Bab 27 : Tersembunyi Dalam Sunyi

13 1 0
                                    

Karavan kuda itu diparkirkan di dekat pohon Oak yang begitu tinggi dan besar. Dalam kerindangannya, sang kusir berteduh dan menyandarkan diri untuk mengistirahatkan sendi – sendi yang telah menua. Melakukan pemeliharaan karavan sekaligus mencari pakan untuk dua kudanya terasa begitu melelahkan.

Lelaki baya itu harusnya sudah pensiun bekerja, namun seorang gadis memintanya untuk menjadi kusir dengan bayaran yang tinggi. Sekantung penuh kepingan emas. Hanya untuk mengantar mereka hingga ke desa terjauh di Nenavist Barat, tentu saja si lelaki tua dengan senang hati melakukannya.

Namun dirinya tidak pernah menyangka jikalau sang gadis itu ternyata sedang menyekap seorang lelaki. Meski kata sang gadis bahwa dia hanya ingin membawanya kembali ke rumah, tentu saja sang lelaki baya tidak sebodoh itu. Dengan rantai dan cairan berbau tajam yang dia coba masukkan ke dalam tubuh sang lelaki dengan paksa, siapa pun pasti akan menyadarinya. Meski demikian, sang kusir tidak ingin terlibat lebih jauh. Ada masa depan sejahtera yang telah menantinya.

Lelaki baya itu menutup wajahnya dengan topi. Berharap rasa kantuk akan menyerangnya. Semilir angin yang begitu sejuk membuatnya tersenyum saat menarik napas. Ia tertawa kecil sekali. Kemudian berdoa pada pilihan yang telah ditempuhnya. Berharap kekhawatirannya tidaklah mengundang senyuman dewa kematian. Meski suara rintihan sang lelaki yang tersekap terus didengarnya berulang – ulang.

Di balik semak tinggi yang tidak jauh dari Pohon Oak, kedua tangan Andrew dirantai dan diikat pada pepohonan yang kokoh. Ikatannya begitu kuat hingga wajah Andrew tidak akan pernah mencapai tanah. Ia dibuat bertekuk lutut tanpa perlawanan. Layaknya lelaki yang akan segera diperbudak oleh majikan wanitanya.

Meski begitu, Jazdia telah mempersiapkan tenda di atasnya agar Andrew tidak kehujanan. Kemudian matras di bawahnya agar Andrew bisa cukup nyaman saat ia terlelap—tak sadarkan diri oleh rasa sakit akibat pecutan cambuknya. Begitu juga selimut untuk mengusir rasa dingin bila malam hari tiba.

Jazdia keluar dari balik selendang yang di gantung sebagai sutrah. Pakaiannya yang sebelumnya masih cukup wajar, kini berubah seperti seorang dominatrix. Pakaian hitam ketat membuat lekukan tubuhnya menonjol. Belahan dada, keseksian perutnya, hingga kepadatan pahanya dibiarkan terbuka begitu saja. Rambut panjangnya jua dibiarkan terurai di samping dadanya.

Wanita itu berjalan melenggok – lenggok layaknya ratu dari hutan yang berkabut. Kakinya melangkah sebebasnya tanpa khawatir akan apa pun. Ranting – ranting kayu seolah mendesah saat terinjak oleh sepatu bootnya yang berwarna hitam legam.

Jazdia meraih wajah Andrew yang tampak lemas lalu mengelus pipinya dengan lembut. Saat menyentuh wajah lelaki yang begitu dicintainya, gejolak hasrat dalam benaknya tiba – tiba menjadi liar. Bibirnya lekas mencium pipi sang lelaki. Namun hasratnya malah semakin menjadi – menjadi. Ciumannya mulai bergeser dari pipi ke mulut sang lelaki. Jazdia melumat bibirnya dan tak memberikannya waktu untuk menarik napas. Andrew berusaha menghindar—menutup rapat mulutnya, namun ia tak mampu berbuat apa – apa di hadapan kegigihan yang tak kenal ampun.

Ciuman pun berakhir menyisakan air liur yang mengalir di bibir sang lelaki. Sang lelaki lekas terbatuk – batuk dan napasnya menjadi berantakan.

"Aku benar – benar menikmati ciuman kita, Ariel." Jazdia menyeka air liur yang tersisa lalu menelannya. Kepuasan yang tampak bagaikan candu ekstasi merekah di wajahnya.

"Lepaskan aku, Jazdia!" ujar Andrew dengan tenaga yang tersisa. Matanya memancarkan perlawanan. "Tidak ada untungnya kau melakukan semua ini!"

"Aku tidak membutuhkan keuntungan apa pun! Harta dan tahta itu tidak berguna bagiku, Ariel." Jazdia mendekatkan wajahnya dengan Andrew sekali lagi. "Aku hanya ingin dirimu. Seluruhnya. Hatimu, dengan seluruh cinta di dalamnya. Aku ... Ya ... Karena aku sangat mencintaimu, Ariel. Cintaku ini jauh lebih besar dari pada rasa cinta Annie kepadamu. Jika kau bersumpah untuk mencintaiku sepanjang hidupmu, aku akan melepaskanmu dan membuat semuanya menjadi normal seperti sedia kala."

RemoireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang