12

25 2 0
                                    

Happy Reading 🖤

***

"Kak Raka.. " Ucap Lili dengan nada lembut.

"Hmm.."

"Makasih ya, udah beliin tisu terus minjemin sweeter kakak juga. Maaf tadi udah ngatain kakak juga." Ucap Lili tulus dengan memasang muka polos-polos gitu.

Raka pun melirik nya sekilas lalu menepuk pundak kepalanya sekilas.

"Iya sama-sama. Oh iya kok tumben lo bicara formal sama gue belakangan ini? Ada mau apa lo?" Jawab Raka.

Lili pun yang tadinya sempat baper karena Raka tiba-tiba menepuk lembut pundak kepalanya mendadak kesal kembali dan langsung memukul bahu Raka.

"Gue ngomong unformal salah gue ngomong formal juga salah. Ribet ya ngomong sama penghuni Cagar alam kaya lo ka. Serba salah." Ujar Lili kesal lalu memalingkan wajahnya dari Raka sambil mengutuk laki-laki itu dalam hatinya.

Raka pun tertawa melihat tingkah gadis yang membuat hari-harinya selalu berantakan. Gadis yang entah datang dari mana dan selalu mengganggu harinya yang indah dan damai.

"Gue bercanda." Jawab Raka dengan memasang wadah datar nya kembali.

Lili pun membalikan wajahnya menghadap Raka kembali. Ingin melihat wajah Raka saat ia mengucapkan kata bercanda tadi.

"Coba ulangin ucapan lo tadi." Pinta Lili kepada Raka.

"Gue bercanda." Ucap Raka dengan datar.

Lili pun menepuk keningnya seolah tidak paham lagi dengan sikap Kakak kelasnya yang satu ini. Apa ada orang yang mengucapkan kata bercanda dengan wajah yang datar. Jadi kelihatan horor bukan?

"Kak Raka yang terhormat. Nih ya adik kelasnya jelasin. Kalau ngomong bercanda itu pake muka yang santai bukan datar kaya gitu kak. Terus pake senyum juga tau, jangan kaku kaya kayu gitu dong astaga." Ucap Lili pusing, ternyata Raka tidak tahu cara meng-ekspresikan wajahnya. Yang benar saja.

"Terus gimana?" Wajah Raka polos membuat Lili semakin prustasi dibuat nya.

Lili pun dengan sabar mencontoh kan kembali gimana yang seharusnya Raka lakukan tadi.

"Nih gini kak, kalau ngomong kata 'gue bercanda' ini gini." Lili pun menghentikan ucapannya dan memasang wajah seolah-olah sedang tertawa dan bercanda dengan seseorang. Memasang wajah sedikit tertawa dan menepuk pelan pundak Raka. "Gue bercanda." Ucap Lili mengulang ucapan Raka tadi sambil menepuk bahunya pelan dan tertawa kecil kearah Raka.

Raka pun hanya menganguk-angukan kepalanya seolah paham apa dengan apa yang tadi Lili jelaskan.

"Paham ga?" Tanya Lili.

"Hmm.. "

"Coba ulangin kaya gue tadi." Pinta Lili sekali lagi.

"Gue bercanda." Ucap Raka dengan tersenyum. Iya tersenyum. Seorang Raka tersenyum, sungguh langkah bukan?

Apa kalian tahu senyuman Raka itu sangat mematikan dan manis sampai-sampai es jeruk yang tadi Lili pesan kalah manisnya.

Lili pun sampai bengong melihat Raka tersenyum begitu manis kepadanya. Ini sih bukan yang ia ajarkan tapi ini lebih dari yang ia ajarkan. Lili pun memang jantungnya apakah berdetak dengan cepat atau tidak. Ia pun langsung menjauhkan diri beberapa cm dari Raka. Takut jika laki-laki itu mendengar detak jantung dan melihat wajahnya yang memerah karena senyuman mautnya itu.

Raka yang bingung pun langsung melirik Lili dengan tatapan heran, ada apa dengan Lili? Kenapa tiba-tiba dia menjauhkan nya. Apakah tadi senyumannya sangat menjijikan? Ah dia Menggrutuki dirinya agar tidak tersenyum seperti itu lagi di depan Lili.

Raka pun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena malu sudah tersenyum seperti itu yang membuat Lili mungkin Jijik terhadapnya.

"Emmm.. Gue salah ya? Senyum gue bikin lo Jijik ya? Maaf-maaf gue ga bakal senyum kaya gitu lagi deh gue janji." Ucap Raka prustasi dan langsung meningalkan Lili yang masih saja tidak percaya bahwa Raka memiliki senyum semanis itu.

Lili pun langsung terkejut mendengar ucapan Raka tadi. Apa Jijik? Tidak sama sekali bahkan itu sangat manis astaga. Mungkin ia salah tadi langsung menjauhi Raka tiba-tiba mengkin dirinya salah paham karena tingkahnya tadi.

***
Bel pulang sudah berbunyi 5 menit yang lalu. Dan sekarang Lili baru keluar dari kelasnya karena malas berdesak-desakan dengan teman sekelasnya yang sangat merepotkan itu.

Saat baru beberapa langkah dari kelasnya Lili tak sengaja melihat Raka yang ingin menuju parkiran sekolahnya. Lili pun langsung berlari mengejar kakak kelas nya itu. Tujuannya sudah pasti ingin meminta maaf kepada Raka. Karena salah paham tadi saat dikantin.

Lili pun berlari dengan cepat menuju Raka yang baru ingin menaiki motornya. Lili pun menarik jaket Raka yang baru saja ingin menyalakan motornya itu.

"Hosh.. Tung.. gu dulu.. Kak hosh.. " Ucap Lili terbata-bata karena cape mengejar Raka tadi.

Raka pun langsung membuka helm yang ia gunakan, lalu turun dari motor kesayanganya.

"Ada apa?"

"Gue... Hmm.. Mau minta maaf Kak, tadi bukan maksud gue bikin lo salah paham karena tadi lo senyum depan gue kak. Abis senyumnya ga nahan tau sampe bikin ni jantung deg-degan ga karuan." Ucap Lili jujur.

Ehh.. Apa? Deg-degan? Gila. Ngapa lo jujur banget sii liiii, maluu woii

Lili pun langsung menepuk-nepuk mulutnya pelan karena sudah bilang seperti itu kepada Raka. Dasar Lili.

"Ehhh tadi ga salah ngomong kan ya? Duh angep aja angin lewat deh yang tadi ya kak." Ucap Lili sambil mengaruk tengkuknya yang tidak gatal karena salah tingkah.

Raka pun tertawa kecil karena melihat tingkah Lili yang terlalu kelewat polosnya. Raka pun mengacak rambut Lili gemas lalu menjitaknya.

"Dasar aneh lo." Ucap Raka lalu kembali memakai helmnya dan menaiki motornya.

Namun saat ingin menaiki motornya tiba-tiba Raka kembali mengurungkan niatnya. Dan kembali menatap Lili yang masih mengaduh kesakitan.

"Sweeter gue mana?" Ucap Raka sambil mengulurkan tangannya kearah Lili.

Lili pun membuka tasnya dan langsung memberikan sweater nya kepada Raka. Raka pun menerimanya dan mengikatnya di pinggang Lili.

"Lohh...."

"Ga dijemput kan? Ayo mumpung gue baik, gue anter anak kecil yang polos kaya lo pulang." Ucap Raka sambil terkekeh.

Lili pun tidak bisa menahan senyumannya. Kenapa Raka semanis ini ga kuat batin Lili menahannya.

"Ayo, jangan senyum-senyum ga jelas gitu. Entar disangka gila gue yang repot." Ucap Raka.

Lili pun langsung menggelengkan kepalanya dan memukul bahu Raka pelan. Enak saja dibilang gila. Eh emang bener gila kan? Gila karena Raka....

****

Jangan Lupa Vote yaa!! Biar semangat<3.

Ig;k.tiaa_hr.

VioletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang