"T-Tunggu! Tunggu, aku, kumohon! Hah-aku-hah-sudah... tidak kuat berjalan!"
Hyewon mendengus. "Kita benar - benar tidak ada waktu untuk berhenti sekarang, kau tahu? Perjanjiannya adalah, kau ingin menemukan bibimu maka turuti caraku. Take it or leave it now?" Hyewon memberikan 2 pilihan yang takkan bisa Minju pilih semua saat ini.
Tentu Minju ingin bertemu bibinya secepat mungkin, tapi stamina tubuhnya terlalu lemah untuk berjalan kaki mendaki jalanan menanjak. Ia terbiasa naik mobil ke mana - mana!
"Aahh!"Minju mengacak rambut panjangnya dengan frustasi, "Mana bisa aku-hah-memilih-hah-salah satunya sekarang! Hah-hah! A-aku... aku sudah tidak kuat! Kedua kakiku-hah-hah-pegaaal!" Minju membungkuk untuk bersandar pada sebuah tiang listrik. Ia mencoba mengatur nafasnya. Kakinya pegal, kepalanya pusing, keringat membasahi tubuh dan wajahnya.
Berbanding terbalik dengan Hyewon yang masih terlihat baik - baik saja. Gadis cantik itu kini mendecak setelah melirik jam tangannya. Tak terasa sudah jam 1 siang. Waktunya ia dan gadis cantik yang lebih muda di hadapannya ini makan siang. Hyewon kembali mengamati keadaan sekitar. Mereka masih harus berjalan cukup jauh untuk menuju ke komplek perumahan bibi Minju.
Komplek perumahan orang kelas menengah ke atas yang mereka tuju tidak dilalui akses kendaraan umum. Tentu saja, orang - orang kaya memiliki mobil pribadi, untuk apa susah - susah mengakses transportasi publik?
Dan hal ini masih belum bisa Minju terima. Apa boleh buat, selama perjalanan di bis tadi Minju telah menceritakan semuanya pada Hyewon meski gadis itu tidak memintanya untuk bercerita. Hyewon menyimpulkan, Minju ini baru saja berubah status dari orang kaya menjadi orang miskin. Perubahan yang sangat cepat dan tiba - tiba serta drastis ini tentu sangat sulit ia terima. Terutama ketika sedari awal ia tidak pernah menjumpai kata 'sengsara' di kamus kehidupannya.
Apakah hal ini memiliki dampak pada Hyewon?
Ya, sedikit.
Ia hanya jadi berharap dapat segera selesai membantu Minju dan meninggalkannya pada bibinya ini. Jadi, ia bisa segera kembali pada rutinitas kehidupannya sehari - hari yang telah berjalan seperti biasa. Sendirian.
Tanpa banyak kata, Hyewon menggandeng lengan kiri Minju dan menariknya untuk cepat mengikuti langkahnya. Ia bermaksud membawanya beristirahat dan memakan jatah bekal makan siangnya di sebuah bangku panjang umum depan toko obat. Setelah mereka duduk, Hyewon menyerahkan kotak makan bekalnya yang berisi nasi, sedikit sayuran hijau dan lauk pauk. Tak lupa botol air minumnya.
"Makanlah, hanya ada makanan itu yang kupunya. Cepat makan supaya kita bisa segera kembali berjalan dan menemukan rumah bibimu," pesannya seraya menatap ponsel pintarnya.
Minju hanya termenung memandangi isi dalam kotak makan bekal Hyewon itu. Ia terlihat... hilang selera? Karena makanan yang diberikan Hyewon padanya terlalu sederhana. Dengan cuaca sepanas hari itu, sebenarnya ia ingin makan western food. Gadis yang duduk di sampingnya, Hyewon yang baru saja akan mulai melanjutkan bermain game kesukaannya, menyadari hal tersebut.
"Eat it or leave it," komentarnya dengan datar.
Selalu memberikan pilihan yang tidak enak!
Minju segera menyadarkan dirinya karena bunyi perutnya yang bergemuruh di dalam. Ia sangat kelaparan rupanya, dan ia baru tahu rasanya kelaparan seperti apa sekarang!
"B-baiklah, aku makan!" serunya seraya cepat - cepat menyantap makanan buatan Hyewon yang 'sederhana' itu tadi. Gadis itu bahkan memejamkan kedua matanya rapat dan terus mengayunkan tangan kanannya dengan cepat, menjejalkan makanan yang terpaksa ia makan siang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuntunan Gaya Hidup Ala Kang Hyewon
FanfictionKisah mengenai bagaimana Kang Hyewon menjalani hidupnya yang "sederhana". Ia bahkan menjadi panutan bagi si anak baru, Kim Minju. "Selamat datang di kehidupan ala Kang Hyewon!" sambut gadis cantik itu pada gadis cantik yang lebih muda di hadapannya...