• 14 | Khawatir II •

345 23 0
                                    

"Rugi jika seorang pria melepas wanita yang cantik akhlaknya demi mengejar wanita yang cantik wajahnya. Sesungguhnya yang cantik wajahnya tidak akan abadi. Namun hati yang cantik itulah yang akan abadi." — Dairy Nida

•Instagram : nida.fadillah_

Sesampainya di kamar, aku segera berjalan menuju kamar mandi untuk berwudhu dan segera menunaikan sholat magrib.

Selesai menunaikan sholat magrib, aku beranjak dari tempat sholatku dan berjalan menaiki kasur.

"Ya Allah, maafkan hamba karna telah menyentuhnya." lirihku.

Pikiranku masih khawatir dengan keadaan Nida. Walaupun aku tahu jika sekarang keadaan gadis itu sedikit membaik. Tapi tetap saja aku khawatir dengannya.

"Argh, kenapa aku terus memikirkannya?" ujarku, "Ya Allah hilangkan lah pikiranku tentang dia."

Aku menatap langit-langit kamarku, gadis itu yang telah berhasil membuat aku jatuh cinta. Aku akan mengkhitbah—Nya dan menikahinya segera, tapi—apakah dia akan menerima ku?

"Maafi Qalbi Ghairullah," lirihku. "Jika dia bukan jodohku tidak mengapa, tapi aku meminta kepadamu ya tuhan, jodohkan lah hamba dengannya."

♡♡♡♡

Zahra | POV

Setelah menunaikan sholat magrib. Aku berjalan menghampiri kak Nida yang masih tertidur. Aku menggantikan kompresan—nya. Panasnya masih belum saja turun.

"Syafakillah, kakak cantik." ujarku. "Kakak tahu tidak? Mas Fulan ingin mengkhitbah dan menikah dengan kakak," aku menatap wajah Kak Nida yang masih terlelap dengan tersenyum.

"Kalau kakak jadi istrinya Mas Fulan, Zahra bakal seneng banget soalnya dapet kakak ipar yang cantik, baik."

Aku mengelus kepala Kak Nida, "Cepat sembuh kakak cantik," ujarku.

♡♡♡♡

Di kediaman keluarga Nida.

"Ya Allah, Abi. Nida kemana kenapa belum pulang?" tanya ummi dengan khawatir. Matanya sudah berkaca-kaca.

"Mungkin Nida sedang meneduh karna hujan," ujar Abi.

"Tapi hujannya dari tadi deras terus, Bi." lirih ummi, "Ummi takut Nida kenapa-kenapa."

"Ummi jangan nangis, kita berdoa semoga kakak dalam lindungan Allah." ucap Nando seraya mengelus lengan ummi.

"Ummi yang tenang dulu."

"Gimana Ummi mau tenang! Kalau putri Ummi tidak ada di rumah dengan cuaca seperti ini."

"Abi menghubungi Nisa dulu," abi berjalan menuju nakas meja yang terdapat handphone. Abi segera menghubungi Nisa.

"Assalamu'alaikum, Nak Nisa…"

"Wa'alaikumussalam, Iya Abi. Ada kenapa menelpon Nisa?" tanya Nisa di sebrang sana.

"Nak, apakah Nida ada di rumahmu?"

"Tidak Abi, Nisa di rumah hanya bersama bunda. Bukannya Nida sudah pulang tadi?"

"Astagfirullah, Nida belum pulang sampai sekarang nak. Kami khawatir, sudah mencarinya kemana-mana tapi tidak ketemu apalagi cuaca sekarang sedang hujan deras."

"Ya Allah, maafkan Nisa Abi karna tidak pulang bersama Nida. Tapi tadi Nisa tahu kalau Nida sudah pulang dan dia berkata ingin pulang naik angkot saja."

"Nak, bisa bantu kami untuk mencarikan Nida? Tolong tanya kepada teman-temanki barangkali melihat Nida."

"Baik Abi, Nisa akan bantu cari. Abi sama Ummi jangan khawatir ya. Nida pasti ketemu,"

"Iya nak Nisa, terimakasih."

"Sama-sama Abi,"

Sambungan itu pun terputus. Setelah menelpon Nisa, Abi berjalan menghampiri unmi kembali.

"Bagaimana Abi? Nida ada di rumah Nisa?" tanya ummi.

"Nida tidak ada di rumah Nisa,"

"Ya Allah nak, kamu di mana?" lirih ummi.

"Ummi yang tenang, Nisa sedang bantu cari juga." Abi mengelus punggung Ummi.

"Tapi Abi—"

"Sudah ummi jangan khawatir, sekarang Ummi istirahat saja bersama Nando. Nanti Abi bantu cari dengan Mang Ujang,"

Ummi menghela nafas pelan, "Ummi khawatir Abi,"

"Jangan khawatir, percaya pasti Nida akan ketemu."

Ummi menganggukan kepalanya. Ia bangkit dari posisi duduknya bersama Nando dan bejalan menuju kamar untuk beristirahat.

—TBC—

Terimakasih sudah membaca dairy Nida.

Ini hanya cerita fiksi. Jangan lupa vote dan komentar!

Follow akun instagram.
@nida.fadillah_
@sahabatnida_

DAIRY NIDA [ ENDING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang