Bab 08.5 : Epitaph Yang Belum Selesai

8 0 0
                                    

Di dalam ruangan yang gelap itu hanya terlihat cahaya kehijauan. Itu bukan pancaran lampu kristal atau pun kunang – kunang. Wujud sebenarnya cahaya itu adalah sorot mata para sesepuh Jeden yang tengah berkumpul dalam penatnya malam. Dari sekian banyak sorot mata, hanya satu yang paling berkilauan lagi pekat. Sorot itu milik sang darah murni.

"Tidak hanya menyingkirkan penghalang di dalam istana, sekarang bahkan Anda bisa menyingkirkan para pelayan yang hampir merusak rencana kita. Anda memang benar – benar seorang Raja Agung!"

"Saya hanya menjalankan apa yang dikehendaki oleh Ayahanda dan Para Leluhur kita, Sesepuh."

"Benar sekali, Raja kami. Selama Anda mengikuti kehendak raja – raja terdahulu, Jeden pasti bisa bangkit dan kembali menguasai seluruh negeri di semenjung benua ini! Karena itu, wahai Raja kami, singkirkan siapa saja yang menghalangi jalanmu."

"Tentu saja. Bahkan takdir tidak akan mampu membelokkan langkahku."

Malam pun berganti siang. Lelaki yang telah menyelesaikan pertemuannya dengan para sesepuh, berdiri di depan gerbang. Ia melirik ke belakang. Matanya menyaksikan sesuatu yang hanya bisa dilihat olehnya. Sebuah hasrat yang tergambar dalam cahaya yang beragam. Namun saat ia mencoba untuk melihat apa yang ada di dalam dirinya dengan mata itu, hanya terdapat sesuatu yang memancing rasa mual di perutnya. Sungguh ironis.

Ia membuka kembali beberapa surat yang ia terima pagi tadi. Semua itu adalah berita tentang  kematian wanita muda.

"Memilukan," ucapnya datar. "Namun kesedihan ini tidak boleh sampai terdengar oleh Andrew. Apa pun yang terjadi."

RemoireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang