Level 27: Level Max

1.2K 184 58
                                    









Level 27 : Level Max ― Between Me, Hago, And Him








        Ini kisah sebelumnya...

"Robin, gue pulang dulu."

"Ha? Kenapa? Mabar kita gimana woi?"

Kevin berbalik sebentar, menggaruk rambutnya yang tak gatal. "Gue lupa kalau udah ada janji, hehe."

"Ck, bangsat! Trus ngapain tadi ngajakin nongkrong padahal tugas kelompok kita juga belum selesai." Robin melempar ponselnya ke meja. Menampakkan raut kecewa untuk beberapa detik sebelum digantikan senyum. "Ya udah sono pergi! Sebelum gebetan lo diambil orang," lanjutnya.

Kevin memberikan satu kedipan manis. "Hehe, sorry bro! Lain kali gue traktir deh. Terserah lo mau beli apa."

Robin menepiskan bibir, "Lu pikir gue semiskin itu. Sono! Sono!" sembari memberi gerakan tangan― mengusir.

"Bye."

Robin menggeleng.

Kevin yang ingin bertemu dengan gebetannya kenapa malah jantungnya yang berdebar-debar ya?








***








Cewek itu lagi-lagi menggerutu. Membuat suara berisik dengan sepatu hak tingginya. "Sialan! Sialan! Sialan!"

Penyesalan memang selalu datang di akhir.

Mengiyakan ajakan nge-date cowok serigala itu rasanya adalah kesalahan besar dalam hidupnya.

Yena tak tahan. Dia melepaskan sepatunya dengan asal. Bahkan menendang salah satunya hingga terlempar cukup jauh. Salah satu cara untuk melampiaskan emosinya.

Bunyi notif whatsapp mengalihkan atensinya. Dia tak langsung membukanya, hanya melihat dari pop-up.

Kevin: Gue udah diparkiran

Kevin: Tungguin bentar

"Bodo," ucapnya pada diri sendiri. "Emangnya gue peduli."

Meski begitu dia tetap menunggu. Ibu jarinya bergerak untuk membaca pesan whatsapp itu. Tak membalas. Hanya dibaca. Ingin menunjukkan seberapa kesal dirinya.

Lalu tak lama masuk pesan dari Ali yang mengajak menonton Persija, besok, di GBK.


"Yena!"

Kevin datang dengan terengah-engah dan langsung mendudukkan dirinya di samping Yena. Cewek itu tak menggubris dan malah bermain hago. Jelas dia sangat marah. Menunggu hampir dua jam di bawah teriknya matahari Jakarta.

"Gue tahu elo marah. Tapi sumpah, gue gak ada niatan buat bercanda.

"Gue beneran lupa."

Yena masih tak merespon.

Kevin dengan telaten mengelap keringat di area wajah dan lehernya.

Yena melirik melalui ekor matanya, dia mengumpat dalam hati. Kenapa cowok itu masih terlihat tampan dalam keadaan seperti ini?

Apalagi saat cowok itu tersenyum tipis. Membuat Yena gemas dan ingin membantu menyeka keringatnya.

Hah! Apasih?



"Oh ya gue lupa," ucap Kevin lalu mengeluarkan sebotol air dingin dari dalam tasnya.

"Minum gih, keburu dingin."

Yena tetap diam. Melirik pun tidak.

Kevin lalu membuka tutup botolnya. Sebelah tangannya meraih tangan Yena dan meletakkan botol itu dalam genggaman Yena.

HAGO #YOURKIDUCEEHSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang