Artandara 10 - Ini Kejutannya?

6.8K 528 24
                                    

Artandara 10 - Ini Kejutannya?

***

Dara sontak berdiri dan langsung memeluk Syifa sembari berkata, "cakep. Nggak salah punya sahabat kayak kamu," goda Dara.

Setelah itu Dara mulai bersiap untuk pergi bersama Syifa. Setelah ini Dara akan menghabiskan waktu bersama teman-temannya.

Sebenarnya masih ada yang dipikirkan oleh Dara. Kira-kira, ancaman apa yang akan diberikan Artan tadi? Apa yang akan Artan lakukan pada dirinya?

Semuanya membuat Dara semakin penasaran. Semoga saja, Artan tidak melakukan hal yang membuat hidupnya semakin ribet.

***

"Kamu kenapa sih? Diam terus dari tadi?" ujar Syifa. Mereka sedang menuju perjalanan pulang. Menghabiskan benerapa hari di villa membuat Dara sedikit bahagia, walaupun didatangi oleh Artan, setidaknya Dara masih mempunyai waktu bersama teman-temannya yang lain.

"Aneh, aja." Dara sedikit bergumam. Ada hal yang mengganjal pikirannya, kenapa sedari tadi malam pikiran itu tidak pernah lolos dari isi kepalanya.

Syifa mengernyitkan dahinya, apa yang sedang dipikirkan Dara? Kenapa sahabatnya itu begitu khawatir sekali?

"Aneh apanya? Kalau kamu ada hal yang ngeganjel di hati, bilang sini. Siapa tau aku bisa bantu kamu," katanya. Mencoba menghibur sahabatnya yang terlihat sedikit muram.

"Sebenarnya nggak terlalu penting. Tapi, selalu datang," kata Dara.

"Yaaaa, apa?"

"Artan."

"Hah? Masih mikirin Artan? Bukannya udah nggak ada apa-apanya?"

"Iya, sih. Lebih tepatnya aku mikirin perkataan dia, dibanding mikirin dianya." Dara mencoba mengelak. Karena menurut dia, itu lah yang terjadi. Tidak ada di benaknya memikirkan Artan. Seharusnya, Dara harus lebih ekstra lagi menjauhi Artan, seharusnya Dara kemarin tidak bertemu drngan Artan. Itu lebih baik.

"Aku jadi penasaran, deh. Boleh nanya sesuatu, nggak?" ujar Syifa, sambil menatap mata Dara. Semoga saja jika Dara mengizinkannya, gadis itu tidak melukai perasaan sahabatnya.

"Apa?"

"Boleh, nggak?" izin Syifa. Jelas dia harus meminta izin dengan pertanyaan yang sangat sensitif bagi Dara. Mungkin.

"Boleh. Apa?"

"Sebenarnya kamu masih sayang nggak sih sama Artan? Dilihat dari usaha Artan yang masih ngejar kamu, kayaknya sih dia masih sayang sama kamu, Dara," ujar Syifa.

"Sejujurnya, aku masih ragu sama perasaan ini. Aku memang masih sayang sama Artan. Sangat. Tapi, perasaan sayang aja nggak cukup untuk mengembalikan semuanya. Sudah berapa kali aku tahan semuanya? Saat Artan memang ada bukan untukku, tapi Monica. Buat apa perasaan sayang ini tetap ada, kalau pada akhirnya akan kecewa. Semakin banyak harapan yang berakhir sia-sia." Dara benci pertanyaan ini. Jika saja dia berbohong, maka dia akan melakukannya. Tapi ini soal perasaan, apalagi sahabatnya sendiri yang bertanya.

"Kalau masih sayang, kenapa terus menjauh dan menolak?"

"Karena aku bukan prioritas dia lagi. Buat apa dipertahankan lagi?" Dara hanya bisa tersenyum masam mengatakan semuanya. Jelas saja semuanya berubah. Dara tidak bisa selamanya mengharapkan dirinya menjadi prioritas Artan, saat lelaki itu masih belum pasti ke mana hatinya akan berlabuh.

"Kenapa kamu mau jadi prioritas?"

"Karena aku mau, aku penting dalam hidup dia. Aku mau dia tegas dalam mengambil keputusan. Masalah prioritas ini nggak cuma sekali aja dia bikin aku kecewa, tapi berulang kali. Kalau hanya sekali, mungkin aku maklum. Tapi berulang kali apa nggak kelewatan? Apakah harus dipertahankan?" Dara menarik napas. Banyak hal yang harus dia jelaskan dalam hubungannya. Semua orang selalu berkata bahwa hidup Dara bahagia memiliki Artan, tapi lelaki itu bukan sepenuhnya milik Dara.

"Syifa, dengerin aku baik-baik, ya. Aku memang perempuan yang kekanakkan, selalu mau diperhatikan, selalu mau dimanja, selalu mau diberi kabar, selalu mau tau apapun yang dia lakukan. Karena aku, udah cukup terlalu sering ditinggal karena diselingkuhin. Aku takut, takut sekali semuanya akan terulang. Ditinggal pas lagi sayang-sayang. Hati ini capek untuk menerima semua hal yang masih baru lagi. Jadi, sebelum semuanya semakin dalam, dan semakin membuatku kecewa. Lebih baik aku harus meninggalkan semuanya," jelas Dara. Bagaimana ia bisa mendapatkan nasib yang sama pada semua lelaki?

Dara pikir Artan akan menjadi sosok lelaki terakhir, yang tidak akan menyakiti hatinya, yang tidak akan meninggalkannya, dan tidak tertarik pada perhatian wanita lain. Ternyata Dara salah. Semua lelaki sama saja.

***

Dara tidak menyangka bahwa perjalanan pulangnya akan seperti drama. Drama saat Syifa menanyakan perasaannya.

Mungkin memang sudah saatnya, Syifa tau alasan dan bagaimana Dara berjuang melawan perasaannya.

Walaupun Dara masih menyayangi Artan, tetap saja wanita itu belum sepenuhnya menerima kembali hubungannya bersama Artan.

"Yah, Bun..," panggil Dara saat sudah di depan teras rumah. Ah, senangnya bisa mneghirup udara rumah. Baru saja pergi beberapa hari, rasanya sudah kangen sekali.

Dari dulu Dara memimpikan sosok lelaki seperti rumah. Yang selalu rindu saat pergi jauh, dan selalu ingin kembali pulang.

Betapa terkejutnya Dara saat melihat siapa yang sedang duduk manis bersama kedua orangtuanya di depan rumah.

"Artan...," gumam Dara.

Untuk apalagi dia ada di sini? Setelah semuanya yang sudah dia lakukan di villa, lalu apalagi ini?

"Yah, Bun, kok ada Artan di sini?" tanya Dara terheran. Wajah Bundanya yang menunjukkan rasa gelisah, dan wajah Ayahnya yang menunjukan amarah dan kecewa. Ada apa ini?"

"Sebaiknya kamu menikah sama Artan. Ayah sama Bunda sudah tau seberapa jauh hubungan kalian."

TIDAKKKKK. ADA APA INI?

***

TBC

Alhamdulillaah. Sudah bisa menyelesaikan satu part ini, sudah berhasil melawan kemageran ini..

Rindu sekali punya waktu buat nuliss hihihi

Ga kerasa aku nulis cerita ini udah setahun, tapi belum tamat-tamat jugaa hahhaha.. Parah banget deeeh..

Tahun 2019 bener-bener aku fokus ke real life akuu, ada hal yang harus aku capai di sana.. Hihihi :")

Selamat menikmati dan membaca yaa..

Salam kecuuuup 😘

-elaabdullaah-

Artandara (MPH #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang