25

670 39 13
                                    

Pernikahan Shila dan Dito telah berlangsung sore tadi. Pernikahan mereka diadakan secara tertutup. Undangan hanya untuk keluarga Shila, keluarga Dito, rekan rekan orang tua mereka, dan beberapa teman Dito dan juga Shila. Tadi Ara, Naya, Aldo, Hesa, dan Vano hadir.

Bahkan, Ardhan, Tama, Vero, dan Dewa juga ikut hadir. Shila dan bundanya yang mengundang mereka. Shila sempat berkata pada bundanya untuk tidak usah mengundang Dewa, karena bukan apa-apa, tapi ia merasa tidak enak. Bunda menuturinya, "Tetap undang dia Shila, mau datang atau tidak, tetap sampaikan undangan ini. Kamu memang setelah ini akan menjadi istri Dito. Tapi, Dewa masih tetap menjadi teman kamu dan juga teman Dito. Jangan lari atau menghindar dari apapun, Shila. Percaya sama bunda, semua akan baik-baik saja.".

Dan Dewa tadi datang, tersenyum seraya mengucapkan selamat padanya dan Dito. Bahkan, Shila tadi sempat meminta izin Dito untuk memeluk Dewa. Dito mengizinkan Shila, membiarkannya memeluk Dewa sebentar. Dito paham betul akan itu.

•••

Jam sudah menunjukkan pukul 22.00. Shila berjalan mengekori Dito yang tengah memasuki rumah Dito yang sekarang akan menjadi rumah mereka. Pintu rumah terbuka, Dito berjalan ke arah kamarnya seraya menenteng dua koper milik Shila. Shila masih mengekori Dito. Rumah ini memang sangat besar, namun sebelumnya hanya Dito yang menempatinya. Shila juga sudah tahu kalau ini dulu rumah keluarga Dito bersama mama dan papa kandungnya. Namun, saat papanya meninggal, dan mamanya menikah lagi, mamanya ikut tinggal dengan papa tirinya. Sementara Dito tetap memilih tinggal di rumah ini.

Sampai di kamar, Shila duduk dipinggir ranjang. Ia menatap setiap sudut kamar. Rapi. Tidak berantak seperti dulu saat ia pertama kali kesini. Dulu, barang-barang dikamar ini didominasi dengan warna biru dan hitam. Namun, sekarang telah ganti menjadi abu-abu dan putih.

"Suka?" tanya Dito seraya merebahkan tubuhnya disamping Shila yang tengah duduk, tubuh Dito ingin remuk rasanya. Memang, hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagi Dito dan Shila.

Shila mengangguk. Tak lama, Shila bangkit dari duduknya. Namun ditahan oleh Dito.

"Mau kemana?" tanyanya.

"Mau ke kamar mandi," jawab Shila.

Dito menepuk-nepuk bantal yang ada disampingnya, "Sini. Mau bicara penting sebentar,"

Tanpa menunggu lama, Shila merebahkan tubuhnya disamping Dito. Shila menghadap ke arah Dito, begitupun dengan Dito.

"Bicara penting apa?" tanya Shila antusias.

"Mau bicara penting soal-"

"- soal malam pertama,"

Shila membulatkan matanya. Belum sempat Shila bangkit, Dito sudah membangun kungkungan diatas Shila.

"Di-dito mau ngapain?"

Dito mengecup bibir Shila sebelum menjawab pertanyaannya,

"Emangnya pasangan suami istri waktu malam pertama itu ngapain hm?"

Kalimat itu berhasil membuat Shila menelan ludahnya. Mengapa Shila baru sadar akan hal itu. Darahnya berdesir deras, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.

"A-aku lagi datang bulan,"

Dito tersenyum, "Kamu lagi hamil,"

Bodoh Bodoh bodoh. Shila merutuki dirinya sendiri. Mana mungkin ibu hamil bisa menstruasi. Ah, rupanya Shila harus berpikir lebih lurus lagi.

"Ah i-iya,"

"Katanya, ibu hamil ga boleh ngelakuin hubungan suami istri," jawab Shila seraya memaksakan senyumnya.

Dito tertawa sekarang, "Kata siapa? Ngga inget ya kata dokter kemarin, yang waktu kita periksa kedua kali,"

"Pada umumnya gairah wanita ingin bersetubuh itu akan meningkat saat wanita sedang hamil,"

"Dan itu tidak berbahaya bagi kesehatan ibu hamil ataupun yang dikandunganya. Asalkan saja pada saat itu keadaan ibu serta kandungannya sedang baik-baik saja dan ibu hamil tidak mempunyai penyakit kronis."

Jelas Shila ingat akan hal itu. Astaga, alasan apalagi setelah ini. Otak Shila sudah tidak bisa berpikir lagi.

Dito melumat bibir Shila pelan, mengajaknya untuk mengikuti alur permainan panas ini. Shila kaget bukan main. Namun, Shila tak membalas itu. Dito menggigit pelan bibir bawah Shila agar ia membuka mulutnya. Dito berhasil, namun,

Drttt drrttt,

Mengetahui ada suara, Dito melepas ciuman itu.

'selamat' batin Shila. Shila menstabilkan napasnya sebelum merogoh saku roknya untuk mengangkat panggilan itu.

ARAK

Halo,
Ada apa Ra?

Hai Shil!
Gimana malam pertama lo?

Udah gila apa gimana ya Ara. Ingin sekali rasanya Shila menjitak Ara.

Apaan si-

Belum selesai Shila berbicara, Dito meraih handphonenya.

Lo ganggu banget ya orang lagi-

Shila meraih handphonenya kembali,

Eh maaf-maaf pak. Lanjut lagi lanjut lagi,

Tutt tutt tutt

Ara memutuskan panggilan itu.

Suasana kembali seperti tadi. Shila meletakkan handphonenya disamping bantal. Lalu kembali menatap Dito yang masih ada diatasnya.

Dito masih menatap lekat mata Shila. Tatapan yang tak bisa diartikan.

Tiba-tiba saja Dito mengangguk pelan seolah meyakinkan Shila. Namun Shila menggeleng,

"Dito,"

"Jangan sekarang," lanjut Shila.

Dito diam tak bereaksi apapun.

"Jangan sekarang ya. Pliss." Shila menatap manik Dito dengan tatapan memohon.

Dito menarik napasnya perlahan sebelum ia mengangguk paham. Dito juga sempat mengecup bibir Shila sebelum ia merebahkan tubuhnya kembali.

Shila memiringkan tubuhnya lagi ke arah Dito, "Dito, jangan marah ya,"

Dito diam,

"Dito, jang-"

"Cium dulu," ujar Dito tanpa menoleh ke arah Shila.

Shila diam. Namun detik selanjutnya,

Cup~

Dito menarik kedua sudut bibirnya saat beberapa detik yang lalu Shila menciumnya. Ia kira Shila tak akan melakukannya. 

Dito memiringkan tubuhnya menghadap Shila, lalu menarik tubuh mungil istrinya ke dalam pelukannya. Mengecupnya sekali lagi sebelum singgah ke dunia mimpi.


•••








Terimakasih sudah membaca :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

One And Only Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang