"Kalau tidak bisa berbuat baik, jagalah ucapan mu, jangan sampai membuat orang lain sakit hati dengan perkataan mu." —Dairy Nida.
• I n s t a g r a m : nida.fadillah_
Aku memberhentikan lantunan ayat suci al-Qur'an saat adzan shubuh berkumandang.
"Shodaqallahhul'adzimmm…" aku menutup Al-qur'an dan menaruhnya di atas nakas meja.
Setelah adzan subuh berhenti, aku segera menunaikan sholat subuh dengan khidmat.
Selesai sholat subuh, aku kembali merapihkan alat sholat ku dan aku segera memakai seragam sekolah karna hari ini aku sekolah.
'Tok…tok…tok…'
Suara pintu kamarku berbunyi karna seseorang mengetuknya, pasti ummi yang mengetuknya.
"Nak, kamu sudah bangun?" tanya ummi dari luar kamarku.
Aku berjalan kearah pintu dengan seragam sekolah yang sudah siap ditubuhku. Aku membukan pintu kamarku.
Aku menatap seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik walaupun sudah memiliki dua anak. Siapa lagi kalau bukan ummiku.
"alhamdulillah, sudah bangun mi." ucapku seraya tersenyum di balik cadarku.
"Anak ummi sangat cantik sekali," ummiku membelai wajahku. "Jaga kecantikanmu untuk suamimu kelak ya, nak."
"Iya ummi," ucapku tersenyum.
"Sekarang kita ke ruang makan, buat sarapan." kata ummi.
"Iya ummi—ku yang cantik. Nida ambil tas dulu,"
"Senengnya ummi di panggil cantik," ucap ummiku yang membuat ku terkekeh.
"Ummikan emang cantik,"
Ummi terkekeh pelan, "Anak ummi juga cantik, yasudah ummi duluan keruang makannya ya." aku menganggukan kepalaku.
Ummi pun segera pergi dari depan kamarku dan berjalan menuju arah ruang makan. Aku berjalan masuk kedalam kamarku untuk mengambil tas sekolah. Aku segera memakainya dan berjalan keluar kamar.
Aku berjalan menuju ruang makan yang dimana sudah ada abi, ummi dan adikku—Nando.
"Shobahul khoir," ucapku seraya menarik kursi kosong disebelah adikku dan mendudukinya.
"Shobahunnur, kakak." ucap mereka serempak.
"Karna sudah kumpul semua mari kita mulai sarapannya." kata abi ku.
"Iya, abi."
Kami pun sarapan dengan tentram tanpa ada suara sama sekali hanya terdengar dentuman sendok dan piring saja.
Abi dan ummi selalu mengajarkan, jika sedang makan janganlah berisik mengeluarkan suara dan makanlah dengan khidmat dan ambillah makanan secukupnya, jangan sampai tersisa makanan karna itu mubadzir.
Setelah selesai sarapan aku pun langsung berpamitan kepada ummi, abi dan adikku. Setelah berpamitan dan menyalimi lengan mereka. Aku segera berangkat menuju kesekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAIRY NIDA [ ENDING ]
Roman pour AdolescentsDear dairy, Aku hanyalah seorang wanita biasa yang sedang jatuh hati kepada seseorang yang memiliki akhlak luar biasa. Aku mencintai dirinya namun aku tak ingin mengungkapkan perasaan ini kepada-Nya. Aku sadar, aku tak pantas berada di sisi-Nya. Ak...