• 05 | Insiden •

490 34 1
                                    

"Sesungguhnya mencintai dalam diam lebih baik dari pada berpacaran." — Dairy Nida

• I n s t a g r a m  : nida.fadillah_

Aku melangkahkan kaki—ku dengan terburu-buru karna malam yang sudah semakin larut dan jalanan pun sudah sepi tidak ada yang berlalung-lalang.

Andai tadi aku segera pulang pasti sekarang  aku sudah berada di rumah. Namun saat aku hendak pulang, aku terpesona oleh lantunan ayat suci al-qur'an yang dibacakan oleh seseorang yang entah siapa aku tidak mengenalinya.

Aku terus berjalan dengan rasa was-was. Namun aku memberhentikan langkahku saat melihat dua orang pria yang berpakaian acak-acakan sedang berdiri di dekat tiang. Sepertinya mereka berdua adalah preman.

Rasa takutku kian menjadi saat melihat preman tersebut. Namun aku harus segera pulang agar ummi dan abbi tidak khawatir. Aku berusaha meyakinkan diri untuk melewati dua preman tersebut.

Bismillah, aku berusaha melewati preman tersebut dengan menundukan kepalaku. Namun saat aku hendak melewati mereka, dua preman tersebut menghalangi jalanku.

"Mau kemana neng malem-malem gini?" tanya salah satu preman dengan seringai menggodanya.

"Ma...mau apa kalian?" tanyaku gugup. "Pergi jangan ganggu saya, mohon!"

"Dia suruh kita pergi bro," ucap preman berperawakan gendut kepada temannya.

"Jangan harap kita akan pergi begitu saja meninggalkan gadis secantik kamu." ucap preman yang berperawakan sedang.

Aku seketika terisak, aku takut jika kedua preman tersebut berbuat yang tak senonoh terhadap diriku. Aku berusaha memundurkan langkahku.

"Mau kemana cantik? Sini sama abang aja..." ucap preman gendut seraya mendekat kearahku.

"Jangan mendekat, aku akan teriak." lirihku takut.

Preman yang memiliki tubuh sedang tersebut malah tertawa. "Hahaha...teriak saja, tidak ada yang akan menolongmu!"

"TOLONG...! TOLONG...! TOLONG..." teriakku dengan keras. Air mataku terus mengalir membasahi cadar yang di gunakan olehku.

Aku terus berdoa kepada allah agar mengirimkan bantuan kepadaku.

"Ya allah, datangkan lah seseorang  untuk menolongku.."— batin ku.

"Percuma kamu teriak, tidak ada yang akan menolong—aaarghhh..." ucapan preman tersebut terhenti seketika dan digantikan  oleh teriakan kesakitan. Tubuh preman yang berusaha mendekatiku tersungkur.

Aku terkejut, aku menatap seseorang yang telah menendang tubuh preman yang hendak mendekatiku.

"Jangan ganggu gadis ini!" ucap laki-laki tersebut.

"Pahlawan loh? Jangan ikut campur urusan kita!" preman gendut segera menyerang laki-laki yang menolongku.

'Bugh'

Namun dengan hebat laki-laki tersebut  berhasil menangkis serangan preman tersebut.

"Kalian pergi dari sini sebelum saya laporkan kalian kepada polisi!" ucap laki-laki tersebut dengan tajam. "Cari kerja yang halal! Kasihan nanti masuk neraka."

"Kalau kalian tetap ada di sini, saya—"

"Iy—iya mas kita pergi..." ucap preman gendut. "Ayo bro lari!"

DAIRY NIDA [ ENDING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang