" Jangan mencintai seseorang yang tidak mencintai Allah. Allah saja ia tinggalkan apalagi kamu," — Imam Syafi'i
• I n s t a g r a m : nida.fadillah_
"Kakak ayo bangun," ucap Nando—adik kecilku. Ia menguncangkan tubuhku pelan.
"Eughh..." bukannya terbangun, aku malah mengubah posisi tidurku. Sungguh, aku masih ngantuk sekarang.
"Kakak bangun! ada kak Nisa di luar loh!" ucap adikku yang masih berusaha membangunkan ku.
Annisa cahaya qolby, sosok gadis periang, ceria, pintar dan juga dia adalah sahabatku sedari kecil. Aku dan Nisa bersekolah ditempat yang sama.
Aku membuka perlahan kelopak mataku. "Mau ngapain de?" tanyaku lirih.
"Katanya hari ini mau ke masjid,"
Masjid? Oh tidak! Aku lupa jika hari ini aku dan Nisa akan pergi ke masjid. Aku segera bangun dari posisi tidurku.
"Kenapa baru bangunin kakak sekarang sih de!" ujarku.
"Kakak yang susah di bangunin." ucap Nando kesal. "Mangkanya kalau abis ashar jangan suka tidur,"
"Kakak tuh ketiduran, bukan tidur."
"Sama aja! Udah deh, adek mau ke kamer lagi, mau main game." ucap adikku.
"Game teros," cibirku kepada Nando.
"Suka-suka adek dong, adek mau ke kamar dulu bay!" Adikku segera melangkahkan kakinya keluar pintu kamarku. Namun, sebelum ia melangkahkan kakinya keluar aku memanggil namanya lagi.
"Dek," Panggilku.
"Apa sih kak?"
Aku menyengir dibalik niqabku. "Bilangin ke Nisa, tunggu kakak sebentar ya. Mau mandi dulu."
"Iya, iya siap." ucap adikku. Ia segera keluar dari kamarku.
Setelah adikku keluar, aku segera beranjak dari atas kasur dan berjalan memasuki kamar mandi.
Tak butuh waktu lama, aku sudah selesai membersihkan tubuhku. Aku berjalan menuju cermin untuk memasang cadarku. Setelah merasa rapih aku mengambil mukena dan sajadah yang telah ku simpan di atas kasur.
Aku melangkahkan kakiku keluar kamar dengan membawa mukena dan sajadah di lenganku. Aku berjalan menuju ruang tamu dimana sahabatku — Nisa, menunggu.
"Assalamualaikum, sahabat fillahku." ucapku saat sudah berada dihadapan Nisa.
"Wa'alaikumussalam, sahabat fillahku." ucap Nisa. Ia berdiri menghadap aku kalu berkacak pinggang. "Kamu kalau mandi lama banget sih," ucap Nisa dengan nada kesal.
"Walah, aku mandi cuman sepuluh menit kok, emangnya kamu, Nis. Kalau mandi satu jam baru selesai." ucapku kepadanya.
Nisa menyengir, "Aku kan ngumpulin niat buat mandi dulu, Nda."
Aku menggelengkan kepala, sahabatku—Nisa, kalau mandi benar - benar lama. Entah apa yang dilakukan di dalam kamar mandi selama satu jam itu.
"Udah yuk kita berangkat, nanti keburu adzan magrib. Pamitan dulu ke ummi ku ya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
DAIRY NIDA [ ENDING ]
Teen FictionDear dairy, Aku hanyalah seorang wanita biasa yang sedang jatuh hati kepada seseorang yang memiliki akhlak luar biasa. Aku mencintai dirinya namun aku tak ingin mengungkapkan perasaan ini kepada-Nya. Aku sadar, aku tak pantas berada di sisi-Nya. Ak...