19

2.4K 66 0
                                    

Drama Pernikahan

#DP (part 19)


Farel hanya memantau Aurel dan Roy dari dalam mobil, ia melihat Aurel dan Roy sangat akrab entah sejak kapan yang jelas seperti seorang teman yang sudah kenal lama.

"Sebenarnya apa yang mereka lakukan di sini," ucap Farel.

"Thanks ya, gue lega sekarang," ucap Aurel.

"Iya makanya loe kalau mau main api difikir dulu," ucap Roy.

"Tapi gue gak bisa lepasin Farel gitu aja, gue udah terlanjur sayang sama dia," ujar Aurel.

"Terserah loe deh, yang penting gue udah kasih saran," ucap Roy.

"Ya sudah, nanti gue pikirin lagi, gue sekarang mau pulang," ujar Aurel.

"Iya hati-hati," ucap Roy.

Aurel pun masuk ke dalam taxi kemudian Roy kembali ke dalam kantor.

"Sejak kapan Roy mengenal Aurel?" Farel bingung memikirkan hal tersebut.

Dari pembicaraan yang Farel dengar sepertinya Roy sangat peduli pada Aurel, apakah ada udang di balik wajan eehh ... Ada udang di balik batu. Farel harus bertanya langsung pada sahabatnya itu. Farel turun dari mobil kemudian masuk ke dalam ruang rapat.

"Selamat siang pak." Farel menjabat tangan dua orang yang berumur 45tahunan yang sudah siap berada di ruang rapat.

Farel melaksanakan rapat dan akhirnya klien mau berkerja sama dengan perusahaanya, perusahaan Farel memang terkenal dengan bisnis yang semakin pesat dan maju tak heran jika banyak perusahaan-perusahaan lain yang ingin berkerja sama dengan perusahaannya.

* * * *

Dinda hanya termenung di dalam kamar Clara, hatinya sangat tercabik-cabik entah keputusan apa yang akan ia ambil untuk pernikahan yang baru saja ia mulai.
Ia ingin mengakhiri tapi bagaimana dengan hubungan keluarganya dan keluarga Farel jika ia harus berpisah.

"Din?" Clara masuk ke dalam kamar, melihat Dinda yang tengah termenung di atas ranjang.

"Dinda .... " Clara menyentuh pundak Dinda.

"Apa Rel?" ucap Dinda karena fikirannya yang selalu di penuhi tentang Farel.

"Eeh ... Sorry Ra gue ... Maksut gue ...," ucap Dinda gugup saat ia salah menjawab.

"Udah gak papa gue ngerti." Clara duduk di dekat kaki Dinda yang menjulur lurus.

"Din ... Gue tau perasaan loe sekarang tapi loe jangan begini, gue gak sanggup liatnya, dokter kan pernah bilang loe gak boleh mikir terlalu berat nanti loe sakit lagi gimana?" Clara menggenggam tangan Dinda.

"Tapi Ra ...." Air mata Dinda kembali lolos dari pelupuk mata, genangan yang tidak berhasil ia tahan berlalu membanjiri pipinya.

"Gue gak sanggup, gue harus gimana sekarang." Dinda menekuk lututnya kemudian memeluk kedua lututnya ia menunduk menangis terisak.

Clara hanya bisa mengusap bahu Dinda, hatinya ikut merasakan kesakitan yang sahabatnya rasakan.

"Gue minjam hp loe." Clara meraih hp Dinda yang terletak di meja.

Dinda tidak menjawab apapun, air matanya masih setia tak kunjung kering.

"Gue harus telepon Farel." Clara keluar kamar dan mulai mencari kontak Farel di hp Dinda.

[Halo Din, syukurlah akhirnya kamu menelpon ku, aku jemput ya kita pulang,] ucap Farel tanpa basa-basi.

[Ini gue Clara bukan Dinda,] ucap Clara.

Drama pernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang