• 16 | Kembali •

370 27 1
                                    

"Suatu saat nanti kau akan lupa dengan semua luka perih dan butiran bening yang memenuhi celah celah sudut mata yang hanya disebabkan oleh manusia. Karena kau telah menemukan Allah didalam hati sebagai cinta yang tidak akan tergantikan oleh siapapun sungguh itulah definisi bahagia yang sebenarnya."Dairy Nida

•Instagram : nida.fadillah_ & sahabatnida_

Fulan tersenyum seraya menatap Abi. Aku seketika terpana dengan senyuman yang tercetak jelas di wajah Fulan.

"MasyaAllah senyumannya," — batinku.

"Jangan diliatin terus," bisik Nisa di telingaku. Aku menjadi gelagapan seketika saat Nisa mengetahui jika aku menatap Gus Fulan.

"Kalau begitu saya dan adik saya izin pamit, karna ada urusan yang harus dikerjakan," ucap Gus Fulan.

"Iya nak, sekali lagi kami berterimakasih kepada Gus Fulan dan keluarga karna sudah merawat Nida," ucap Abi.

"Sama-sama, kalau begitu kami pamit," Fulan bangkit dari duduknya, ia bersalaman dengan Abi dan yang lainnya terkecuali perempuan. Ia hanya menelangkupkan tangannya dan sebaliknya  untuk Zahra.

"Assalamualaikum..."

"Wasalamualaikum..."

Setelah berpamitan, Fulan dan Zahra pun segera keluar dari dalam rumahku. Aku menatap kepergian mereka dengan senyuman. Setelah kepergian Fulan dan Zahra, teman-temanku juga ikut berpamitan untuk segera pulang.

"Abi, Ummi, Nida. Nida dan teman-teman izin pamit untuk pulang ya, karna sudah sore." ucap Nisa.

"Sudah mau pulang? Kalian tidak mau makan dulu, Nak?" tanya ummi.

"Tidak ummi, lain kali saja." Nisa tersenyum menatap Ummiku.

"Yasudah, terimakasih untuk kalian semua karna sudah membantu kami mencari Nida,"

"Sama-sama, Tante." ucap teman-temanku.

"Terimakasih sudah membantu aku ya," ucapku seraya menatap teman-teman. Mereka menganggukan kepalanya.

"Kami izin pamit," mereka segera berpamitan dan menyalami lengan Abi, Ummi dan keluargaku. "Assalamu'alaikum …" salam mereka sebelum keluar rumah ku.

"Wa'alaikumussalam…"

Mereka melangkahkan kakinya keluar rumahku.

"Nak, sekarang kamu istirahat ya," ucap Ummi.

Aku menganggukan kepala, "Baik Ummi,kalau begitu Nida izin pamit semuanya,"

Setelah berpamitan, aku melangkahkan kakiku menuju kamar. Aku membuka pintu kamarku dan segera naik ke atas kasur dan beristirahat.

♡♡♡♡

Fulan | POV

Setibanya di rumah. Aku segera masuk ke dalam rumah bersama Zahra.

"Assalamu'alaikum…" salamku dan Zahra saat memasuki rumah.

"Wa'alaikumussalam, sudah pulang, Nak?" tanya Ummi seraya menatap ke arahku.

"Sudah Ummi," sahut Zahra.

Aku mendudukan diriku di samping Abi, "Abi…" panggilku.

"Kenapa nak?"

Aku menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya kembali. "Fulan ingin segera mengkhitbah—Nya,"

"Khitbah siapa, Mas? Kakak cantik?" tanya Zahra dengan jail.

"A—iya,"

Abi tersenyum menatapku, "Jika itu kemauan kamu, Abi setuju Nak. Besok kita ke rumah—Nya. Pasti tadi kamu sudah bertemu dengan Abi nya kan," ucap Abi.

Aku menganggukan kepala, "Abi kenal dengan Abi—Nya Nida?"

"Tentu saja kenal, beliau sahabat Abi semasa di pondik pesantren, Nak."

"Andi? Yang Istrinya Lia?" tanya Ummi yang diangguki oleh Abi.

"Kalau begitu ummi juga setuju banget kalau kamu mau segera mengkhitbah—Nya," ucap Ummi dengan semangat.

"Kok ummi jadi yang semangatnya? Orang Mas Fulan yang mau mengkhitbah Kakak cantik," celetuk Zahra.

"Iya dong, biar bisa jadi besanan sama sahabat ummi." ucap Ummi.

Aku dan Abi yang melihat tingkah ummi hanya menggelengkan kepala.

"Kamu sudah yakin dengan keputusan kamu nak? Ingat, Nida masih sekolah," ujar Abi.

"Fulan yakin, Abi. Fulan tidak ingin terus menerus memikirkan gadis itu, jadi Fulan memilih segera mengkhitbah—Nya. Jika dia tidak menerima Fulan tidak apa-apa, mungkin dia buka jodohnya Fulan."

Abi tersenyum kearah ku. "Abi bangga dengan kamu, Nak. Besok kita bicara dengan keluarganya."

"Terimakasih Abi," Abi tersenyum dan mengelus punggung ku.

"Ciee, yang gak sabar mau khitbah kakak cantik," ejek Zahra kepadaku.

"Biarin, biar dapet pasangan hidup! Dari pada kamu jomblo," ucapku membalas perkataan Zahra.

"Ih biarin dong! Zahra kan jomblo bahagia," ujar Zahra seraya terkekeh. "Cintaku bersemi di supermarket pada pandangan pertama. Cie Mas Fulan…"

"Dasar jomblo, Abi kayaknya Zahra juga pingin di khitbah deh, coba cariin jodohnya Abi,"

"Eh apaan! Zahra enggak ya Mas!"

"Cariin aja Abi, dia iri sama Fulan,"

"Mas Fulan! Abi jangan dengerin Mas Fulan. "

Abi menggelengkan kepalanya,  "Nanti Abi carikan jodoh buat Zahra juga, atau mau besok di nikahkan sama Abi?"

"ABIIIIIII! MAS FULAAAANNNNN!!" teriak Zahra yang membuat kami tertawa terbahak.

🌾🌾🌾

SUDAH DI REVISI SEDIKIT!

Mohon Maaf jika ada kesalahan, mohon di maklumi.

Jangan lupa follow, vote dan komentar sebanyak-banyaknya! Jangan jadi pembaca gelap ya!

Follow akun
Instagram:
@nida.fadillah_
@sahabatnida_

DAIRY NIDA [ ENDING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang