11

306 41 2
                                    

Matahari sudah mulai beranjak untuk berada tepat diatas kepala. Tetapi panas tak akan memberhentikan aktivitas ditempat ini, banyak orang berlarian kesana kemari. Entah dokter, perawat, ataupun pengunjung. Berbeda keadaan jika sedang berada disekolah, pasti sekarang sekolah sepi, karena seluruh kelas sedang melakukan pembelajaran.

Seorang siswa berseragam putih abu-abu sedang duduk dikursi depan IGD. Kakinya sedari tadi tak berhenti mengetuk lantai. Menunggu kabar seseorang yang berada didalam IGD. Berharap semoga semua akan baik-baik saja.

Dikihatnya seorang perempuan paruh baya keluar dari pintu IGD,

"Tante, gimana keadaan Shila tante?" tanyanya seraya bangkit dari duduknya.

"Alhamdulilah baik-baik saja Shilanya nak. Lukanya ngga terlalu parah, ini tinggal nunggu bangunnya. Tadi kata dokter, nanti sore atau malam kalau sudah enakan boleh pulang." siswa itu menghembuskan napasnya lega setelah mendengar penjelasan dari Ibunda Shila.

"Kamu masuk ya, Shila ada diranjang ke-3, tunggu didalam aja ya. Tante mau minta resep obat dulu,"

Siswa itu mengangguk. Lalu ia segera beranjak masuk ke ruang IGD.

•••

Siswa itu menyibak tirai tepat pada ranjang nomor 3, ia dapat melihat seorang gadis yang berseragam sama dengannya sedang terbaring diatas sana.

Ada sedikit yang berbeda dari wajah Shila. Terdapat kapas kotak tebal berlingkar merah di dahi kirinya. Gadis yang biasanya banyak bicara, sedari tadi masih belum membuka matanya.

Sesekali ia mengelus puncak kepala Shila, berharap semoga Shila cepat bangun agar bisa berceloteh seperti kemarin Shila mengejarnya hingga terjatuh hanya untuk mengucapkan 'terimakasih'.

Tiba-tiba saja, jari Shila bergerak lemah. Matanya terbuka perlahan,

"Di-dimana?" tanyanya. Shila membuka matanya pelan seraya menatap langit-langit, menyesuaikan cahaya pada ruangan ini.

"Ini di IGD RS. Tadi lo jatuh sampe dahi lo berdarah makanya gue bawa kesini. Tadi ada bunda lo juga, tapi lagi—" kalimat itu terhenti tiba-tiba saat Shila meraih tangan Dito.

"Dito," panggilnya pelan. Dito menatap Shila seolah berkata 'hmm?'.

"Maaf,"

"Maaf, gara-gara gue lo jadi di—"

"Gak usah minta maaf, lo gak salah apa-apa," selanya seraya mengelus punggung tangan Shila.

"Tapi muka lo ungu semua gara-gara gue, terus tad—"

"Gue gak kenapa-kenapa," selanya lagi seraya menarik sudut bibirnya pelan.

"Lo yang kenapa-kenapa, tu lihat jidat lo, jangan banyak gerak ntar makin sakit." lanjutnya menunjuk jidat Shila dengan dagunya. Mendengar kalimat Dito, Shila memutar bola matanya keatas, lalu mengulum senyum sejenak.

"Mau apa?" tanya Dito menahan Shila saat melihatnya mencoba untuk bangun.

"Duduk," jawabnya polos.

"Gak, tiduran aja lo masih sakit."

"Ngga, gue pengen duduk." bantahnya.

"Gak, tiduran aja biar gak pusing,"

One And Only Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang