6

295 44 5
                                    

BUGH!!

"URUSAN LO SAMA GUE, BUKAN SAMA DIA!"

"Urusan kita emang sama lo, tapi boleh juga kalo dia gue beli, gimana bro? Gue dapet dia, lo dapet uang. Sama-sama untungkan kita? Gue ta......" tawar salah satu dari 2 preman itu sambil menunjuk Shila. Kalimat itu berhasil membuat Shila semakin takut. Baru kali ini Shila berada diposisi seperti ini, hanya untuk menolong orang seperti Dito. Ingin sekali Shila lari, tapi rasa-rasanya kakinya tak mampu diajak untuk berlari.

"JANGAN BANYAK BACOT LO!" rahang Dito mengeras mendengar kalimat itu. Dito mundur sejenak untuk mengambil balok kayu dibelakangnya.

Dan.

BUGH! BUGH! BUGH! DAK! BUGH!

"WAH, BERANI-BERANINYA LO!" teriak salah satunya lagi yang tak terima temannya dihantam balok kayu.

"KALO LO GA MAU JUAL DIA, GUE BAKAL AMBIL PAKSA, DAN ITU PASTI GRATIS. MAKIN UNTUNG GUE AHAHAHA, SINI!" lanjutnya, menarik paksa tangan Shila.

"Mma ma mau apa lo?! Lepasin ngga?! Akhh sakit, Dit, Dito hikss," ronta Shila dengan tangisnya, tapi percuma saja. Ia bisa saja menendang pria itu, tapi saat ini badannya terasa sangat lemas sekali. Bahkan, tangan pria itu sekarang sudah berada di pinggang Shila. Pria itu mencengkram pinggangnya dengan sangat keras.

"DIA BUKAN BARANG, BANGSAT!"

"NUNDUK SHIL!"

BUGH!

BUGH! BUGH! BUGH!

Pria itu pun tersungkur di tanah dengan wajah penuh darah, sama seperti temannya tadi setelah mendapat hantaman balok kayu dari Dito.

Di sisi lain, Shila langsung memeluk Dito. Bahkan, Dito dapat merasakan tubuh Shila yang gemetar karena ketakutan. Shila menangis dipelukan Dito, ia sangat takut, bahkan ia tak habis pikir kalau tadi ia benar-benar dibawa oleh preman itu. Dito menepuk-nepuk punggung Shila sebentar, berharap rasa takutnya mereda.

Tiba-tiba saja Dito menarik tangan Shila dan berlari kecil untuk pergi meninggalkan tempat itu.

"Kita harus pergi dari sini, sebelum mereka bangun," kira-kira seperti itu kalimat Dito sebelum menarik Shila.

"Gue anter lo pulang, nanti lo tinggal bilang belok mananya, ni pake jaket gue," ujar Dito sebelum menaiki motor ninjanya.

Selama di jalan, Dito tak mendengar suara Shila sama sekali. Dari tadi Dito yang bertanya, 'kiri? kanan?', dan dibalas Shila dengan anggukan ataupun gelengan. Sesekali Dito melihat Shila dari spion motornya. Mata Shila sangat merah, sesekali air matanya menetes.

"Shil," panggil Dito. Dibalas Shila dengan dongakan kepala.

"Kalo lo masih takut, punggung gue ada," lanjutnya. Shila menjawab dengan raut wajah tak paham.

"Iya, punggung gue ada. Buat rasa takut lo reda." lanjutnya lagi, tangan kirinya menarik tangan Shila satu persatu ke arah perutnya. Dito bisa mendengar isakan kecil Shila yang ada dipunggungnya. Tubuhnya pun masih bergetar. Dan sekarang, tangan Shila sudah meremas baju Dito. Bukti bahwa ia masih sangat takut.

'Hug' adalah obat terbaik, daripada yang lainnya. Kalimat itu masih tersimpan baik di otak Dito.

***

"Saya duluan ya tante," pamit Dito, setelah menjelaskan seluruh kejadian tadi.

"Hati-hati ya nak Dito, jangan ngebut-ngebut kalau bawa motor," ujar Bunda Shila menghantarkan Dito keluar rumah.

"Titip salam ke Shilanya ya tante, permisi tante,"

***

"Hai sayang," sapa Bunda masuk ke kamar Shila. Bunda melihat Shila sedang duduk di ranjang sambil memeluk guling.

Bunda berjalan menghampiri Shila dan ikut duduk disebelah Shila. Shila langsung memeluk ibundanya. Bunda membalas pelukan Shila seraya mengelus-elus punggung Shila.

"Udah sayang, kamu sudah dirumah, ngga usah di pikir soal tadi, ngga usah takut, ada bunda, tadikan juga ada nak Dito itu," ujar Bunda yang masih mengelus-elus punggung Shila sulaya tenang.

"Bun bunda, ngga marah sama Shila? Shila begini gara-gara salahku sendiri bun. Tadi niatnya Shila mau nol....." kalimat Shila terpotong oleh kalimat bundanya.

"Engga, buat apa bunda marah sama Shila. Bunda udah tau kok. Itu bukan salah Shila, juga bukan salah Dito. Niat Shila baik mau bantu Dito, Dito pun niatnya baik, dia juga bantu Shila. Yang salah kan preman itu, bukan kamu ataupun Dito,"

"Dito udah cerita semua sama bunda?" tanya Shila,

"Iya, tadi Dito cerita semuanya kok. Rinci banget. Tapi ya sayang, lebih baik, kamu lebih hati-hati. Kamu cewe Shila, kamu kan bisa minta tolong temen kamu atau bisa telpon bunda buat jemput kamu, coba tadi ngga ada Dito," jelas Bunda Shila panjang lebar.

"Iya maaf bunda," jawab Shila menundukkan kepala.

"Kamu tadi, udah bilang makasih ke Dito?" tanya Bunda. Shila menjawab pertanyaan bundanya dengan gelengan kepala.

"Lho, kok belum. Kenapa ngga bilang terimakasih? Dia udah nolongin kamu lho Shila. Coba aja kalau ngga ada Dito tadi,"

"Dia jahat sama Shila, bunda," Shila mengecilkan suaranya untuk mengatakan hal itu.

"Jahat? Jahat gimana?" tanya bundanya lagi yang masih mengelus-elus punggung putrinya.

"Dia sering kasar sama Shila kalau disekolah, dia sering buat masalah di sekolah, bunda," jelas Shila.

"Coba bunda tanya lagi, kalau Dito sering jahat sama Shila. Kenapa tadi dia nolongin Shila?"

"Kemasukan peri baik kali bunda," jawab Shila asal, tiba-tiba melepaskan pelukannya.

"Ngga boleh gitu ya Shil. Tuhan menciptakan sifat manusia berbeda-beda, bukan hanya dengan satu sifat. Jika ada satu orang punya sifat yang bermasalah pasti ada suatu alasan didalamnya. Kamu harus tetap bilang makasih ya sayang," jelas bundanya lagi.

"Iya bunda," jawabnya seraya memeluk ibundanya lagi.

***

안녕하세요!
Hai kakak-kakak,
Terimakasih sudah menyempatkan membaca :)
Jangan lupa tinggalkan jejak ya!
Maaf apabila banyak typo+g jls ehe

One And Only Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang