7. Ulang Tahun Allea

43 29 0
                                    

"Cinta itu timbul karena dua hal, biasa saling tersenyum atau biasa saling bertengkar."

~~ Sisilia Sri Warni~~

____________________________

Malam ini adalah ulang tahun Allea ke-16. Mereka merayakan dengan sangat meriah, jauh berbeda dari ulang tahun sebelumnya. Biasanya hanya mereka berempat, sekarang hampir seluruh siswa SMA Adinegara hadir. Di wajah Allea tergambar rasa bahagia yang tak terkira. Dengan senyum manis gadis bergaun biru muda itu menuruni tangga untuk menghampiri teman-temannya. Semua mata memandang dengan takjub.

Pemotongan kue pun dimulai, dilanjut dengan acara suap-suapan. Allea menyuap kue potongan pertama untuk Risa, kemudian untuk Adi. Suara tepuk tangan terdengar bersahut-sahutan hingga semakin menambah keramaian di gedung itu.

"Selamat tambah tua, Sayang," ujar Adi mengecup pucuk kepala putrinya," papa punya hadiah buat kamu."

"Mana, Pa?" tanya Sisil dengan mata berbinar. Terlihat sang papa merogoh kantong dan menyodorkan sebuah kotak kecil. Sisil sempat mengernyit sebelum kemudian dia meraih benda itu.

"Apa ini, Pa?"

"Buka aja, Sayang," usul Risa sembari menaik-turunkan kedua alisnya.

"Kunci?" tanya Sisil bingung," papa kasih Sisil mobil!?" Dia memekik setelah menyadari barang yang dipegang. Adi mengangguk kemudian terkekeh hingga menambah sipit di matanya. Allea yang kegirangan langsung memeluk papanya dengan erat.

"Makasih, papa emang ter-best, deh!"

"Jadi, mama nggak?"

Keduanya sontak menoleh, terlihat Risa memasang wajah merajuk. Tanpa membuang waktu, langsung diserangnya sang mama dengan pelukan. Setelah puas saling berpelukan, Allea mengedarkan pandangan ke sekeliling.

"Abang mana?"

"Tadi ada, kok," jawab Risa yang juga ikutan mengedarkan pandangan," nanti juga muncul tuh anak. Kamu makan dulu!" Risa menuntun Allea menuju meja yang sudah disediakan segala macam permintaan Allea. Dengan senyum sumringah, dia mulai menyantap hidangan itu. Begitu juga dengan para tamu lainnya, mereka mulai memilih-milih hidangan sesuai selera mereka.

Setelah selesai makan-makan dilanjutkan dengan hiburan. Julio dan Tian bernyanyi di depan. Suara yang tak seberapa itu sukses mengocok perut para tamu. Pipi Allea bahkan sudah memerah karena terlalu banyak tertawa. Namun, tiba-tiba tawanya terhenti saat seseorang menyapa. Kening Allea mengerut, karena sama sekali tidak mengenal sosok itu.

"Happy birthday, Lea," serunya sembari mengulas senyum.

"Kamu siapa?" Pertanyaan Allea sukses memudarkan senyum orang itu. Dia mengembus napas kasar lalu menatap tajam ke arah Allea.

"Kamu beneran nggak kenal aku?" tanyanya lagi memastikan. Sedangkan Allea hanya menggeleng.

"Ya udah, deh, ini kado buat kamu. Aku pamit pulang," ucapnya sembari meletakkan bingkisan itu di atas meja. Dia berlalu begitu saja tanpa mendengarkan panggilan Allea yang meminta untuk ditunggu.

"Kenapa sih, Dek?" sergah Keni saat berpapasan dengan Sisil di teras. Setelah melihat Keni, niatnya terurung. Dia berbalik dengan tatapan horror yang ditujukan ke sang abang. Keni mundur selangkah.

"Kamu kenapa, sih?" tanya Keni bingung.

"Mana kado buat aku," tuntut Sisil sembari menyodorkan tangan. Keni membelalakkan mata kemudian menepuk jidatnya pelan.

"Aku lupa beli, Dek! Sorry, deh," kata Keni menyatukan kedua tangannya di dada.

Sisil yang melihat itu berdecak kesal."Ihh, Abang!" Sisil mengentakkan sepatu di lantai, kemudian berlalu menghampiri para tamu. Tanpa sepengetahuannya, Keni mengulum senyum. Dia sudah punya kejutan yang akan perlihatkan besok.

KenSil (Kisah yang Belum Usai) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang