part 12

2.2K 71 2
                                    

Dinda menunggu Farel ia duduk di sofa yang tersedia di dalam kamar Farel, pandangannya menatap pada ranjang Farel ia bahagia akhirnya sikap Farel pelan-pelan mulai hangat.

"Tokkk..tok..." Farel mengetuk sebagai pertanda bahwa ia akan masuk.

Suara ketukan pintu membuyarkan fikiran Dinda, ia beralih menatap ke pintu dan mendapati suaminya masuk dengan segelas teh hangat yang ia pegang.

"Ini minum biar perut mu hangat," Farel menyuguhkan teh hangat pada Dinda.

"Makasih," Dinda tersenyum meraih gelas dari tangan Farel dan mulai menyruput dengan pelan.
Farel duduk di samping Dinda kemudian mengeluarkan handphone dari sakunya.

"Rel?," ucap Dinda ia meletakkan gelas di meja yang ada di depannya, Dinda berusaha mengambil perhatian Farel.

"Iya?," Farel masih fokus pada Gajgetnya.

"Gue minta maaf ya soal kejadian kemarin," ucap Dinda dengan nada menyesal.

"Its oke." ucap Farel singkat.

"Loe gak jadi kan mau minta cerai?," ucap Dinda lagi.

"Menurutmu?," saut Farel dengan tatapan yang masih fokus pada layar handphone.

"Gue janji gue gak bakal ngulangi kesalahan kemarin," ucap Dinda.

"Baguslah." saut Farel

(Ihhh ni orang, gue udah berusaha bersikap manis masih aja cuek, salah fikiran gue kalo dia udah berubah ternyata enggak.)batin Dinda bergumam.

"Ya sudah, aku mau ke kantor ada urusan penting." ucap Farel ia beralih menatap Dinda.

"Kok mendadak?," tanya Dinda.

"Iyaa ini aku baru dapat kabar dari asisten ku katanya ada rapat sama klien penting." jelas Farel.

"Ohh gitu, jam berapa pulang?," tanya Dinda lagi.

"Belum tau juga, nanti aku kabari kalau on the way pulang, ya sudah kamu jaga diri jangan telat makan nanti aku pesenin makanan di grab food, istirahat aja gih," ucap Farel.

"Gak usah pesan makanan ah gue lagi gak laper, nanti gue bisa pesan ke bu Ningsih aja." ucap Dinda.

"Ya sudah, aku pergi dulu," ucap Farel ia mengusap kepala Dinda yang terbalut hijab berwarna mocca.

"Iyaa hati-hati," Dinda meraih tangan Farel kemudian menciumnya.
Farel membalas kecupan pada kening Dinda, Dinda terpaku denyut jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya.

Farel beranjak dari tempat duduk, Dinda menatap punggung Farel yang berjalan keluar hingga pintu kamar tertutup.

"Astagaaaaa fix kecupan pertama dalam hidup gue," ucap Dinda ia senyum-senyum girang.

"Farel bikin gue meleleh banget, pokoknya gue harus bisa buat Farel jatuh cinta sama gue." ucap Dinda.

Dinda benar-benar tidak menyangka Farel akan melakukan hal seperti itu, ia merasa saat itu Farel hanya miliknya semenjak menikah ia tidak pernah di sentuh oleh Farel sedikitpun, dengan satu kecupan saja sudah membuat Dinda lupa bagaimana awal terjadi pernikahan yang sempat ia tolak mentah-mentah.

"Gue mau ngapain ya hari ini, emm baru jam 10," Dinda menatap jam Dinding yang ada di kamarnya.

Dinda keluar kamar menuju dapur untuk meletakkan gelas.

"Aduhh boring banget gue kalau begini, mana ni rumah sepi banget." Dinda berjalan menuju Ruang tamu.

"Ehhh kenapa gue gak hubungin Bu Ningsih aja, gue kan udah punya janji mau belajar masak sama dia," ucap Dinda ia membuka ponselnya dan mencari nama bu Ningsih.

"Gue telpon deh," Dinda menekan tombol panggilan.

[Assalamualaikum Bu,] ucap Dinda.

[Waalaikumussalam Neng, kumaha damang,] ucap Ningsih ia nampak senang saat Dinda menghubunginya.

[Hehe maaf bu artinya apa ya?,] Dinda meringis karena kata-kata yang terucap dari lisan Bu Ningsih.

[Aduhh maaf Neng ibu lupa, maksutnya teh gimana kabarnya Neng Dinda?,] jelas Ningsih.

[Alhamdulilah baik bu hehe,] Dinda meringis.

[Alhamdulilah kalau begitu, ada apa Neng tumben telpon ibu?,] ucap Ningsih.

[maaf sebelumnya ibu lagi sibuk gak?,] ucap Dinda.

[Gak juga sih Neng, ibu baru kelar ngerekap pesanan untuk besok rencana ibu hari ini cuma mau belanja habis itu selesai,] ucap Ningsih.

[Kan saya pernah bilang mau minta ajarin ibu masak kan, hehe hari ini saya pengen mulai belajar bu, gimana?,] ucap Dinda.

[Ohh bisa Neng bisa banget, Nanti ibu kerumah Eneng kalau habis pulang dari pasar,] ucap Ningsih.

[Iya bu, ehh tapi saya juga belum belanja ini gimana kalau kita belanja bareng bu?,] tawar Dinda.

[Boleh Neng boleh nanti ibu jemput Neng di rumah kita naik taxi aja,] ucap Ningsih.

[Iyaa bu, makasih ya saya tunggu kalau begitu saya tutup ya teleponnya, Assalamualaikum.] ucap Dinda.

[Iya Neng, waalaikumussalam.] Ucap Ningsih kemudian sambungan telepon terputus.

Dinda dan Ningsih belanja berbagai perlengkapan Dapur seperti rempah-rempah, sayuran, daging, dan seafood.
Kemudian mereka mulai memasak, Dinda belajar pelan-pelan dari masakan harian sampai masak hidangan tertentu, tak lupa Dinda belajar masak mie kocok makanan kesukaan mertuanya.

* * * *

"Baik rapat hari ini saya tutup," ucap Farel sebagai pimpinan perusahaan.

"Terima kasih pak atas kerja samanya semoga bisnis kita meluas dan di beri kelancaran," ucap Basri salah satu rekan bisnis Farel.

"Sama-sama pak terima kasih kembali karena sudah mempercayai perusahaan kami untuk bekerja sama," ucap Farel.

"Dengan senang hati pak." ucap Basri tersenyum,Farel dan Basri berjabat tangan.

Ruang rapat mulai sepi karena satu per satu klien mulai beranjak keluar.

"Via kamu beresih semuanya nanti dokumennya kamu bawa ke ruangan saya, saya mau ke toilet," ucap Farel pada Asistennya.

"Baik pak." ucap Via ia mengangguk kan kepala.

Farel mulai masuk ruangannya, ia menoleh pada jam dinding menunjukkan pukul 16:30
Ia membuka handphone melihat ada Dua notifikasi pesan dari nomor tidak di kenal.

[hay Farel]

[Gue Aurel, save nomor handphone gue ya.]

Mata Farel melebar melihat pesan dari whatsappnya.

[Iyaa] balas Farel, tanpa menunggu waktu lama Aurel pun membalas kembali.

[Gimana kondisi Dinda?,] balas Aurel.

[Udah baikan,] balas Farel.

[syukurlah kalau begitu,] balas Aurel.

Farel hanya melihat chatnya tanpa di balas.

[Rel, loe yang sabar ya ngadepin sikapnya Dinda] balas Aurel.

[Always,] Balas Farel.

[Gue prihatin sama loe, kayaknya loe di sia-siain Dinda, So kalau loe butuh teman curhat gue siap kok jadi pendengar loe.] balas Aurel.

Farel hanya mengernyitkan dahi ternyata Aurel sangat peduli padanya, beda dengan Dinda yang selalu bersikap kekanak-kanakan.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung(^.^)

Drama pernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang