Lee Eunsang, makhluk yang dicintai oleh semua kaum. Tidak wanita, tidak pria, yang tua dan yang muda, semua terpikat dengan senyuman manis yang dimilikinya. Aku juga menyayanginya, sangat. Lebih tepatnya, aku sangat bergantung padanya.
"Kau ini kenapa lagi? Apa aku berbuat salah?", tanya Eunsang padaku.
"Oppa tidak lihat sekarang jam berapa? Aku sudah menunggu selama satu jam disini.", protesku.
"Oppa sudah menyuruhmu pulang lebih dulu kan? Aku bahkan memberikan uang saku lebih padamu. Kau tahu aku ada meeting penting hari ini."
"Dan harus berapa kali kukatakan, aku tidak suka naik bus sendirian."
"Kau bisa naik taksi."
"Aku tidak suka naik taksi."
"Oppa tidak mungkin mengantar jemputmu setiap hari. Kau sendiri tahu pekerjaanku di kantor tak semudah itu."
"Oppa kan CEO. Memangnya tidak bisa menyuruh bawahanmu untuk menggantikanmu?", aku kesal, tiap kali ia terlambat menjemputku. Bukan tanpa alasan aku marah.
"Ada beberapa hal yang tidak bisa kulimpahkan pada anak buahku. Makanya aku bilang akan mempekerjakan sopir, tapi kau selalu menolak.", ucapnya sedikit meninggi padaku.
Sejak kedua orangtua kami meninggal, aku hanya tinggal berdua dengan oppa. Ia mengambil ahli perusahaan di usia muda, mengurusku setiap hari. Aku tahu tidak harusnya aku bersikap seperti ini. Tapi jujur, ada beberapa hal yang tidak bisa kukatakan padanya.
Usia kami terpaut 9 tahun. Ia sekarang 27 tahun dan aku 18. Tidak mudah baginya merawatku. Aku tahu itu. Apalagi dengan perbedaan usia kami yang jauh. Tapi aku tak punya pilihan lain. Berangkat sendiri tidak masalah bagiku, karena masih pagi.
Tapi aku takut pulang sendirian. Bukan sekali dua kali. Saat SMP aku beberapa kali mendapat perlakuan tidak senonoh dari penumpang bus. Aku memutuskan untuk naik taksi, tapi aku hampir dirampok, kala itu. Biarpun aku terlihat ketus pada Eunsang oppa, tapi sejujurnya hanya dia yang bisa kuandalkan saat ini.
Itu sebabnya sejak masuk SMA aku ngotot harus dijemput olehnya tiap pulang sekolah. Aku mengancamnya dengan mengatakan tidak akan mau sekolah jika tidak dijemput olehnya
Pada akhirnya kami pulang dengan situasi canggung. Ia mendiamiku selama perjalanan. Begitu pun aku mendiaminya. Memang sudah sering seperti ini, tapi aku tahu besok juga ia akan kembali mengurusku.
~
Seperti biasa, aku menunggu oppa menjemputku saat ini. Aku lebih memilih menunggu lama daripada harus pulang sendiri. Tapi hari ini tampaknya Eunsang oppa sangat sibuk. Pesanku tak dibalasnya sama sekali.
Aku duduk di bangku taman dekat sekolahku, memainkan ponselku dan menunggu balasan dari oppa.
"Hai~", panggil seseorang. Aku berbalik ke arahnya dan melihat ada 2 pria yang tidak ku kenal sama sekali. Ponselku ku simpan dalam kantong jas sekolahku.
Dengan lancang mereka duduk di sebelah kanan dan kiriku, mengapitku di tengah.
"Kau sendirian saja?", tanya salah seorang dari mereka.
Aku hanya diam, jujur aku sangat takut saat ini. Langit sudah gelap dan memang sudah 2 jam aku menunggu sejak jam 5 sore tadi.
Dari semua hari yang ada entah kenapa hari ini sangat sepi. Sial.
Aku berdiri dari bangku tersebut, tapi ditahan oleh keduanya. Mereka memaksaku duduk kembali. Aku merapatkan kakiku, meremat rok sekolahku. Aku benar-benar takut.
Oppa... tolong aku...
Aku menekan tombol panggilan cepat pada ponselku secara diam-diam. Sementara di hadapanku, aku sudah dikurung oleh 2 pria tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Beyond My Imagination 🔞 - X1 / PDX 101 + You -
Fanfictionmature content 🔞 sebuah cerita yang selamanya hanya dapat berada dalam angan saja... one shot two shot three or four or whatever shot bahasa bisa kasar or sweet sesuai dengan jalan cerita masing2 :) bxg