12

260 36 3
                                    

Matahari sudah mulai tenggelam, sore sudah beranjak senja. Para siswa berlarian keluar kelas untuk segera pulang ke rumah. Seminggu ini, kelas 12 pulang lebih larut karena ada bimbingan untuk mempersiapkan Ujian Nasional. Mereka yang biasanya pulang pukul 16.00 sekarang jadi pulang pukul 17.30.

Sudah sehari absen Shila di kelas kosong karena kemarin. Tapi hari ini Shila sudah masuk sekolah karena ia tak mau ketinggalan pelajaran terlalu banyak, apalagi sebentar lagi ia akan melaksanakan Ujian Nasional.

"Shil, Nay, gue duluan ya! Udah ditunggu Vano, bye! Hati-hati ya kalo pulang," pamit Ara seraya berlari keluar kelas.

Tinggal Naya dan Shila yang masih berada di dalam kelas, eh bukan. Ada beberapa anak lagi yang sedang piket.

Naya dan Shila beranjak lalu berjalan meninggalkan kelas.

"Shil, pulang bareng gue?" ajak Naya.

"Duluan aja Nay, gue dijemput kelihatannya," jawab Shila.

"Oh ya udah. Lo kalau pulang ati-ati, kalau ada apa-apa langsung telpon gue kalo ngga Ara oke, gue duluan Shil,"

"Iya, hati-hati Nayy!" seru Shila seraya melambaikan tangannya.

Shila berjalan menyusuri koridor untuk menuju ke gerbang sekolah. Saat berjalan melewati lapangan, Shila menghentikan langkahnya sejenak, ia melihat seorang yang sedari tadi ia cari.

"Dito!" panggilnya seraya berjalan ke arah seorang yang ia panggil.

"Lo udah sembuh?" tanya Dito saat sudah berbalik dan mendapati Shila yang memanggilnya. Shila hanya mengangguk-anggukan kepalanya seraya tersenyum.

"Ada apa manggil gue?" tanya Dito lagi,

"Eem, gue boleh m—"

Kalimat Shila terhenti saat ada seseorang yang memanggilnya dari arah belakang,

"Ashila,"

Shila menengok ke belakang, ia mendapati Dewa yang sedang berjalan menuju ke arahnya dan Dito.

"Ada apa Dew?" tanya Shila,

"Buruan, lo tadi mau ngomong apa? Gue buru-buru," sela Dito saat Dewa hendak menjawab pertanyaan Shila. Malas Dito bertambah saat Dewa datang.

Belum sempat menjawab pertanyaan Dito, Shila melihat seseorang yang datang dari belakang Dito.

"Sayang, aku cariin kamu dari tadi lho, aku kira kemana eh ternyata disini. Eh ada Shila, Dewa juga, hai Shil, Dew," ujarnya tiba-tiba seraya menggandeng tangan Dito.

"H-hai Sya," sapa Shila canggung.

Pikiran Shila beradu, hatinya juga ikut beradu. Entah mengapa ia pun tak tahu. Yang bisa Shila lakukan sekarang hanya mematung dan tersenyum canggung pada Tasya.

"Ciah pasangan baru, selamat Sya," ujar Dewa yang sedang mengulurkan tangannya pada Tasya. Dito memutar bola matanya malas saat melihat Dewa memberi Tasya selamat.

Tasya tersenyum lebar lalu membalas uluran tangan Dewa, "Wah, thanks Dew. Ditunggu ya, lo sama Shilanya," goda Tasya pada Dewa dan Shila yang disambut tawa oleh Dito. Tapi tidak untuk Shila, Shila masih diam dan tersenyum kaku.

Tangan kiri Tasya masih bertengger nyenyak pada lengan Dito. Sementara Dito? Ia hanya memasang wajah malas mendengar percakap yang tidak penting ini.

Setelah memberi selamat pada Tasya, Dewa mengarahkan uluran tangannya pada Dito, "Selamat bro,"

Bukannya menjawab atau membalas uluran tangan Dewa, Dito hanya menatap uluran tangan Dewa dan menatap wajah Dewa secara bergantian.

Dito membalikkan badannya tiba-tiba lalu pergi, tanpa memedulikan uluran tangan Dewa. "Sa-sayang tunggu! Gue duluan Shil, Dew," ujar Tasya seraya berlari mengejar Dito yang sudah agak jauh. Melihat itu, Dewa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

One And Only Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang