20

355 32 3
                                    

Hari ini adalah hari dimana kelas 12 melaksanakan tugas terakhirnya, Ujian Nasional. Dan hari ini merupakan hari mereka mengerjakan ujian terakhir setelah beberapa hari yang lalu dimulainya ujian pertama. Hari selanjutnya, mereka tinggal menunggu hasil dan perayaan kelulusan, mereka sudah akan meninggalkan sekolah ini.

Jam Ujian belum selesai, namun Shila telah menyelesaikan semua soal. Shila meminta izin untuk keluar terlebih dahulu. Pengawas mengizinkan Shila untuk keluar ruangan. Saat Shila berjalan keluar ruangan, semua yang ada di ruangan menatap Shila seolah berkata 'waah,' Shila hanya menunduk lalu melanjutkan langkahnya untuk keluar ruangan.

Setelah keluar dari Ruang Komputer, Shila berjalan ke arah kelasnya. Sesampainya dikelas, Shila merogoh tasnya, dan mengambil botol kaca kecil yang berisi vitamin.

Sudah beberapa hari yang lalu tubuh Shila lemas karena akhir-akhir ini Shila sering mual, kepalanya pun juga terasa pening, mungkin karena Shila sering menangis. Matanya saja masih terlihat sedikit bengkak. Bundanya sangat cemas saat itu.

Setelah meminumnya, Shila memasukkan botol kaca itu ke dalam tasnya kembali. Kelasnya masih sepi, mungkin masih pada belum selesai mengerjakan.

Shila bangkit dari duduknya, ia berjalan keluar kelas. Diluar kelas masih sangat sepi. Shila melanjutkan langkahnya untuk menuju ke kamar mandi. Namun belum sampai Shila ke kamar mandi, seseorang menarik tangannya hingga membuat Shila membalikkan badannya.

"Lepasin gue," Shila mendongak agar dapat menatap seseorang yang menariknya tadi. Shila menahan peluhnya agar tak menetes didepan orang ini. Orang yang sangat Shila hindari.

"Tolong kali ini jangan ngehindar dari gue lagi Shil. Udah berbulan-bulan lo ngehindar dari gue," ujarnya seraya menatap lekat mata Shila.

Shila tak bisa menahan air matanya lagi. Air matanya keluar begitu saja saat ia melihat Dito. Dito menarik Shila kedalam dekapannya. Memeluk Shila dengan sangat erat. Tangis Shila semakin pecah saat ada dipelukan Dito. Shila diam, tak meronta ataupun membalas pelukan itu. Shila hanya menangis dan menangis.

"Maafin gue," ujar Dito pelan.

"Gu-gue malu hiks,

gu-gue takut hiks.

gue cewe ga bener hikss,"

Hati Dito serasa runtuh mendengar kalimat Shila. Ia sangat merasa bersalah. Ia berharap agar Shila bisa membagi bebannya. Dito melepaskan pelukan itu sejenak, ia meraih dagu Shila agar Shila kembali menatapnya.

"Dengerin gue, lo cewe bener."

"Gue minta tolong sama lo, tolong jangan nangis lagi Shil. Tolong jangan salahin diri lo sendiri atas semua yang terjadi. Tolong jangan benci sama diri lo sendiri. Tolong jangan ngehindar dari gue lagi. Dan tolong. Tolong bagi beban lo sama gue. Kita angkat beban itu sama-sama, yang ngelakuin kesalahan itu kita berdua Shil. Bukan lo doang, ada gue. Tolong stop nangis sampai buat diri lo sakit."

Kalimat Dito itu berhasil membuat tangis Shila pecah kembali. Dito menarik Shila kedalam dekapannya lagi. Shila menangis sejadi-jadinya dipelukan Dito. Detik demi detik, Shila membalas pelukan itu. Shila merasakan sedikit lebih tenang setelah mendengar kalimat Dito. Tapi sedikit ketenangan itu tak akan bisa menghentikan air mata Shila yang terus menerus menetes.

•••

Dito meletakkan handphonenya perlahan. Otaknya sedang beradu. Matanya memerah, satu tetes berhasil lolos dari matanya. Sebelumnya, Dito sudah siap mendengar jawaban yang satu itu. Dito juga sudah paham betul tentang resiko apa yang harus mereka tanggung.

One And Only Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang