Bab 19

6.1K 392 26
                                    

"duh istriku kayaknya bahagia banget nih, daritadi senyum terus," Ali merangkul Prilly yang sedang berbenah memasukkan pakaiannya ke tas jinjing berukuran sedang.

"iya dong, kan mau pulang ke rumah, gak betah banget di rumah sakit." sahut Prilly sambil tetap membereskan pakainnya sendiri.

"sini aku bantu," ucap Ali sambil membantu Prilly memasukkan pakaiannya ke dalam tas.

"bra kamu lucu juga ada pita-pita dan rendanya begini," tutur Ali frontal.

"ih mas apaan sih mesum banget, sini." Prilly langsung cepat-cepat merebut barangnya dari tangan Ali, sedangkan Ali malah terbahak-bahak.

"udah kamu enggak usah bantuin, mending kamu telpon dulu tuh supir sudah jemput kita apa belum," titah Prilly.

"sudah sayang, paling gak nyampe sepuluh menit pak Diditnya datang." jawab Ali.

Sebelum keluar dari rumah sakit Prilly harus di periksa lagi untuk memastikan kesehatan Prilly sudah pulih total. Setelah pengecekan barulah Prilly diperbolehkan berpulang dengan syarat tidak boleh banyak pikiran dan harus rajin check up.

Ali merangkul Prilly di sepanjang koridor rumah sakit, karena sudah banyak wartawan yang ada di depan mereka, sampai-sampai satpam di rumah sakit harus ikut turun tangan agar Ali dan Prilly bisa jalan melewati para wartawan yang selalu ingin tahu apa saja yang terjadi pada artis tanah air.

"Akhirnya bebas juga dari karyawan kepo," Prilly mengehela nafas lega ketika sudah berada di dalam mobil dan mobilnya juga sudah berjalan membelah jalanan ibu kota.

"lagian wartawan itu kayak gak ada hari lain aja interviewnya, mending kalau konfirmasi ini enggak ada." tutur Ali disetujui Prilly.

"ya mana kepo sampe urusan pribadi lagi, mana kadang kalimat pembukanya waktu di tayangkan di televisi bikin opini masyarakat aja." ungkap Prilly yang kadang merasa risih oleh para wartawan yang suka iseng bertanya kehidupan Prilly yang terlalu dalam.

"ya namanya juga artis," sahut Ali.

"gini nih  gak enaknyankalau jadi artis, semua orang terlalu pengen tahu sama urusan pribadi kita, tapi yang paling nyebelin itu banyak orang  yang sok tahu sama kehidupan kita, padahalkan apa yang ada di layar gak harus selalu sama di balik layar," cerca Prilly, sedangkan Ali manggut-manggut pertanda menyetujui apa perkataan Prilly.

"oh iya sayang masalah hinaan ke kamu itu aku serius bawa ke jalur hijau, kamu tinggal tunggu kabar selanjutnya dari pengadilan sedangkan pelaku-pelakunya sedang di lacak," ucap Ali.

"ya baguslah sesekali bikin haters jera," sahut Prilly.

"tapi kalau misalnya pelakunya di bawah umur gimana? Apa kamu masih tetap tega jebloskan dia ke penjara?" tanya Ali

"ya enggaklah, namanya juga di bawah umur mungkin belum bisa membedakan mana yang baik dan baik dan mungkin juga faktor lingkungannya. Tapi yang aku kadang enggak nyangka itu ada ibu-ibu umurnya lebih dari aku bahkan sudah punya anak dia malah ngehina aku, seharusnya dia kalau seorang ibu kan harusnya paham gimana rasanya kalau anak perempuannya dihina."

"sabar aja ya, semua itu akan ada balasannya kok." ucap Ali.

♥♥♥

"Mas," Prilly memeluk Ali dari belakang, saat ini Ali sedang berada di ruangan khusus seperti perpustakaan pribadi namun juga di lengkapi oleh fasilitas laptop dan mesin print-out.

Ali yang sedang sibuk menatap layar komputer pun mengalihkan padangannya ke samping agar bisa melihat wajah Prilly.

"kenapa hmm?" tanya Ali

Pernikahan Perjanjian (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang