• 13 | Khawatir •

350 25 0
                                    

"Ada yang jauh lebih sabar dari seorang yang mengharapkan hujan di musim kemarau. Tetapi kamu tidak pernah menyadari, meski ia setia menunggu hingga menjadi debu." — Dairy Nida.

• Instagram  : nida.fadillah_

Aku terus melangkahkan kakiku menuju rumah. Jarak yang aku tempuh untuk menuju rumah masih jauh. Aku melangkahkan kaki ku dengan cepat karna suara petir telah bergemuruh.

"Ya allah lindungilah hamba," lirihku.

Aku terus melangkahkan kaki dengan cepat agar segera sampai rumah. Namun di pertengahan jalan tiba-tiba hujan turun dengan sangat deras. Aku memberhentikan langkahku dan segera berlari menuju toko yang kosong untuk meneduh.

"Ya Allah, hujannya sangat deras. Kalau aku neduh dulu nanti ke sorean dan ummi sama abi pasti khawatir." — batinku.

Aku menjadi gelisah antara harus pulang dengan hujan deras atau menuggu hujan reda. Aku menghembuskan nafas dan memilih untuk pulang dengan keadaan hujan deras, aku takut jika Abi dan Ummi khawatir di rumah.

Aku kembali melanjutkan jalanku. Aku menghiraukan derasnya hujan yang membasahi tubuhku. Meskipun aku sudah merasa kedinginan dan tubuhku mulai menggigil aku tetap saja melanjutkan perjalan agar cepat sampai ke rumah.

Pasti ummi dan Abi sudah mengkhawatirkan ku. Namun langkahku seketika berhenti saat kepalaku tiba-tiba merasa pusing amat mendalam.

"Astagfirullah…" gumamku seraya memegang kepalaku.

"Bismillahirrahmanirrahim… Ya Allah lindungilah hamba," lirihku seraya memegangi kepala.

Aku hendak melanjutkan jalanku, namun penglihatan ku seketika menjadi buram dan gelap.

♡♡♡♡

Fulan | POV

Setelah acara perkumpulan dengan para ulama yang sekaligus para sahabat Abi. Aku langsung saja kembali pulang ke rumah karna waktu sudah sore. Apalagi hari ini sedang hujan deras.

Aku mengendarai mobilku menerobos derasnya hujan di kota Kuningan. Saat diperjalanan aku tak sengaja melihat seseorang yang tergeletak di pinggir trotoar saat hujan deras.

Aku memberhentikan mobilku dan segera keluar dari dalam mobil untuk menolong orang itu. Aku tak peduli dengan bajuku yang basah karna hujan. Saat aku mendekat ternyata orang tersebut adalah seorang perempuan berseragam SMA yang mengenakan cadar.

Sebentar? Cadar? Apakah gadis ini Nida? Gadis yang telah berhasil membuatku jatuh Cinta?

"Astagfirullah, Nida…" lirihku saat melihat gadis tersebut. Benar, gadis ini adalah sosok yang aku kenal.

Aku segera mengangkat tubuhnya dan membawanya ke dalam mobil.

"Maafkan aku karna telah menyentuhmu," gumamku. 

Aku kembali mengendarai mobilku dengan kecepatan rata-rata. Aku khawatir dengan Nida.

Aku memberhentikan langkahku saat sudah sampai di depan rumahku. Kenapa aku tidak mengantar Nida ke rumahnya? Entahlah pikiranku sedang tidak baik-baik saja karna gadis itu. Aku segera keluar dari mobil dan mengangkat tubuh Nida.

DAIRY NIDA [ ENDING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang