Matahari telah hadir, cahayanya mulai menyelinap masuk lewat kaca dan tirai jendela. Shila dapat merasakan silau pada matanya, ia membuka matanya perlahan berharap mimpi buruknya semalam itu tidak nyata, dan ia akan bisa bernapas dengan lega.
Namun, kenyataan bertolak belakang dengan keinginannya. Shila bangkit dari tidurnya, saat matanya sudah terbuka dengan sepenuhnya. Ketakutannya menjadi nyata. Shila dapat merasakan hawa AC menusuk kulitnya, karena ia tak memakai kain sehelaipun. Ia menarik selimut lebih tinggi guna menutupi tubuh polosnya. Shila sadar bahwa disampingnya ada seseorang, seseorang yang telah berhubungan dengannya semalam. Namun, dia masih terlelap.
Mata Shila memerah,
'Gu-gue kotor,'
Mata yang cantik itu mulai meneteskan air mata.Shila bangkit dari duduknya, untuk menuju ke kamar mandi yang ada dikamar itu. Tapi saat Shila sudah berdiri, ia langsung bertumpu pada meja yang ada disamping ranjang karena ia hampir jatuh.
Tubuh bagian bawahnya terasa sangat nyeri, terlebih pada bagian intimnya. Shila mencoba untuk melangkahkan kakinya perlahan namun nyeri itu semakin menjadi. Shila menahan rasa itu, ia melangkahkan kakinya lagi. Shila menunduk sejenak, meraih pakaiannya yang tergeletak begitu saja dilantai.
Setelah memakai seluruh pakaiannya, Shila duduk sejenak, meraih sling bagnya lalu merogoh dan ngambil handphonenya.
156 panggilan tak terjawab.
65 (Bunda)
40 (Dewansyah Adipramana)
26 (Inayaaa)
25 (Arak)Air mata Shila bertambah deras melihat nama 'bunda' yang ada dihandphonenya.
"Maafin Shila bunda," ujarnya tanpa suara, air matanya tak mau berhenti menetes.
"Shi-Shila," tanpa Shila sadari, ternyata seseorang itu sudah bangun, ia turun dari ranjang lalu meraih pakaiannya.
Shila menghapus air matanya dengan satu gerakan. Shila segera bangkit dan berjalan keluar dari kamar keramat itu. Shila berjalan dengan tertatih-tatih, menahan rasa sakit. Ingin rasanya Shila berlari secepat kilat seperti biasanya. Namun apa daya, itu tidak berlaku untuk keadaannya sekarang.
Kurang sedikit lagi ia sampai pagar,
"SHILA!" panggilnya seraya membalikkan tubuh Shila agar menghadap ke arahnya. Ia memegang lengan Shila,
"Dengerin gu-"
"Le-lepasin!"
"Awas! Gue mau pulang," ronta Shila diiringi dengan sesegukannya. Bukannya mengindahkan kalimat Shila, Dito malah menarik Shila kedalam pelukannya.
"LEPASIN GUE! GUE MAU PULANG!"
"Shil gu-"
"Dito hiks, gue mau pulang. Tolong lepas."
"Oke oke, gue lepas, tapi gue anter lo pulang," jawab Dito seraya melepaskan pelukan itu, namun tidak tangannya, masih menahan Shila agar ia tak pergi. Sontak Shila langsung menggelengkan kepalanya.
"Gue tahu kaki lo sakit, gue anter pulang ya,"
"Gue bisa pulang sendiri, hiks," tangis Shila semakin menjadi saat ini.
"Dito lepas," ronta Shila dengan suara yang mengecil. Dito yang melihat itu langsung melepaskan Shila.
Dito dapat melihat punggung Shila yang sudah mulai menjauh, dengan jalannya yang tertatih-tatih. Dito tidak tega, ingin sekali rasanya untuk menyusul Shila, tapi pasti Shila akan bersikukuh menolaknya seperti tadi.
Mata Dito memejam,
"AAAAAAH!" teriaknya seraya menendang batu yang ada dibawahnya.•••
"SHILA, DARI MANA AJ-", belum selesai bundanya bertanya, Shila langsung memeluk bundanya. Shila tak bicara, ia hanya menangis.
"Hiks hiks hiks,"
Bundanya memilih untuk bungkam, padahal bunda sudah menyiapkan ribuan pertanyaan untuk Shila. Tapi sepertinya ini bukan waktu yang tepat untuk itu. Bunda mengelus rambut putrinya dengan penuh kasih sayang. Berharap Shila akan lebih tenang. Shila melepas pelukan itu, menatap bundanya dengan tatapan yang tak bisa di artikan. Bahkan mata Shila masih penuh dengan air mata.
"Kamu kenapa? Cerita sama bunda sayang. Kamu kenapa? Kamu ga kenapa-kenapakan?" bunda Shila membuka mulutnya setelah puluhan menit Shila tak henti menangis.
Shila menjawab pertanyaan itu dengan anggukkan lemah,
"Semalam kamu kemana aja? Bunda khawatir sama kamu sayang," kali ini Shila tak menjawab. Air mata Shila kembali menerobos untuk keluar.
Bunda langsung menarik putrinya kedalam pelukkannya lagi. Bundanya bingung harus apa, Shila bahkan tidak bicara sedikitpun. Sedari tadi ia hanya menangis.
•••
Malam ini bulan purnama muncul, bulan yang sangat indah. Bola terang benderang yang di kelilingi oleh bintang di langit yang petang. Pada saat hati ataupun pikiran sedang tidak menyatu, coba mendongak, dan liat bulan yang ada diatas sana, pasti akan lebih menjadi tenang. Tapi itu tidak berlaku bagi semua orang, hanya orang-orang tertentu yang menyukai bulan. Dan Shila termasuk dalam penyuka bulan.
Jika sedang gelisah biasanya Shila melihat bulan, entah purnama, ataupun sabit. Itu adalah obat gelisah, bimbang, dan takut bagi Shila.
Tapi tidak untuk saat ini, Shila lebih memilih berdiam dikamar. Duduk diatas ranjang, memeluk guling, dengan mata yang sudah membengkak, dan pandangan kosong. Sesekali air mata Shila menetes dengan sendirinya. Sungguh. Ini hal yang menakutkan bagi bunda Shila, karena Shila enggan bicara. Tapi tadi Shila sempat membuka mulutnya hanya untuk mengatakan 'Shila lagi pengen sendiri,' saat bundanya masuk ke kamarnya dan memberitahu bahwa ada Dewa dibawah. Shila bukan bermaksud untuk tidak sopan atau bagaimana. Ia hanya ingin sendiri.
Tok tok tok,
Shila menghapus air matanya sejenak, "Masuk bunda."
"Sayang, dibawah ada-"
"Bunda, Shila lagi peng-," sela Shila dengan suara parau.
Tok tok tok
"Ashila," suara itu terdengar dari luar kamar. Sepertinya Shila mengenal suara itu,
"Nah itu, bunda keluar dulu ya," bunda sempat mengelus kepala Shila sejenak sebelum berjalan keluar kamar.
"Masuk langsung aja," perintah bunda yang masih bisa Shila dengar.
Pintu terbuka, menampakkan kedua sahabatnya. Mereka tersenyum pada Shila, Shila ingin membalas senyuman itu. Namun, rasanya sangat sulit untuk menarik sudut bibirnya. Yang ada malah air matanya menetes kembali. Naya dan Ara menarik Shila kedalam pelukan mereka. Shila menangis disana, Naya mengelus punggung Shila, sementara Ara merapikan rambut Shila. Berharap sahabatnya satu ini akan tenang. Sebelum ke atas tadi, bunda telah bercerita pada Naya dan Ara tentang keadaan Shila. Naya dan Ara baru kali ini melihat Shila seperti ini. Shila yang selalu tersenyum dengan gigi kelinci dan mata cantiknya. Sekarang sedang menangis dengan mata bengkaknya.
•••••
Terimakasih sudah membaca!
KAMU SEDANG MEMBACA
One And Only
Fanfiction❝ Hanya tentang rasa sayang, Yang datang dengan sendirinya, Dan harus pergi serta berganti karena suatu alasan. ❞ 🚫 Bahasa tidak baku 🚫 Typo dimana-mana 🚫 GJ [Started ' 25-11-2019]