Lee Hangyul as FWB 2

2.4K 251 9
                                    

As FWB chap 2

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

As FWB chap 2

Ayo kemarin yang pengen update
Sini merapat
Aku harap ini ga mengecewakan

As always happy reading

19.11.19












“Selamat, kandungan anda berumur 3 minggu.” Senyum mengembang di wajah seorang dokter di depan ku, sedangkan aku hanya bisa tersenyum tipis.

“Jaga pola makan anda nona, dan jangan terlalu stress karna itu bisa mempengaruhi kesehatan bayi anda.”



Aku tersenyum tipis mengingat ucapan dokter yang baru ku temui sejam yang lalu, entah aku harus senang atau sedih karna kehidupan yang ada diperut ku ini. Di satu sisi aku senang karna menjadi ibu adalah keinginan ku tapi bagaimana dengan ayah anak ini? Apa hangyul mau menerima anak yang ku kandung?

Aku menghela nafas lalu beranjak menuju kamar mandi, berendam dengan air hangat serta menghirup lilin aroma terapi mungkin lebih baik.
Aku memendam tubuh ku di bath tub, alunan music klasik yang sengaja ku setel di ponsel dan serta aroma terapi lilin membuat ku tenang, setidaknya fikiran mengenai anak dan juga hangyul bisa hilang sementara.



Aku keluar dengan bath robe yang ku kenakan, dan kini aku memandang malas wajah pria yang baru saja sempat ku lupakan. Hangyul tengah duduk di ranjang ku bersandar pada headboard dengan kedua tangannya yang ia lipat di dada, ia memandangku dengan wajah datarnya.

Aku melangkah menuju lemari lalu mengambil dress rumahan kemudian kembali masuk ke dalam kamar mandi. Aku menghela nafas, aku yakin hangyul akan bertanya alasan mengapa aku menjauhinya beberapa hari ini.

Aku berjalan menuju pintu kamar, dapur tujuan ku kali ini dan mengabaikan hangyul yang ku dengar beranjak dari kasur, langkah kakinya terdengar di belakangku dan sedetik kemudian lengan ku sudah ia tarik untuk menghadapnya.

Wajah hangyul terlihat datar namun pandangan matanya menyiratkan ku untuk segera berterus terang, memberikan alasan padanya. Aku mengalihkan padangan ku lalu menarik lengan ku, namun cengkraman hangyul lebih kuat sehingga sia – sia saja aku berusaha melepas cengkramannya.

“Lepas gyul, aku lelah.” Ucap ku lemah, ku rasakan cengkraman hangyul melemah dan ia menarikku untuk masuk kedalam dekapannya. Ia mendekapku erat, menyembunyikan wajah ku di dadanya sehingga membuatku merasa nyeri didada.

Aku menahan agar air mata ku agar tak jatuh dan hal itu malah membuat dadaku terasa semakin nyeri. Aku mendorong tubuhnya lalu berlalu ke dapur tanpa berbicara.











Aku dan hangyul tengah duduk di meja makan dengan piring masing – masing yang terisi makanan yang baru ku sentuh dua kali sedangkan hangyul belum menyentuh makanannya sama sekali.
Dapat kurasakan hangyul kini memandangku namun berusaha ku abaikan.

X1 asTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang