"Kim-ssajangnim.", panggilku kepada sosok pria yang sedang berada di konter pembayaran di sebuah kafe. Aku membungkuk pelan padanya.
"Eo~ kau sudah datang?", ia menyapaku dengan senyuman manisnya.
"Iya hehe~", balasku juga tersenyum padanya.
"Kemarilah~", panggilnya padaku. Aku menghampirinya dan ia memberiku sebuah celemek. Tentu saja aku datang untung kerja paruh waktuku.
Belum lama ini aku mengambil kerja paruh waktu disini. Sekitar seminggu mungkin? Aku mulai terbiasa melayani di bagian kasir, juga sudah bisa membuat americano. Tapi sebenarnya, aku ingin agar biar melakukan yang hal lain. Latte Art misalnya?
"Ssajangnim...", panggilku pada pria yang sedikit lebih tinggi dariku itu.
"Eo? Kenapa?", tanyanya padaku.
"Aku ingin belajar latte art.", ucapku padanya.
"Hmm? Tiba-tiba? Bukankah kau melamar untuk jadi bagian kasir?", tanya bosku padaku.
"Ahh... aku hanya ingin belajar membuatnya. Hitung-hitung biar aku juga bisa membantu ssajangnim.", ucapku padanya.
"Begitukah? Aku sangat terbantu kalau seperti itu hehe... Baiklah, aku akan mengajarimu latte art.", ucapnya kemudian tersenyum manis padaku.
Aku sedikit tersipu karenanya. Dia benar-benar pandai memanfaatkan senyumannya.
"Nanti aku akan mengajarimu saat jam istirahat ya.", ucapnya lagi kemudian kembali fokus pada minuman yang dibuatnya.
~
"Ssa-ssajangnim, apa yang kau lakukan?", aku tidak tahu bagaimana dan darimana hal ini bisa tiba-tiba terjadi padaku.
"Kenapa? Apakah aku tidak boleh melakukannya?", ujarnya pelan dengan tersenyum.
-Flashback-
Jam istirahat, sesuai janji Kim Wooseok ssajangnim, pemilik cafe tempatku bekerja paruh waktu saat ini. Ia akan mengajari cara membuat latte art.
"Jadi seperti ini, pelan-pelan saja. Ingat, yang paling penting gunakan perasaanmu.", ssajangnin mencontohkanku caranya membuat latte art. Tangannya sangat piawai bermain dengan gelas dan cairan latte itu.
"Seperti ini?", tanyaku sambil mempraktekkan juga caranya menuangkan latte ke dalam cangkir.
"Eo.. itu sangat bagus. Sepertinya kau punya bakat.", pujinya padaku membuat pipiku sedikit merona.
Aku menuangnya sekali lagi, berusaha menggunakan perasaan. Ini sangat sulit, tapi juga menyenangkan.
Hingga beberapa cangkir kubuat, sampai akhirnya aku berhasil membuat satu yang benar-benar sempurna.
"Berhasil~", ucapku bersemangat lalu memandang ssajangnim dengan mata berbinar.
"Chukkae~ latte art-mu benar-benar indah.", pujinya lagi. Tangannya tiba-tiba menepuk pelan kepalaku, lalu mengusak poniku.
Aku sedikit berjalan mundur, terkejut dengan perilakunya yang tiba-tiba.
"Ssa-ssajangnim, apa yang kau lakukan?"
-End of flashback-
"Kenapa? Apakah aku tidak boleh melakukannya?", ujarnya pelan tersenyum padaku.
Sekali lagi aku tersipu oleh senyumannya. Tanpa sengaja tanganku menyenggol cangkir hasil latihan latte art-ku membuat isinya tumpah ke tanganku. Untung saja isinya sudah tidak panas lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Beyond My Imagination 🔞 - X1 / PDX 101 + You -
Fanfictionmature content 🔞 sebuah cerita yang selamanya hanya dapat berada dalam angan saja... one shot two shot three or four or whatever shot bahasa bisa kasar or sweet sesuai dengan jalan cerita masing2 :) bxg