•••••
Sesuai keinginan kecha pada Widia yang meminta untuk memberi tahunya pelosok-pelosok rumah bu Firda.
Kini kecha sedang menjelajahi setiap pelosok rumah bu Firda. Tapi tanpa di temani oleh Widia. Karna saat ini Widia sedang sibuk menyiapkan persiapan untuk menyambut pak Bram atau suami bu Firda yang pulang dari luar negri.Kecha menjelajahi rumah bu Firda yang baginya amat begitu besar.
Ia melihat-lihat foto-foto berbingkai raksaksa. Di sana terdapat foto bu firda, pak Bram, dan Terkhir Hansen. Namun hanya Hansen saja yang tak senyum. Terus menunjukan wajah dinginnya.Kecha melihat lagi foto-foto yang lain. Di sana banyak foto-foto ketika Hansen masih kecil.
Saking asyiknya memperhatikan setiap foto di ruangan ini, kecha sampai tak sadar bahwa sedari tadi Hansen memperhatikan kecha dari lantai atas.Kecha berasa ada yang memperhatikannya, kecha menengokan kepalanya ke atas melihat siapa yang sedang memperhatikannya.
Kecha terkejut. Ternyata Hansen sedang memperhatikannya. Namun tidak dengan Hansen, ia masih memasang wajah tenangnya, detik berikutnya Hansen memalingkan pandangannya dan pergi begitu saja.
Kecha melanjutkan lagi melihat-lihat foto keluarga bu Firda.
Sampai-sampai mata kecha tertuju pada sebuah foto berdua antara bu Firda dengan Hansen.
Kecha memperhatikan foto tersbebut lekat."Mengapa wajah bu Firda dan Hansen tidak begitu mirip?" tanya kecha bingung pada dirinya sendiri.
Kecha tak menghiraukannya. Ia melanjutkan lagi melihat-lihat foto.
Sampai mata kecha terarah pada foto ketika Hansen masih SMP. Di sana Hansen terlihat sangat berbeda dengan Hansen sekarang.
Di foto itu Hansen sangat bahagia,memamerkan sederetan gigi ratanya, tersenyum sumringah."Dia tampan kalau tersenyum seperti ini." puji kecha.
Kecha melanjutkan lagi.
Tak sadar pula, jika Hansen memperhatikan kecha lagi. Jarak kecha dengan anak tangga rumah bu Firda tak begitu jauh. Hansen memperhatikan kecha dari tangga.
Dam! hansen tertangkap basah lagi sedang memperhatikan kecha.
"Ada yang bisa ku bantu, tuan muda?" tanya kecha Memamerkan senyum termanisnya.
Hansen terdiam. Sorot mata dinginnya masih menatap kecha.
"Tidak." Saut singkat Hansen.
Ia pun segera naik ke atas tangga."Dia aneh." Cecar kecha heran.
Kecha pun melihat sebuah Vase bunga cantik terpanjang di atas bupet mewah samping TV.
Kecha mendekatinya."Wauu. Bagus sekali Vase bunga ini." ucap kecha dengan mata berbinar.
Kecha memegang Vase bunga kecil itu.
"Jangan di sentuh!."
Brakkkk!!
Suara itu berhasil membuat kecha terkejut. Sampai-sampai Vase bunga mahal itu terlepas dari genggaman kecha.
Kecha diam mematung. Bagaimana ini! vase bunga itu pecah.
Kecha menatap ke arah Hansen. pria itu yang menyebabkan kecha terkejut sampai ia menjatuhkan Vase bunga itu.
Hansen Menghampiri kecha.Kecha sedikit takut dan gugup.
"Sudah ku bilang, jangan di sentuh." cerca Hansen dengan nada dingin.
Hansen memperhatikan kecha yang diam menunduk. Gadis ini sangat merasa bersalah.
"Ma..maafkan aku." lirih kecha merasa bersalah.
Hansen diam. Begitupun kecha. Hanya ada keheningan di antara mereka.
"Bagaimana ini?" tanya kecha memecah keheningan dan memberanikan diri menatap mata dinginnya Hansen.
Hansen menghela nafas panjang.
"Kau ingin menggantikannya?" tanya Hansen.
"Aku tak punya uang untuk mengganti Vase mahal itu" Saut kecha dengan wajah polosnya.
"Untung yang kau pecahkan bukan Vase kesayangan mamah ku."
"Maafkan aku."lirih kecha.
"Bagaimana ini??! Karna kau si! Kenapa kau mengejutkan ku tadi?! Kan jadinya aku terkejut dan menjatuhkan Vase itu." cibir kecha menyalahkan Hansen.
"Aku memberitahumu."jawab Hansen tenang.
"Huh..lagian untuk apa kau mengikutiku terus?" tanya kecha dengan pedenya sambil memasang mimik wajah bak anak kecil
Hansen menaikan sebelah alisnya.
"Mengikutimu?"ulang hansen.
"Iya!kau mengikutiku dari tadi!" cibir kecha.
"Berapa tingkat kepedean mu?" tanya Hansen mendekatkan wajahnya dengan kecha.
Seketika kecha langsung terdiam.
"Aku hanya sedang memangawasimu."
"Untuk apa mengawasi ku?"tanya kecha bingung.
"Takut, kalau kau mengambil barang-barang di rumahku." tuding Hansen dengan santainya.
Seketika kecha melotot terkejut dengan tudingan Hansen yang tak benar itu.
"Kau ini!!..bisa bisanya menuduhku seperti itu!" cerca kecha tak terima.
Hansen terdiam masih dengan raut wajah tenang sambil memperhatikan wajah marah bercampur kesal dari gadis ini.
"Walaupun aku dari desa tetapi aku tidak pernah mencuri!" Lanjut kecha.
"Begitu ya?" Saut Hansen.
"Rapih kan pecahan Vase itu, sebelum mama ku mengetahuinya." lanjut Hansen.
Hansen pun pergi dari hadapan kecha begitu saja."Aduh bagaimana inii" cerca kecha gelagapan seraya membersihkan serpihan Vase bunga yang pecah.
Hansen tersenyum puas. Dari kejauhan memperhatikan kecha yang sedang merapikan serpihan pecahan dari Vase itu.
•••••
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILMB story [Tersedia EBOOK]
Random[SUDAH TERBIT E-BOOK DI PLAYSTORE] Tidak memaafkan menjiplakan cerita dalam bentuk apapun. ****** "Berhenti jadi pengasuh ku, kau mempersulit ku!" Tukas pria berwajah bak dewa itu "Ini pekerjaan ku, jadi aku akan tetap menjadi pengasuh mu dan menjad...