ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
f r i k s iㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
[ ubah latar menjadi hitam untuk menyesuaikan atmosfer fiksi yang muram ]
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
pukul tiga sore. sudah banyak jam mereka habiskan, bermodalkan satu cangkir kopi dan coklat panas, mampu menguntungkan banyak topik pembicaraan.jaemin dengan posisi duduk memeluk lutut di atas kasur, menikmati suguhan roman takjub pada pemandangan di luar jendela milik jeno.
"mau denger cerita konyol, gak?"
jeno menoleh, lalu mengangguk antusias, "mau!"
"ini sering banget sih kejadian kayak gini,
"sebelum saya mutusin buat bikin kerangka cerita fiksi, sajak atau puisi di kertas, dulu saya lebih suka ngetik di notebook, sambil nyeduh kopi,"
si pemotret bandung menggerakkan kursi berroda yang ia duduki, agar lebih dekat pada laki-laki yang sedang berbagi narasi, lalu tertawa pelan, "jiwa indie kamu ini dapet darimana, sih?"
jaemin abai, mengedikkan bahu, lalu melanjutkan narasinya, "dan kamu tau..."
jeda dari kalimat jaemin, jeno gunakan untuk menggeleng.
"karena nunggu respon notebook yang lemot itu, kopi saya lebih dulu abis. padahal saya ngetik atau kepikiran satu katapun belum."
bahak tawa jeno langsung terdengar. namun jaemin masih terus melanjutkan ceritanya, "terus saya nyeduh kopi lagi. eh gak lama dari itu, maag saya kambuh. jadi ujungnya saya gak jadi nulis. saya capek, jen,"
jaemin berlakon layak pelakon paling tersakiti satu galaksi, sambil berlagak menyeka air mata; mengundang lebih keras lagi tawa jeno.
"makanya, udah tau kamu punya maag, gak usah sok sok minum kopi."
"saya kan butuh penyemangat, pendorong biar saya bisa begadang buat nyelesain tugas nulis saya,"
"yaudah, lain kali 'aa aja yang jadi penyemangat kamu."
hening. keduanya sama-sama menampilkan rona merah pada wajah masing-masing, sambil melayangkan senyum manis yang sudah tak asing; sesering itu mereka berbagi kebahagiaan satu sama lain.
hingga keheningan terpecah karena nada dering gawai jeno, mengiring si empu menanggal senyum sedetik, namun di detik selanjutnya direkahkan kembali kala melihat keterangan siapa yang sedang memberi panggilan itu sekarang.
daripada mengangkat panggilan dari seberang, jeno memilih bangkit, lalu memakai jaket kulitnya, "jaemin, saya pamit. makasih buat waktu luangmu dan coklat panasnya, ya."
jaemin yang segera menyudahi agenda terkesiap-karena-pamit-dadakan-dari-jeno itu langsung bergerak membuka laci meja belajarnya, "ini," disodorkan secarik kertas buram pada laki-laki yang sudah siap untuk meninggalkan wisma jaemin tersebut.
"makasih, lagi. saya pamit."
lenyaplah jeno di pengelihatan jaemin. dengan senyum merekah indah, lebih indah dari yang biasa jeno berikan pada dirinya.
nuraninya menyimpulkan bahwa si pemberi panggilan tadilah pelaku jeno merekah senyum lebih indah barusan.
dan mengetahui fakta bahwa dirinya bukan si pemberi panggilan, membuat hatinya sedikit berkedut nyeri; jeno tersenyum bukan hanya karena jaemin.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
[ fiksi ini akan kembali ]
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤan:
selamat malam tahun baru 2020 teman-temaaannn!!!!
semoga, apa yang disemogakan tercapai di tahun baru nanti, ya. jangan lupa dibarengi doa dan usaha. selamat berjuang kembali!
btw tahun baru, konflik baru dong yaaa. hehedeeehehehehehehehehhe
KAMU SEDANG MEMBACA
⎛ √ ⎠ bandung dirundung mendung ✻ nomin
Fanfictionperkara jeno si pemotret bandung, dengan jaemin si penuang diksi mendung. keduanya berjumpa dibawah langit sebagai penaung yang sedang berkabung, merayakan kepergian kisah kasih yang belum rampung. [ jeno x jaemin ] ﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋ bxb lokal!au lowerca...