Ayahmu bernama Kim Jongwoon. Ibumu bernama Yuri. Kakak perempuanmu bernama Yerim. Semenjak mereka menyerahkanmu dengan terpaksa, keluargamu pindah ke San Fransisco. Mereka harus pergi atau tidak selamat dari teror keluarga Changmin. Juga Park Jongil yang saat itu membantu semua kejahatan mereka.
Keluarga kecilmu membangun ulang semua mimpi dan harapan mereka dari nol. Mereka tinggal di sana dengan nama Jerome, Megan dan Katie Kim. Saat masih di Korea, ayahmu adalah salah seorang pemegang saham di gerai minuman terkenal asal Amerika. Saat mereka mengungsi ke San Fransisco, ayahmu membuka usaha kedai kopi miliknya sendiri. Mereka semua hidup sederhana di sana.
Lepas dari bayang - bayang masalah hutang yang berujung pada menyerahkanmu sebagai gantinya. Tapi ibumu selalu berkomunikasi denganku. Setiap saat selalu mencoba menanyakan keadaanmu. Wajar. Karena ibu mana yang bisa hidup tenang dengan kenyataan harus terpisah jauh dari darah dagingnya sendiri?
Tapi keadaan yang memaksa. Aku juga harus menjaga jarak dengannya karena keberadaan mereka bisa berpengaruh juga pada kelangsungan hidupmu di sini, Minju.
Kedai kopi yang dirintis ayahmu cukup sukses. Ibumu juga memiliki usaha restorannya sendiri. Buah jerih payah usaha kedai kopi ayahmu, membuatnya bisa mewujudkan cita - cita terpendam ibumu sedari ia masih gadis.
Ibumu bahkan bersekolah sebagai seorang koki dulu. Kini, restoran yang ia olah telah berkembang cukup terkenal di sana. Kakakmu, memiliki ketertarikan di dunia mode busana. Kudengar, ia menempuh pendidikan desain busana di London.
Keluargamu terus melanjutkan hidup seperti kau juga melanjutkan hidupmu di sini, Nak. Bersamaku dan Changmin. Tapi yang jelas, tak sedetikpun mereka semua lalui tanpa memikirkanmu yang seorang diri di sini. Terpisah hingga ribuan kilometer. Mereka semua selalu menantikan hari di mana bisa bertemu lagi denganmu.
Dan di sinilah aku. Menantimu juga...
"Sudah lama?"
"Oh, Kak Minhyun."
Minju tersenyum ke arah Minhyun yang baru saja menutup pintu. Minju mempersilahkannya duduk di ruang makan, karena gadis itu belum menyelesaikan makan siangnya dan bermaksud mengajak Minhyun makan dulu sebelum mereka pergi.
"Apa kabar?" tanya pria itu dengan senyuman manisnya.
Minju membalas senyuman tersebut. "Baik, terima kasih. Kak Minhyun sendiri?"
Minhyun kembali hanya tersenyum sebagai jawaban untuk Minju. Gadis itu berdeham. Seperti ingin menegaskan bahwa ia masih belum mendengar jawaban yang lain. Minhyun terlihat heran dan bertanya - tanya. Pagi tadi Minju mengirimnya pesan agar pria tersebut siang ini bisa mengantarnya menjenguk Changmin dan Jay di tahanan.
"Ada apa?" ujarnya.
Benar. Minju gelisah. Sebentar - sebentar memandangi Minhyun, kemudian saat mereka bertatapan, Minju mengalihkannya dengan menunduk atau berpura - pura merapikan rambut panjang tergerainya.
Yang sama sekali tak terlihat kusut maupun berantakan. Penampilan Minju itu selalu rapih dan cantik setiap saat.
"Kim Minju?" Minhyun mencoba mendesak. Perasaannya berkata ini bukan mengenai Changmin maupun Jay.
Gadis di hadapannya tersebut menghela nafas kasar. Kedua mata bulat yang sekilas seperti berkaca - kaca, kembali dialihkan dengan menunduk.
"Hei..." Minhyun memanggilnya lagi. Nada suaranya bahkan lebih lembut. Saat wajah cantik itu berani mendongak, senyuman tipis yang ia perlihatkan pada pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuntunan Gaya Hidup Ala Kang Hyewon
أدب الهواةKisah mengenai bagaimana Kang Hyewon menjalani hidupnya yang "sederhana". Ia bahkan menjadi panutan bagi si anak baru, Kim Minju. "Selamat datang di kehidupan ala Kang Hyewon!" sambut gadis cantik itu pada gadis cantik yang lebih muda di hadapannya...