#3 : Dilema

205 21 0
                                    

Raysel POV

Mentari mulai tenggelam, langit sebentar lagi berganti baju menjadi malam. Semburat cahaya jingga menawan menyejukkan mata. Aku terpukau oleh indahnya maha karya sang Pencipta.

Hari ini aku sangat sibuk, mulai dari persiapan barang-barang yang akan aku bawa untuk besok serta mengurus surat-surat penting yang akan ku bawa ke tanah air.

" Kak Raysel, Sintia pulang." Suara itu sudah tidak asing lagi bagiku.

" Alhamdulillah, udah boleh pulang toh? Beneran Udah sehat Sin?" Aku menatap tak yakin pada Sintia.

" Iya, kak Ra kan besok kakak udah pergi masa Sin ngak ikut nganterin ke Bandara." Aku hanya tersenyum pada Sintia seraya mengangguk.


Kring..kring..kring..

" Assalamua'laikum Ra, Kapan jadinya pulang nak? Umi Rindu." Suara diseberang sana sudah tidak asing lagi bagiku  ketika mengangkat gagang telepon.

" Waa'laikumusaalam, Ra besok pulang Umiku Sayang, ke Turki dulu sih mi. Kira-kira Ra sampai di Kampung halaman tercinta pekan depan. Ra juga rindu banget sama Umi. Eeh iya Umi sehat kan?"

" Yaah masih lama dong. Alhamdulillah, Umi sehat Nak. O iya Umi udah punya calon mantu yang dari Mesir apa belum nih?" Umi menggodaku.

" Ihh Umi kok nanya gitu." Ujarku manyun meskipun Umi tak bisa melihat wajah menggemaskan milikku, hehe.

" Kenapa? Kamu tau ngak Ra, Si Serli teman SD kamu itu sudah baralek, baru aja kemaren."

Baralek merupakan bahasa Minang yang memiliki arti kenduri atau pesta pernikahan.

" Iya Umi, Bentar lagi Raysel nyusul kalau ada calon, hehehe." Aku tak terlalu serius menanggapi Umi.

" Oke, Umi punya calon nih, kemaren ada seorang laki-laki nemui Abi dan Umi. Katanya dia teman ketika kamu Di Madrasah Aliyah dulu, sekarang udah kerja dia jadi Guru sekaligus aktivis dakwah. Namanya Tohir, katanya mau menta'aruf kamu." Kali ini nada bicara umi menjadi serius.

" Hmm, Tohir mi?(sambil berfikir) Oo iya Tohir Ramadhan. Ra inget Umi, dia satu angkatan sama Ra. Beda jurusan sih, Ra kan Agama dan dia Ipa." Jawabku enteng.

" Cuma gitu doang tanggapannya? Umi serius lho Ra, Umi dan Abi setuju kok,  kayaknya di Sholeh."

" Iya Umi, pas ana sampai di rumah kita bahas ya Umi. Besok ana akan berangkat ke Turki, Do'a in ya Umi sayang. Assalamua'laikum." Rasanya aku ingin cepat-cepat mengakhiri obrolan dengan Umi kalau membahas perihal Nikah.

" Iyaa Do'a Umi menyertaimu Sayang. Waa'laikumussalam."

Tuts.. Seketika telepon terputus.

Hari sudah berganti, dengan berat hati hari ini aku meninggalkan Mesir. Walaupun kerinduan untuk pulang juga mencuat di dalam qalbi. Setalah semua barang siap, aku segera menuju bandara dengan diantar teman-teman satu flat beserta Kak Fikri.

Setelah lebih kurang satu jam, akhirnya aku sampai di Bandar Udara Internasional Kairo. Aku bersiap-bersiap menunggu panggilan untuk masuk pesawat. Sejenak aku terpikir mengenai ucapan Umi mengenai Thohir. Apakah setelah aku sampai di Indonesia aku akan langsung menikah. Padahal, aku belum mau terburu-buru.

" Penumpang menuju Turki, diharapkan memasuki ruang Tunggu, karena pesawat akan segera berangkat." Tiba-tiba aku tersentak dari lamunan.

" Kak Ra, Siap-siap ya kak Ra. Fii Amanillah." Rahmah memelukku erat dan diikuti dengan yang lain.

" Raysel semoga selamat sampai tujuan ya, sebelumnya ini alamat e-mail ku." Fikri kak angkat bicara sebelum aku pergi sambil menyodorkan sebuah kertas bertuliskan sebuah alamat e-mail.

Aku segera bergegas menuju ruang tunggu. Bismillah, sebentar lagi aku berangkat. Aku tak henti-hentinya berdo'a agar selamat sampai tujuan.

Setelah waktu keberangkatan yang ditetapkan telah tiba, aku segera memasuki pesawat. Aku hanya bungkam karena tak ada yang aku kenal, lebih tepatnya aku safar sendirian tanpa ada yang menemani.

☀☀☀

Setelah dua jam di atas udara. Akhirnya Pesawat mendarat Bandar Udara Instanbul, Turkey. Sebuah negeri yang indah yang belum pernah sama sekalu aku jejaki. Dengan rasa syukur yang teramat dalam, aku sangat bahagia karena bisa berada disini.

Ahlan wa Sahlan Turkey

Setelah check-in aku menunggu sahabatku Rayana yang akan menjemputku. Sahabat yang aku kenal beberapa waktu lalu sebelum aku berangkat ke Turki. Dia sangat senang dan antusias menunggu kedatangannku. Dia merupakan gadis blasteran, campuran antara Turki dan Indonesia. Ayahnya asli Turki dan Ibunya asli Indonesia, begitu kira-kira ceritanya ketika kami bertukar e-mail.

" Assalamua'laikum Raysel, Ahlan wa Sahlan Fii Turkey. Anti Raysel?" Tiba-tiba seseorang menyapaku dari belakang.

" Waa'laikumussalam, Na'am. Anti Rayana?" Jawabku sambil menoleh ke belakang.

" Iya Raysel, aku Rayana sangat senang bertemu denganmu." Ujar Rayana spontan memelukku.

" Iya Rayana, aku juga. Kemana kita sekarang?" Aku bertanya tidak sabar.

" Sepertinya kamu lelah, mari kerumahku. Tak usah menyewa penginapan, ayo.." Aku hanya bungkam dan mengikuti langkah Rayana.

Aku cukup kaget dengan penawaran Rayana, hal tersebut bukan bagian dari planning ku selama di Turki. Alhamdulillah, biaya fasilitas penginapan bisa juga aku jadikan untuk membeli oleh-oleh di Turki.

Aku menikmati perjalanan menuju rumah Rayana dengan mobil miliknya. Aku cukup takjub dan terpesona dengan Turki, sebuah negeri yang biasanya hanya aku lihat di televisi atau gambar. Sedikit lebay, namun begitulah nyatanya. Aku sudah tidak sabar untuk planning beberapa hari ke depan.

***

Alhamdulillah, part 3 udah di Publish. Gimana? Jangan lupa meninggalkan jejak dengan vote. Jika menarik share juga😇

Readers Always Stay yaa😍Jika penasaran dengan kisah-kisah selanjutnya

Jangan lupa Shalat dan Baca Al-Qur'an

Pelengkap Tulang RusukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang