ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
u r a iㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
[ ubah latar menjadi hitam untuk menyesuaikan atmosfer fiksi yang muram ]
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
cukup lama menghilang, sepasang penulis dan pemotret ini akhirnya kembali berbincang.pertanyaan klise 'apa kabar?' dari si pemotret saja, sudah membuat jaemin berdebar.
"buruk," jawabnya sambil melempar senyum tipis, lalu menunduk.
"gak mau tanya kabar saya, nih?" jeno mencoba membalas senyum taruna dihadapannya, "kabar saya juga buruk, lho."
dibuatnya jaemin mendongak, "sulit, ya, berdamai sama perasaan sendiri?"
"banget." jeno menghempas napas kasar.
jaemin terkekeh pelan, menatap tepat ainun jeno yang terduduk di hadapannya, membiarkan dirinya hanyut terbawa tatapan teduh si pemotret bandung.
alunan melodi kafe kembali mendominasi. tak sadar waktu terus berlari, dengan rintik hujan menemani. tampaknya malam ini, menjadi saksi awal mula kedua taruna memecah sekat tak kasat.
jauh di lubuk nurani si penulis, mencoba mafhum akan kondisi jeno. tapi inginnya melupa perih yang pernah diberi itu cukup sulit.
bagaimana saat hatinya dirampas tapi kemudian dihempas entah kemana oleh si pemotret.
"sekarang lagi sibuk apa?"
kalimat yang keluar dari wicara jaemin membuat jeno mengalih pandang dari kameranya, "keliling bandung aja, kayak biasa, sambil motret."
jaemin mengangguk kaku, lalu memilih untuk meneguk americano-nya dua detik kemudian.
"kalau jaemin?"
kini si penulis yang melempar ekspresi tanya.
"sekarang jaemin sibuk apa?"
jaemin berdeham, "mau jawaban sarkas atau jawaban biasa?"
pemotret di hadapannya terkekeh pelan, lalu mengarah kameranya pada jaemin, "kalimat yang keluar dari mulut kamu itu, sarkas semua."
ckrek.
ikut melempar tawa ringan, lalu jaemin berujar, "lagi sibuk nunggu orang yang lagi sibuk motret sambil keliling bandung."
bagai sudah biasa dengan sindiran jaemin, jeno sedikitnya tak terkejut mendengar kalimat barusan.
masih mempertahankan posisi kameranya, jeno melempar kembali sebuah pertanyaan sarkas, "oh, sekarang jaemin punya temen pemotret baru, ya?"
sedang yang menjadi objek potretan, berdecak malas, "terserah,"
detik itu juga, jeno melepas tawanya, yang kemudian disusul senyum merekah milik jaemin.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
satu senyum diberikan setelah lontaran kalimat 'makasih tumpangannya' terujar dari mulut jaemin.hingga suara jeno menginterupsi langkahnya,
"besok, jam sebelas, ada pameran di museum bandung lagi. dadah!"
dan raiblah jeno, menyampur padu dengan pengendara bandung pukul sepuluh malam lainnya.
jaemin hanya mengangguk patah, walau sebenarnya otaknya masih mencerna kalimat jeno barusan.
detik selanjutnya, si penulis membola ainunnya besar-besar, "oke!"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
[ fiksi ini akan kembali ]
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤan:
bentar lagi udahan
dadah
KAMU SEDANG MEMBACA
⎛ √ ⎠ bandung dirundung mendung ✻ nomin
Fanfictionperkara jeno si pemotret bandung, dengan jaemin si penuang diksi mendung. keduanya berjumpa dibawah langit sebagai penaung yang sedang berkabung, merayakan kepergian kisah kasih yang belum rampung. [ jeno x jaemin ] ﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋ bxb lokal!au lowerca...