"Kang Hyewon!"
Hyewon menoleh ke belakangnya. Kang Seulgi.
"Aku mencarimu ke mana - mana, ternyata kau ada di sini..." Seulgi nampak terengah - engah setelah berlari menghampiri posisi Hyewon berdiri saat ini.
Gadis cantik itu tengah memandangi halaman belakang rumah sakit tempat ibu angkat resminya dirawat. Mengagumi deretan bunga mawar berwarna - warni yang ada di hadapannya.
"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Seulgi lagi, "Tawaran Ibu?"
Hyewon mengangguk.
"Hyewon, kau tidak perlu khawatir. Percayalah pada pilihan Ibu. Buktinya sudah bisa kau lihat padaku, Dongho dan sepupumu Daniel. Kami semua menjalani kehidupan yang dipilihkan Ibu dan kami semua hidup dengan baik, kan?"
Hyewon tiba - tiba memandang tajam ke arah Seulgi. Pandangan yang belum pernah Seulgi dapatkan lagi sejak 8 tahun yang lalu. Gadis yang lebih tua 6 tahun dari Hyewon tersebut nampak terkejut.
"Jadi, Kak Seulgi menganggap pilihanku tidak layak?" Hyewon membuka suaranya, "Hidup mandiri adalah sebuah pilihan yang buruk?"
Seulgi panik. "T-tidak, Hyewon! Bukan begitu maksudku, sungguh!" Seulgi berusaha menjelaskan, "A-aku hanya tidak ingin kau merasa begitu terbebani dengan permintaan Ibu! Aku hanya-"
"Ini adalah hidupku, Kak. Sedari awal aku menjalaninya berdasarkan pilihanku sendiri dan berdasarkan keputusanku. Kang Hyewon mungkin memang namaku, tapi hidupku bukanlah atas nama tersebut. Karena kenyataan yang takkan pernah berubah adalah kita bahkan tidak berhubungan darah sama sekali." Hyewon menjelaskan dengan nada yang sangat tenang dan wajah tanpa ekspresi. Seolah hatinya telah sangat dingin untuk hal - hal seperti ini.
Seulgi hanya dapat balas menatap kedua bola mata Hyewon yang hampa tersebut dalam diam. Hatinya sakit sekali mendengar semua perkataan Hyewon tadi. Sebuah kenyataan mutlak yang selalu memunculkan jarak di antara keluarga besar Kang dan seorang Hyewon.
Kang Hyewon.
Seolah memahami kondisi batin kakak angkatnya, Hyewon tanpa berpatah kata kemudian mulai beranjak berjalan menjauh dari Seulgi. Ia membiarkan kedua kaki jenjang itu menuntun langkahnya ke mana saja. Asalkan bisa menjauh dari kedua bola mata Seulgi yang mulai berkaca - kaca dan wajahnya yang memerah.
Hyewon menghela nafas kasarnya. Ia tahu ia tadi sudah berbicara sangat keterlaluan dan menyakiti perasaan salah satu kakak angkatnya tersebut. Ia merasa sangat bodoh dan jahat sekali, tapi di satu sisi ia juga tidak terima bila harga dirinya dipertanyakan.
Setidaknya itu yang ia pikir ia rasakan. Sekali lagi, ia hanya sudah terlalu terbiasa merasa semua serba sendiri. Dan akan terus begitu hingga tiba saatnya ia meninggalkan dunia yang fana ini...
"Oh!" desahnya saat angin yang kencang menghembuskan syal berbulu pemberian Minju. Syal berbulu tersebut terbang dan tersangkut di sebuah dahan pohon elk yang tinggi yang terdapat di salah satu sudut halaman belakang rumah sakit.
Ya, Hyewon selalu membawa syal berbulu mahal dari Minju itu ke mana - mana di dalam tasnya.
Ia hanya teringat wajah bahagia gadis cantik merepotkan itu saat berpesan agar dipakai di Florida. Meski Hyewon tidak memakainya karena cuaca yang panas, ia berjanji akan tetap membawanya untuk 'teman tidur'. Nyatanya hari itu ia seakan tersihir dan malah memasukkannya ke dalam tas selempang.
Dan tadinya ia bermaksud untuk memeriksa saja, apakah syal itu masih ada dalam tasnya atau ia tidak sengaja meninggalkannya di kamar tempat ibu angkatnya dirawat. Saat hati gundahnya itu butuh ditenangkan sejenak dengan menjauhkan diri dari Seulgi, ia justru senang dan lega karena masih mendapati syal mahal tersebut di dalam tasnya. Hingga tanpa sadar ia mengangkatnya tinggi - tinggi lalu diterbangkan oleh angin nakal. Berakhirlah di atas dahan pohon yang cukup tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuntunan Gaya Hidup Ala Kang Hyewon
FanfictionKisah mengenai bagaimana Kang Hyewon menjalani hidupnya yang "sederhana". Ia bahkan menjadi panutan bagi si anak baru, Kim Minju. "Selamat datang di kehidupan ala Kang Hyewon!" sambut gadis cantik itu pada gadis cantik yang lebih muda di hadapannya...