21 (End)

4.1K 81 6
                                    

Drama Pernikahan

#DP (part 21 END)


Dinda terhuyung menutup pintu, ia bersandar di balik pintu saat Farel sudah melaju kembali ke kantor, perasaannya merasa terobarak-abrik karena kecupan yang baru ia dapatkan.

"Ya Allah ..." Dinda mengelus dada pelan agar perasaannya kembali tenang.

"Haruskah aku akhiri semuanya, walau hatiku masih sangat perih tapi aku juga tidak sanggup mendiami suamiku, aku tahu ini dosa tapi aku bisa apa," ucap Dinda.

Langkah Dinda bergerak pelan menuju sofa untuk beristirahat, ia lelah atas semua drama yang harus ia lakukan, berpura-pura tidak peduli pada Farel.

Farel tampak bahagia saat tengah dalam perjalanan menuju kantor ia berulang kali menatap bekal yang terletak di sampingnya. Farel tiba di area parkiran kantornya dengan senang hati ia melangkahkan kaki untuk menuju ruangannya dan segera menyantap makan siang yang sudah istrinya siapkan.

"Wah ... Girang amat loe kayak habis menang undian," sapa Roy saat Farel melewati koridor.

"Haha ... Minggir aku gak sabar mau makan," ucap Farel sembari melanjutkan langkahnya.

"Eeehh ... Tunggu dulu buru-buru banget, loe laper atau gimana sih, emang apaan sih isi tas itu kayak berharga banget?" tanya Roy.

"Sstttt ... Ya jelas berharga, masakan istri mah selalu berharga, kamu gak bakal tahu perasaanku," saut Farel

"Dinda masak buat elo?" tanya Roy sembari melebarkan mata.

"Loh ya wajar kan? Salah satu tugas istri ya masak buat suami, makanya cepat-cepat merried kalau pengen ada yang masakin," ledek Farel langkahnya kembali tergerak menuju ruangannya.

"Et dalah ngeledek banget sih lu, awas ya kalau gue udah merried," ucap Roy menatap punggung Farel.

* * *

Dinda hanya duduk tatapannya kosong karena terlalu banyak memikul beban fikiran, di tambah tidak ada tempat untuk bercerita, tidak ada orang lain di rumah megah itu, Dinda selalu kesepian saat Farel pergi kerja.

Dring ... Dring ...

Telepon rumah berdering, fikiran Dinda membuyar ia beralih menuju telepon yang terletak tidak jauh dari tempat duduknya.

[Assalamualaikum,] ucap Dinda.

[Waalaikumussalam Nak,] saut suara wanita berusia 35 tahun itu.

[Eeh Mama, ada apa Ma kok tumben telepon,] tanya Dinda.

[Gimana kabarmu sayang?] tanya Risa.

[Alhamdulillah sehat Ma, Mama sama Papa gimana kabarnya?] tanya Dinda.

[Alhamdulillah sehat juga, oh ya Mama nelpon mau kasih tahu kalau malam ini ada acara di rumah, Mama harap kamu sama Farel datang ya,] ucap Risa.

[Acara? Acara apa Ma kok mendadak?] tanya Dinda sembari mengernyitkan dahi.

[Cuma acara keluarga sayang, keluarga kita sama keluarganya Farel makan malam bersama, si Vitar sama Mama Papanya juga datang malam ini,] ucap Risa.

[Vitar? Serius Ma? Kapan dia ke jakarta?] tanya Dinda.

[Katanya sore dia baru sampai di sini, makanya Mama pengen kamu juga hadir, bisa ya sayang,] ucap Risa.

[Hemm Insya Allah ya Ma, kalau Mas Farel gak lembur kami usahakan,] saut Dinda.

"Beneran di usahakan ya, Mama pengen banget kamu ikut hadir, ya sudah Mama tutup ya teleponnya, assalamualaikum,] ucap Risa.

"Iya Mama, waalaikumussalam.] Dinda menutup sambungan telepon.

Drama pernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang