Bab 04 : Awal Dan Akhir Dari Sebuah Pertemuan ( Bagian IV )

25 3 3
                                    

Apakah setiap pertemuan itu memiliki makna? Mengapa setiap pertemuan harus bertemu dengan perpisahan di akhir risalahnya? Bukankah itu terasa menyedihkan? Berpisah setelah bertemu, pergi setelah pulang kembali dan menjauh setelah datang mendekat. Jika perpisahan adalah jalan yang harus dijalani, apakah aku berdosa jika menentangnya?

***

Di bawah langit malam yang dipenuhi oleh taburan bintang, Raja Andrew dan Ratu Alia pun bertemu.

"Maaf, Andrew. Tapi aku bukanlah Annie," ucap Alia setelah menolak pelukan lelaki itu.

Andrew sempat terpaku tidak mengerti. Jemarinya pun gemetar saat mendengar kalimat yang terujar dari bibir sang wanita.

"Apa yang kau katakan, Annie?"

Wanita yang berambut keemasan itu diam membisu. Wajahnya yang begitu mempesona tidak bisa menutupi sorotan matanya yang menyimpan kesenduan.

"Apa kau benar – benar Ariel?" Pertanyaan itu terlepas dari bibir merah sang wanita.

Andrew terkesiap. Ia mencoba untuk tetap tenang saat mendengar pertanyaan itu.

"Benar," jawab Andrew, "Aku adalah Ariel. Itu sebabnya aku mengirimkan surat itu. Bukankah kau datang kemari karena mengerti betapa pentingnya hal yang tertulis di dalam surat itu, 'kan? Bukankah itu membuktikan juga kalau dirimu adalah Annie yang aku cintai dahulu?"

Ia tertunduk saat mendengar jawaban atas pertanyaannya. Wanita itu diam sembari menggigit bibir. Jemarinya menggenggam erat gaun yang ia kenakan.

Andrew menarik lembut jemari Alia dengan kedua tangannya.

"Menikahlah denganku, Annie. Tidakkah kau ingin melanjutkan kebersamaan kita?"

Pertanyaan itu mengundang kepiluan di hati Alia.

"Aku juga ingin melanjutkan kembali kebersamaan kita. Menikah denganmu dan kembali menjadi sepasang kekasih yang hidup di dalam atap yang sama. Tidur di atas ranjang yang sama. Menikmati hidangan bersama. Itu benar – benar kehidupan yang aku rindukan sedari dulu. Namun aku tidak bisa melakukannya, Ariel."

"Mengapa demikian?" Kerutan di dahi Andrew menunjukkan betapa seriusnya pertanyaan itu.

Alia mengatur napasnya. Kemudian ia melepaskan genggaman tangan Andrew dan berjalan mendekati kolam air pancur lalu menatap kedalamnya.

"Ariel. Semua itu hanyalah kenangan masa lalu. Kita terlahir sebagai orang yang berbeda. Aku adalah Alia Krasna, Ratu dari Kerajaan Kralovna. Dan kau adalah Andrew Udanost, Raja dari Kerajaan Krale. Aku dan kau adalah pemimpin dari dua kerajaan yang tidak bisa bersatu. Sebagai Ratu aku juga tidak bisa mengabaikan aturan nenek moyangku dan kebencian rakyatku begitu saja. Bukankah kau juga merasakan hal yang sama, Ariel?"

"Ya. Aku sadar akan hal itu. Kita adalah pemimpin dari dua kerajaan yang saling membenci sejak seratus tahun yang lalu. Aku juga paham jikalau aturan nenek moyang di kerajaan kita menghalangi segalanya. Lalu jelaskanlah kepadaku Annie, untuk apa Tuhan memberikan ingatan ini kembali kepada kita?"

Annie tersentak oleh gejolak perasaan yang ia coba tahan sekuat tenaga. Namun ia tetap memilih bungkam seribu bahasa.

Andrew berjalan mendekati Alia dan menghadapkan wajahnya dekat dengan wajah Alia. Sorot matanya yang dipenuhi tekad itu tak mampu ditatap oleh sang wanita.

"Annie ... bukankah itu artinya Tuhan memberikan kesempatan sekali lagi agar kita bisa hidup bersama?" tanya Andrew lagi.

Perasaan Alia menyeruak keluar. Air matanya mulai menetes saat mendengar perkataan Andrew yang begitu kuat mendobrak hatinya.

RemoireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang