part 10

2.4K 80 2
                                    

Mata Dinda melebar menatap Aurel ia tidak suka suaminya di goda seoalah seperti orang yang belum beristri.

"What?? Suami elo?," ucap Aurel terkejut.

"Iyaa suami gue, kenapa? Kaget? Loe gak mau temenan lagi sama gue cuma karna gue udah merried? Oke! gue gak peduli." Ucap Dinda lantang amarahnya sudah tidak bisa terkontrol, Farel hanya menyaksikan dua wanita di hadapannya cek-cok.

"Kenapa loe bohongin sahabat loe sendiri sih din? loe bilang loe berenti kuliah karna malas belajar tapi ternyata loe udah merried dan gue gak tau." ucap Aurel pelan ia berusaha meminta penjelasan Dinda.

"Sekarang loe udah tau kan kebenaranya? jadi loe gak usah keganjenan minta-minta nomor whatsapp laki gue," jelas Dinda ia menarik tangan Farel pergi dari hadapan Aurel.

"Kita pulang!." ucap Dinda ia melangkah pandangannya lurus tangannya memegang pergelangan tangan Farel.

"kita belanja dulu baru pulang." ucap Farel ia menarik tangan Dinda, berusaha tidak membuat situasi semakin kacau, langkah Dinda pun terhenti.

"kita pulang! Sekarang!!," tegas Dinda.

"Kerumah mama?," ucap Farel.

"Ke Bandung." ucap Dinda matanya berkaca-kaca.

"Oke kalau kamu gak mau pulang aku bisa pulang sendiri!." lanjut Dinda, ia menepis tangan Farel.

Farel hanya mengekor ia tidak mungkin membiarkan istrinya pulang sendiri akhirnya mereka pulang ke Bandung, Dinda hanya terdiam sepanjang perjalanan,  kejadian tadi masih membekas jelas di ingatannya. Entah setelah ini ia akan berteman lagi dengan Aurel atau tidak yang jelas sikap Aurel tadi sudah membuat Dinda sangat marah.

Hari di mana Dinda kira akan menyenangkan, belanja bersama Farel dan mengunjungi rumah orang tuanya ternyata menjadi sekacau ini.

Mobil pun melaju pelan Mereka sampai di Bandung pukul 19:00 Wib.

"Loe kenapa sih tadi mau ngasih nomor whatsapp loe ke Aurel," ucap Dinda setelah sampai di rumah.

"Aku cuma ikutin permainan kamu." ucap Farel.

"tapi harusnya loe nolak! Loe hargai dikit perasaan gue," ucap Dinda.

"jangan-jangan di luar sana loe juga bersikap kayak tadi, iya kan? loe emang gak punya perasaan." lanjut Dinda fikiranya benar-benar ngawur.

"Cukup! Harusnya aku yang marah. Kamu bilang hargai perasaan kamu? Kamu fikir kamu menghargai perasaan ku kamu mengakui aku sebagai sepupu di hadapan temanmu ." Farel tidak bisa menahan kesabarannya menghadapi Dinda yang fikirannya semakin ngawur.

"Kita memang di jodohkan tapi aku sedikit pun gak pernah merasa terpaksa ngejalani hubungan ini sama kamu, aku tau batasan ku. Seandainya tadi kamu mengakui aku sebagai suamimu mungkin aku gak akan melakukan hal serendah tadi." lanjut Farel.

Dinda mematung melihat Farel, baru kali ini ia melihat suaminya marah, Farel yang biasanya diam tidak banyak kata malam ini ia melontarkan sejuta kata hanya untuk memberikan penjelasan pada Dinda. Air mata Dinda mengalir ia sadar kekacauan ini akibat ulahnya lagi ia menatap mata Farel.

"Aku gak habis fikir sama kamu, kamu sampai berfikir bahwa aku gila wanita di luar sana dan kamu tidak mengakui aku sebagai suamimu, Oke!!! sekarang terserah kalau kamu tidak bisa menerima pernikahan ini, silahkan gugat cerai!." lanjut Farel ia benar-benar marah sikap Dinda sangat membuatnya tidak habis fikir.

Mata Dinda melebar memerah tidak bisa menahan tangis mendengar ucapan Farel, ia tidak menyangka akan menjadi seperti ini, Farel benar-benar marah besar.

Drama pernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang