Andrew telah kehilangan kesempatannya untuk menjelaskan kepada Alia tentang kesalahpahaman ini. Ada pihak yang ingin mengadu domba mereka.
Namun, Andrew hanya bisa melangkah maju. Dengan mengharapkan akan adanya sebuah kesempatan lagi untuk berbicara kepada Alia nanti.
Sementara itu, perang sudah berkecamuk sejak tadi malam. Menteri Praha yang langsung memimpin pertempuran. Dengan membawa setengah dari jumlah pasukan Krale secara diam - diam, ia maju ke dalam medan perang.
Perebutan kendali terhadap Tambang Branda terjadi hingga berhari - hari. Jumlah korban jiwa terus bertambah setiap harinya, baik Krale ataupun Kralovna sama - sama mendapatkan kerugian.
Kemudian Menteri Praha menggunakan taktik pengepungan dan kekuatan pasukan secara penuh dari segala sisi hingga berhasil menjatuhkan pertahanan terakhir Kralovna di dalam Tambang Branda.
Namun, Kralovna juga tidak ingin membiarkan Krale memperoleh keuntungan yang besar. Mereka menghancurkan tiang penyangga sehingga membuat tambang longsor pada beberapa titik.
Tidak berhenti sampai di situ, Menteri Praha bersikeras untuk melakukan invasi ke dalam wilayah Kralovna. Setiap titik perbatasan vital seketika menjadi medan pertempuran.
Raja Andrew hanya bisa melihat dari kejauhan melalui tenda yang dibuat untuknya. Sayangnya, kecurigaan terhadapnya tetap tidak hilang. Menteri Koruna dan Praha pun meminta Raja Andrew untuk menarik diri dari peperangan. Karena dikhawatirkan Raja Andrew akan memberikan simpati kepada Kralovna.
Sudah lebih dari sepuluh hari sejak peperangan ini berlangsung. Laporan akan kematian prajurit Krale terus berdatangan. Kabar itu menyesakkan dada Andrew. Ia tidak pernah ingin peperangan ini terjadi.
Selama di Istana Krale, Andrew hanya bisa melakukan aktifitas seperti biasanya. Namun, ia sudah tidak bisa lagi mengirimkan surat kepada Alia. Mengingat perbatasan menjadi wilayah yang berbahaya untuk Dedic datangi sekarang.
"Yang Mulia!" Suara Dedic memecahkan lamunannya.
"Oh-Ada apa, Dedic?"
Tangan Dedic menunjuk ke arah pintu masuk. Ada Jadiz yang sedang mengintip dari balik pintu. Lebih tepatnya, Jadiz tidak berani masuk ke dalam ruangan Andrew setelah persidangan yang terjadi beberapa minggu lalu.
Andrew pun berjalan mendekat dan membuka lebar pintu itu. Ia melihat penuh sosok Jadiz di sana.
Andrew lekas menepuk lembut kepala wanita tersebut. Sembari mengambil gulungan yang telah dibawa oleh Jadiz, Andrew pun berkata dengan lembut kepadanya.
"Itu bukan kesalahanmu, Jadiz. Itu semua hanyalah kebetulan belaka. Jangan terlalu dipikirkan. Sekarang istirahatlah." Setelah Jadiz menampakkan senyuman di wajahnya, Andrew segera menutup pintu dan kembali duduk di kursinya.
Raja Krale membuka gulungan tersebut di atas meja. Benda itu adalah peta semenanjung benua. Kemudian Andrew menaruh beberapa anak catur di atasnya.
"Apa yang sedang Anda lakukan, Yang Mulia?"
"Aku sedang memperhatikan kekuatan tempur Krale saat ini. Meski aku tidak diperbolehkan untuk ikut dalam pertempuran di luar sana, bukan berarti aku boleh lepas tangan dengan yang terjadi di dalamnya."
Andrew membuat garis - garis yang menuju Ibukota Krale. Juga melingkari beberapa bagian dengan tinta.
Dedic kurang lebih mengerti maksud dari simbol - simbol tersebut. Namun, ia melihat kejanggalan saat Andrew mengetuk bagian Ibukota berulang kali.
"Maksud Anda ... ada kemungkinan akan terjadi serangan ke Ibukota Kerajaan Krale?"
"Benar. Walau masih sekadar firasat." Andrew meletakkan dan menyusun anak - anak catur sesuai dengan gambaran yang ada di kepalanya. "Karena sebagian besar kekuatan tempur Krale dipakai untuk peperangan. Keamanan di dalam istana menjadi longgar. Aku harus menyusun kekosongan ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Remoire
RomanceAndrew Udanost adalah Raja dari Kerajaan Krale. Suatu hari, ia mendapatkan mimpi tentang kehidupannya dari dunia yang berbeda. Sebuah kehidupan di mana ia menikahi seorang wanita jelita dan terpisah oleh maut durjana. Andrew mencoba untuk mengabaika...