4. Pulang Bersama

50 32 7
                                    

"Aku menunggu respon manis darimu."

____Keni Bagas Adinegara_______

____________________

Bel pulang berbunyi, semua siswa ke luar kelas termasuk Keni, Julio dan Tian. Mereka berjalan perlahan melewati kelas-kelas lain. Sesekali terdengar gurauan Tian dan desisan kesal Julio. Sedangkan Keni hanya terkekeh melihat kelakuan mereka. Bukan hal baru jika keduanya selalu perang mulut.

"Keni." Suara lembut itu sontak membuat ketiganya menoleh. Julio dan Tian maju beberapa langkah untuk menyambut cewek yang berjalan mendekat, sedangkan Keni berdecak kesal.

"Ken, boleh nggak aku pulang bareng kamu?"

"Boleh, dong!" Julio dan Tian berucap bersamaan membuat cewek itu memicing. Tersadar akan ucapan, mereka akhirnya terkekeh.

"Kamu pulang bareng mereka aja, aku punya boncengan," tolak Keni dengan suara datar.

"Tapi, kan, Lea udah pulang?"

"Bukan Lea, jadi kamu pulang bareng mereka," tandas Keni lalu berjalan menjauh dari pandangan.

Julio dan Tian masih bingung mendengar perkataan Keni, siapa yang menjadi boncengan Keni selain Allea? Tak lama kemudian, terlihat Keni menghampiri seorang cewek yang sedang mencoba men-stater motornya. Sudah entah yang ke berapa kali, tetapi tetap tak bisa. Dia menggerutu kesal dan menendang pelan motor kesayangannya itu.

"Motormu mogok?" Pertanyaan itu sontak membuat Sisil menoleh. Dia menunjukkan wajah masam dan penuh kekesalan.

"Mata kamu nggak berfungsi, ya?" Bukannya menjawab, dia malah bertanya balik dengan nada ketus membuat Keni mendelik.

"Pulang bareng aku aja," ajak Keni dengan santai.

"Ogah! Lagian gimana sama motorku?"

"Santai aja kali. Entar motormu aku suruh dijemput sama montir." Tanpa menunggu jawaban Sisil, Keni langsung menarik tangan kecil itu dan berjalan bersama menuju motor Keni.

Tak jauh dari mereka, terlihat Tika menatap kesal. Dengan mengentakkan kaki dia berjalan cepat meninggalkan Julio dan Tian yang masih melongo melihat kejadian itu. Sungguh di luar dugaan mereka.

Setelah membunyikan klakson beberapa kali, Keni melajukan motor meninggalkan area sekolah. Sisil yang berada di belakang sama sekali tak menyentuh tubuh cowok itu. Dia memberi jarak yang cukup lebar.

"Pegangan, ntar jatuh lagi!"

"Nggak, gue bisa sendiri, kok," tampik Sisil dengan pandangan lurus ke depan.

Keni menggeleng, kemudian dengan cepat dia menarik tangan Sisil untuk melingkar di pinggangnya. Sisil tersentak mencoba melepaskan tangan. Namun, pegangan Keni sangat erat hingga dia kesulitan melepas.Walau hanya sebelah tangan yang memeluk, tapi Keni merasakan adanya kehangatan. Keni sangat menikmati sentuhan itu.

"Jangan dilepas! Sayang, kan kalo kamu jatuh. Daripada jatuh ke punggung jalan mending jatuh ke punggung aku aja," ujar Keni terkekeh.

"Apaan, sih," balas Sisil tersenyum kecil. Tak lama kemudian sebelah tangannya bergerak mengikuti tangan yang satu. Posisinya sekarang sempurna memeluk tubuh Keni. Dari kaca spion Keni bisa melihat semburat merah di pipi gadis itu. Keni mengulum senyum, tadi sok malu-malu. Eh, taunya sekarang meluk juga.

Setelah menempuh jarak yang cukup lama karena macet, akhirnya mereka sampai di depan sebuah rumah. Rumah sederhana, tapi sangat asri. Terdapat banyak bunga dan tanaman yang semakin menyejukkan pemandangan.

Setelah memarkirkan motor Keni juga ikutan turun. Pandangannya mengedar, menelisik depan rumah itu.

"Ini rumah kamu?"

KenSil (Kisah yang Belum Usai) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang