Level 29: Luka Sang Guardian

288 76 10
                                    



Level 29 : Luka Robin, Si Penjaga





        Cinta itu selalu punya dua sisi, bahagia dan sedih. Kalau yang satu sudah bahagia, maka akan ada yang bersedih. Sama halnya saat Yena dan Kevin yang berbahagia, maka ada Robin yang bersedih.

"Obi, kok gak diminum sayang, susunya?" Mami Robin menegurnya.

Cowok itu hanya menggeleng. Bahkan tak terlalu niat memakan sarapannya. Hanya mengaduk-aduk nasi goreng buatan sang Mami lalu sesekali menyendokkan ke mulut.

Sudah seminggu dia seperti ini di rumah. Setelah pulang sekolah tak pergi kemanapun. Bahkan saat sahabat-sahabatnya datang, dia hanya mau menemui mereka sebentar.

"Namanya juga lagi patah hati, Mi. nanti bentar lagi juga sembuh," celetuk Sintya. Kakak perempuan Robin.

"Uluh-uluh, adekku sayang! Cari cewek lain aja sih. Tuh ada Mirani yang juga suka ama elo." Sintya menggoda― menggelitiki dagu Robin dengan jemari kanannya. Namun Robin menepis tangannya.

"Lo tahu apa sih, Kak," sengaknya.

Sintya dan sang Mami berpandangan, lalu tertawa geli.

Mami Ami kemudian menghampiri sang putra. Mengusap lembut rambut hitamnya dengan penuh perhatian. Wajahnya yang semula cerah berubah mendung.

"Bukannya dulu Mami udah pernah bilang… Saat kamu berani mencintai seseorang, berarti kamu juga harus siap tersakiti. Inget! Cinta itu nggak melulu tentang rasa yang manis, berdebar, dan berbunga-bunga. Tapi juga ada rasa kecewa, cemburu, bahkan putus asa."

Mami Ami kemudian mengecup pucuk kepala Robin. "Jangan kaya Mami yang mencintai manusia secara berlebihan! Karena siapa tahu, dia justru akan jadi orang yang paling kamu benci. Cintai dia sesuai porsinya aja! Kalaupun dia menolak, kan kamu masih punya cinta untuk diberikan ke orang yang lebih tepat."

Pegangan Robin pada sendoknya semakin erat. Setiap topik ini dibahas, pelupuk matanya terasa panas dan berat.

Amita Pambudi adalah wanita paling tegar yang ia kenal. Meski telah di selingkuhi sang suami, dia tetap memilih mempertahankan pernikahannya demi dirinya dan Sintya― memiliki ayah. Sayang justru istri simpanannya yang sudah dikaruniai seorang anak perempuan, tak ingin di duakan. Pria yang Robin sangat benci itu akhirnya memilih meninggalkan mereka.

Sintya turut memalingkan muka. Tak sanggup menahan lelehan air mata. Jika sang adik sangat benci pada si pria, maka dirinya sangat benci pada dua wanita itu. Bahkan dirinya yang merupakan seorang jurnalis junior waktu itu, sempat berpikir untuk mempublis skandal dari sang mantan ayah. Namun ditahan oleh sang mami, katanya, biarlah masalah ini menjadi aib bagi keluarga mereka. Tak perlu diumbar hanya untuk menyakiti orang lain.

"Dah, lanjutin sarapannya. Mami berangkat ke kantor." Ami mengusap air mata Sintya dan Robin bergantian.

Seperginya sang Mami, Sintya merengkuh adiknya dalam pelukannya. "Ayo jangan jadi anak nakal yang nyusahin Mami hanya karena perempuan atau laki-laki lain. Mami sudah cukup susah untuk menghidupi kita berdua," nasihatnya. Dengan begitu Robin mengangguk patuh.






***





WA Grup Tujuh Sekawan (7)

Yena: Sorry guys, gue gak jadi pergi :(

Aliando: Ah, bangsat! Udah terlanjur dandan klimis juga

Saeroni: Ah, bangsat! Udah terlanjur dandan klimis juga (2)

HAGO #YOURKIDUCEEHSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang