"Sebuah kenangan yang kita jalanin tidak bisa kita lupakan begitu saja, pasti selalu ada bekas yang tertinggal didalamnya. Entah itu menyenangkan atau menyakitkan."
-Raka.Malam ini menjadi malam yang indah untuk seorang Lili Kirana. Ia pun berjalan menuju jendela kamarnya untuk sekedar melihat betapa indahnya langit malam. Langit yang dihiasi bintang-bintang yang indah, bintang yang selalu bersinar seakan menyapanya pada malam ini.
Keindahan malam ini seakan menusir rasa lelahnya. Itu lah sebabnya ia sangat menyukai bintang. Rasanya jika suatu hari nanti ia kembali dilahirkan, ia ingin menjadi bintang saja. Karena bintang selalu menunjukan keindahannya dan selalu bisa membuat semua orang memandangnya setiap waktu sehingga melupakan masalah yang sedang mereka pikirkan.
Lili pun mengambil ponsel miliknya dan mengetikan sesuatu disana.
To Raka
Raka diluar bintangnya indah, persis deh kaya senyum lo kemarin^.^Lili pun tertawa sendiri melihat tingkah konyol dirinya yang mengirimkan pesan seperti itu kepada Raka.
Tapi, itu benerkan? Emang senyum dia indah banget gue ga boong.
Ya,memang kenyataannya seperti itu. Tapi setidaknya Lili tidak perlu terlalu to the point juga kan haha.
Lili pun kembali meletakan ponselnya dan mulai melihat bintang kembali. Senyumnya mengembang seakan puas dengan apa yang telah ia lakukan. Namun, disuatu sisi ia takut semuanya terbongkar karena kebodohnya ini. Seandai nya ia tidak main asal bicara pada saat itu. Mungkin ia takan setakut saat ini. Tapi apa boleh buat semuanya sudah terjadi tidak ada yang bisa merubahnya kembali. Mau tak mau ia harus melanjutkan permainan yang telah ia rangkai dengan indah ini.
Ditempat lain Raka sedang mengambil handuk lalu menggosokkannya ke rambut basahnya. Ia pun berjalan menuju ranjang tidurnya dan duduk disalah satu sisinya. Raka pun mengambil ponsel nya yang tergeletak diatas ranjangnya, ia membuka pesan dan melihat nama Lili ada disana.
Ia pun membaca pesan dari Lili tanpa membalasnya dan langsung berjalan kearah jedela kamarnya. Raka pun tersenyum sambil melihat pemandangan dari luar jendelanya itu. Benar kata Lili bintangnya sangat indah.
Tunggu, Raka pun membaca pesan itu kembali dan… ia pun tertawa membacanya.
Entah sejak kapan ia menjadi sering tertawa seperti ini. Mungkin sejak ia mengenal Lili. Hari-harinya perlahan mulai berubah menjadi lebih berwarna dari pada sebelumnya.
Raka pun bersyukur kerena ia bisa tertawa lagi seperti tadi, mungkin ini adalah tawanya yang pertama setelah kepergian Windy. Karena dulu, hanya Windy lah yang selalu bisa menghiburnya. Yang selalu ada untuknya saat ia terpuruk sekalipun.
Raka pun membuka galerinya dan melihat sebuah foto dirinya berdua bersama Windy, gadis yang dulu sangat ia sangat sayangi. Tanpa sadar air matanya pun terjatuh, ingatan itu pun kembali melintas diingatan Raka. Ingatan yang begitu menyakitkan bagi dirinya. Ingatan yang takan pernah bisa ia lupakan sampai kapan pun.
Seandainnya dulu ia tidak mendengarkan perkataan Windy untuk meninggalkannya malam itu. Mungkin sekarang Windy masih hidup dan masih menunjukan senyuman manisnya itu. Raka pun mengacak rambutnya frustasi.
Tiba-tiba napasnya mulai tidak beraturan. Rasa sesak yang selalu ia rasakan jika mengingat kejadian itu membuat asma yang ia derita saat umur 10 tahun pun kembali lagi.
Dengan langkah tergontai Raka pun berjalan ke laci nya untuk mengambil Nebulizer miliknya dan mulai menghirupnya dengan tergesa-gesa.
Perlahan sesak nya mulai menghilang, dan Raka pun membaringkan tubuhnya diatas ranjang tidurnya. Perlahan ia menutup matanya, ia tidak mau mengingat kejadian itu lagi. Terlalu menyakitkan baginya.
**
"Mamah mamskui, Lili mau berangkat nih." Teriak Lili dari lantai bawah.Iren pun menghampiri Lili sambil menutup kuping nya yang sakit karena teriakan dari anak gadisnya itu.
"Yaudah berangkat tinggal berangkat, kan ada supir kenapa harus teriak-teriak segala si." Ucap Iren kesal.
Lili pun menarik tangan Iren yang masih menutupi kuping nya itu, dan membisikkan sesuatu disana.
"Mamahku tersayang, Uang saku Lili habis nanti Lili ga bisa jajan disekolah gimana?" Bisik Lili lalu memasang wajah cemberutnya.
Iren pun menghela napasnya dengan kasar dan membisikan kembali ke telinga anak gadisnya itu.
"Lili anak mamah tersayang, bilang aja kalau mau minta duit gausah teriak-teriak." Balas Iren .
Lili pun hanya bisa tertawa tanpa dosa kepada mamahnya Itu.
Setelah mendapatkan uang saku ia pun berpamitan kepada mamahnya dan langsung keluar menuju mobil untuk segera berangkat sekolah.
Lili pun membuka pintu mobil dan menyapa supir keluarganya Itu.
"Pagi Pakk!!" Ucap Lili semangat.
"Pagi juga non Lili, tumben semangat banget hari ini." Balas Pak Supir.
"Hehe, pak nanti ga perlu jemput aku ya, soalnya mau ada kerja kelompok dirumah temen." Pinta Lili.
"SIAP Non."
Mereka berdua pun berangkat menuju sekolah Lili.
**
Koridor sekolah Lili sudah mulai sepi, karena 5 menit lagi bel masuk sekolah akan berbunyi.
Sebelum masuk kelas Lili pun pergi ke toilet sebentar untuk merapihkan pakaiannya.
Saat masuk toilet ternyata ada Raka disana yang sedang dihukum karena kemarin bertengkar dengan Candra. Raka pun mendapatkan hukuman untuk membersihkan toilet perempuan.
Lili pun sompak terkejut melihat Raka sedang membersihkan toilet saat ia ingin masuk ke toilet perempuan.
"Loh kakak Raka yang dingin dan galak lagi dihukum ya.." Ucap Lili sambil menertawakan Raka.
"Hmm.."
"Makannya Kak Raka yang galak nya kaya singa, gausah berantem kaya anak kecil yang rebutan mainan dong."
"Hmm.."
"Hmm... Hamm.. Hmmmm.. Terus jawabnya sii." Kesal Lili.
Raka pun menghentikan pekerjaan dan melihat kearah Lili. Ia pun mendekat kearah Lili secara perlahan hingga tubuh Lili sudah mulai menabrak tembok yang ada di belakang nya.
Sekarang wajah mereka hanya meninggalkan beberapa cm saja. Mata Lili pun membulat besar ia binggung apa yang mau dilakukan Raka kepada nya.
Raka pun menghembus kan napasnya tepat di wajah Lili, Lili pun tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Ia terkejut dan hanya bisa diam saja seperti saat ini.
"Ini toilet, lo ga bisa enaknya bicara lama-lama sama cowo ditoilet. Gue juga normal tau." Goda Raka.
"Hah?"
Raka pun semakin memajukan wajahnya dengan wajah milik gadis cantik yang ada didepannya ini.
Lili pun dengan Reflek langsung menutupkan matanya. Raka pun tertawa melihat tingkah gadis ini. Memang dia pikir, dirinya sudah tidak waras?
"Lo ngapain merem?" Ledek Raka.
Lili pun membuka kembali matanya, tadi ngapain ia menutup matanya? Berharap Raka akan menciumnya?
Lili pun mendorong tubuh Raka dan langsung keluar dari toilet dengan terburu-buru.
Gue ngapain merem si tadi... Ngarep dicium sama Raka? Ihhh malu banget.
Jangan lupa Vote!!

KAMU SEDANG MEMBACA
Violet
Teen FictionIni kisah, seorang gadis yang bersama Lili Kirana. Gadis yang bodoh, karena mempermainkan hati seseorang yang bahkan mulai mencintainya dengan tulus. "Raka.. Maafin gue, gue bisa jelasin semuanya ke lo!" "Apa yang harus dijelasin? Semuanya cuman m...