empat :

5.7K 1.1K 34
                                    

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
a n g a n , h a r a p

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

[ ubah latar menjadi hitam untuk menyesuaikan atmosfer fiksi yang muram ]
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

[ ubah latar menjadi hitam untuk menyesuaikan atmosfer fiksi yang muram ]ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

jam delapan malamnya, jaemin berjalan di atas aspal basah, bercampur aroma petrikor, menuju kafe biasa ia menghabiskan waktu. tambahan jam mengajar privatnya menjadi alasan mengapa bisa ia datang terlambat kali ini

mengambil langkah, berjalan menuju tempat pemesanan, seseorang menepuk bahunya, "permisi, mas."

jaemin menoleh perlahan, "iya, ada apa?"

"ini tadi saya beres-beres kursi luar, nemu polaroid ini. mirip masnya. kali aja emang punya mas." salah satu pegawai yang menepuk bahunya tadi menyerahkan satu lembar foto polaroid. sedang jaemin hanya mengangkat alisnya bingung.

"mas cakep banget disitu. hehehe,"

jaemin tertawa renyah, "teteh mah bisa aja."

setelahnya, jaemin melanjutkan langkah untuk memesan americano seperti biasa, lalu membawanya ke meja kecil yang berada sudut kafe.

hari ini sedikit berbeda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

hari ini sedikit berbeda. selain waktu kedatangannya, posisi yang jaemin ambil pun berbeda. berhubung satu jam lagi kafe tutup, kursi-kursi yang berada di luar dibereskan—dan hal itu tidak membuat jaemin mengurungkan niatnya untuk menghabiskan setidaknya satu cangkir americano.

tegukan pertama mengingatkannya pada polaroid tadi. jaemin memandangi dirinya yang menjadi objek.

potretannya indah.

lalu tangannya membalik kertas lumayan tebal itu, dan menemukan serentet kalimat yang membuat senyumnya mengembang reflek.

setelah tegukan ke dua, jaemin sudah hanyut dalam merdunya bunyi gesekan arang dan kertas. menuangkan diksi-diksi yang sedari tadi menari meminta dieksekusi—ditumpahkan di atas kertas.

tak disadari, ia hanya memiliki 2 menit sebelum kafe benar-benar tutup. tanpa berpikir panjang, jaemin pergi meninggalkan americano yang tersisa seteguk lagi, diiringi senyum manis terpatri.

lalu berharap, semoga si pemotret bandung ini menunjukkan wajahnya disini, nanti.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ[ fiksi ini akan kembali ]ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
[ fiksi ini akan kembali ]
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

an:

iya tau, irl yg demen motret tuh jaemin.

iya tau, irl yg demen motret tuh jaemin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

tapi yasudahlahhh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


tapi yasudahlahhh

heheheHEhsEhhehe.

⎛ √ ⎠ bandung dirundung mendung ✻ nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang