PLAKKKKKKKK
Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Shila sudah terlebih dahulu melayangkan tamparan untuk Dito. Mata Shila memerah, memaksakan peluh yang mulai berkumpul dipelupuk untuk terjun kebawah. Rasa bencinya pada Dito semakin bertambah. Ia jadi yakin jika penyebab masalah dari segala masalah adalah Dito.
Shila menahan peluh itu untuk terjun. Shila bergegas menaiki anak tangga agar ia dapat ke kelas dan langsung memeluk kedua sahabatnya.
Tapi, apa daya? Dito juga ikut berlari mengejar Shila. Dengan tiba-tiba, ia menarik pergelangan tangan Shila dengan sangat kasar. Itu membuat Shila membalikkan badannya kaget bersamaan dengan rasa sakit yang menjalari tangan kirinya. Pasti Shila memberontak akan hal itu. Tapi tetap pada kodratnya, tenaga lelaki lebih kuat daripada perempuan.
"Akhh, sa...sakitt." rintihnya kesakitan.
"Mau kemana hm? Makanya jang..."
"WOE DIT! Udahlah, dia cewek bro." ujar salah satu cowok yang muncul dari belakang Dito.
"Iye Dit, bener kata Hesa." sahut teman satunya lagi. Aldo. Itu yang Shila tahu. Salah satu teman pacar Tiara dan anggota gengnya Dito.
"Shil, lo mending balik ke kelas gih." ujar Vano, salah satu teman Dito.
Merasakan tangan kirinya tak terkunci sekuat tadi, Shila segera menariknya dan melangkahkan kakinya lagi untuk menuju ke kelasnya.
"Dit, panggilan Bu Sofi, udah ada Dewa disana." lanjut Vano.
"Gila lo Dit, lo apain tadi tu cew...."
Belum selesai Aldo berbicara, Dito sudah melangkahkan kakinya meninggalkan teman-temannya. Ia tak ingin membahas apapun soal tadi.
***
Sesampainya di kelas, Shila bersyukur dengan keadaannya sekarang. Kelas sepi. Hanya ada Tiara dan Naya disana. Jadi tak banyak orang yang melihat mata merahnya sekarang.
"OMAY SHIL LO DARIMAN..."
Tak ingin menjawab pertanyaan Tiara, Shila langsung memeluk erat kedua sahabatnya.
"Shila, lo habis nangis?" tanya Naya khawatir.
"Hah? Nangis? Siapa? Eng..engga kok ehe. Kena debu aja," jawab Shila asal, ia tak ingin mengingat ataupun membicarakan apapun tentang tadi.
"Halah deba-debu? Orang ga jago boong, ga usah boong kali Shil. Kita dari tadi nyariin lo, itu tangan lo juga kenapa merah banget?" ujar Naya.
"Iya Shil, kenapa itu?," sahut Tiara. Tapi Shila tak menjawab pertanyaan-pertanyaan sahabatnya. Bukannya tak mau. Lagi gak pengen cerita. Mungkin lain waktu.
"Ya udah, kalo lo gamau cerita sekarang gapapa. Kapan-kapan aja ceritanya," ujar Tiara tersenyum tulus mencoba mengerti Shila. Shila hanya mengangguk kecil.
"Oh iya Shil, lo tadi dipanggil Bu Rena. Di suruh ke ruangannya," lanjut Tiara.
Astaga. Shila baru sadar. Jika pelajaran Bu Rena pasti di ruang fisika. Pantesan teman-temannya tidak ada yang di kelas. Tapi, Tiara dan Naya sudah di kelas. Berarti, sudah pergantian jam. Dan jam ini kelas 12 IPA 2, jamkos. Terus pada ke kantin. Berarti ia tak ikut pelajaran Bu Rena penuh, terus terus Shila bakal di. Bakal di. Dihukum.
KAMU SEDANG MEMBACA
One And Only
Fanfiction❝ Hanya tentang rasa sayang, Yang datang dengan sendirinya, Dan harus pergi serta berganti karena suatu alasan. ❞ 🚫 Bahasa tidak baku 🚫 Typo dimana-mana 🚫 GJ [Started ' 25-11-2019]