelaki itu hanya mengangguk dan mengikuti langkah Ibu nya.

Raysel masih diam di dalam kamar. Rasanya tak sanggup jika ia harus menerima perjodohan itu. Namun,  bagaimana lagi ia tak bisa menolak keinginan Toriq, Abinya.

" Silahkan masuk Pak Cholil, Buk Mardia, dan Nak Syahbian." Ucap Ilfa kala melihat yang ditunggu-tunggu sudah datang.


Dua keluarga berbincang mengenai pernikahan anak-anak mereka. Mereka tampak bahagia, meskipun tak tau apa yang dirasakan dua pasang insan mengenai perjodohan itu.

---

Raysel masih berdiam diri dan bungkam. Lagi-lagi bulir bening luruh. Ia menangis lagi, seraya beristigfar.

Berbeda dengan lelaki bernama Syahbian itu. Dia digerogoti rasa penasaran yang mendalam mengenai calon istrinya. Ia baru saja patah hati, karena ia ditolak oleh orang yang ia cintai. Karena itu ia lebih memilih perjodohan itu untuk mengobati lukanya.

" Bismillahirrahmanirrahim, langsung saja Thoriq. Sebelumnya kita sudah membicarakan perihal perjodohan anak-anak kita. Kami sudah melamarkan putra kami Syahbian pada anak kalian. Namun, alangkah baiknya kita pertemukan mereka dahulu. Sebelum menetapkan tanggal pernikahannya." Mulai Cholil dengan menyampaikan niat baiknya.

" Iya, saya setuju Cholil. Baiklah, kami akan memanggilkan putri kami untuk menemui calon suaminya." Ujar Thoriq.

Ilfa izin untuk memanggil putrinya. Ia melangkah dengan cemas menuju kamar Raysel. Ia berharap Raysel sudah ikhlas dan mantap.

" Assalamua'laikum, putri Umi yang Shalihah, ayo turun nak. Calon suami kamu sudah menunggu di bawah." Raysel tersentak saat mendengar suara Uminya. Ia meraih Niqob berwarna hitam lalu memakainya. Ia menatap pantulan dirinya di depan cermin, dengan gamis berwarna army senada dengan khimar yang ia kenakan.

" Waa'laikumussalam Umi, Iya Ra bentar lagi turun Umi." Jawab Raysel.

Raysel menyiapkan mental sebelum menemui Calon Imamnya. Ia tidak mengetahui seperti apa lelaki itu. Ia
hanya berharap dia lelaki yang baik.

Pelengkap Tulang RusukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang