"Darahmu nikmat."
"Anghh k-kumohon hentikan hik..."
Hanya warna merah yang bisa kulihat saat ini. Ya, darahku mengalir dari leher hingga mengotori seragam putihku.
Sementara itu lelaki di hadapanku masih dengan liar menjilati bahkan menghisap darahku yang keluar akibat gigitannya.
"B-berhenti... kumohon Wooseok-ah..."
Kim Wooseok, siswa pendiam yang tak pernah mengeluarkan suara sama sekali, selalu menyendiri, dan bahkan tak terlihat mempunyai teman. Siapa yang menyangka dia adalah seorang vampir.
"Aku suka mendengar suara tangisanmu. Teruslah menangis selagi aku menghisap darahmu."
Aku berusaha menahan suaraku dan melepaskan diri darinya, tapi tenaganya jauh lebih besar daripadaku.
Lidahnya bahkan bukan hanya menjilati leherku, kini ia turun mulai melucuti seragamku, dan ia mulai menjilat darahku yang menetes hingga ke tulang selangkaku.
"W-Wooseok hik... hentikan..."
"Bagaimana mungkin aku berhenti? Darahmu sangat manis, terlalu manis untuk kusia-siakan."
Ia menghentikan aktivitasnya dan menatapku tajam. Aku sedikit termundur, membuat jarak di antara kami. Tapi kepalanya maju dan ia berbisik di telingaku.
"Jadilah mate-ku.", ia lalu menjilati daun telingaku, juga menggigitnya pelan.
"Ahhh~"
Bibirnya kembali menemukan jalan mengecupi tiap inci dari leherku. Seragamku yang sudah tidak terkancing membuatnya dengan bebas mengecupi bagian dadaku. Aku malu, benar-benar malu. Tapi aku tak punya tenaga untuk mendorongnya.
Seharusnya aku sudah pulang sejak tadi kalau saja aku tidak melupakan buku praktikumku di lab. Saat aku masuk ke lab, aku benar-benar terkejut melihat Wooseok yang tampak kesetanan. Matanya berubah warna menjadi merah, dan saat itulah ia langsung menyerangku. Ia menggigit leherku lalu menghisap darahku. Rasanya aku akan mati.
"Anghh~", aku menggigit bibir bawahku, berusaha menahan suaraku saat Wooseok dengan lancang mulai mengecupi payudaraku yang masih terbalut bra.
"A-apa yang kau lakukan?"
"Aku sedang memberikan kenikmatan padamu. Jangan meronta dan cukup kau nikmati."
Ia lalu mendorongku, membuatku berbaring di atas meja lab. Kemudian ia meraih bibirku dan melumatnya.
"Mphhh mnhh~"
Tangannya menarik rahangku, memaksaku membuka mulut dan lidahnya masuk, menarik lidahku. Aku tidak tahan, rasanya kepalaku pusing. Terlebih, bagian bawahku terasa gatal dan basah.
Perasaan apa ini? Sungguh tidak nyaman. Aku mulai menggesekkan lututku sementara tanganku meremat seragam Wooseok.
"Nnhhh~"
Tangan dinginnya menyetuh betisku, perlahan naik hingga lututku. Lalu ia memaksa kakiku untuk terbuka, mengangkang di depannya. Wooseok mulai meremas pahaku di balik rok yang kukenakan.
"Be-berhentiih anghh~"
"Hmm? Tapi yang disini basah.", ucapnya seduktif saat jemarinya mulai menggesek daerah kewanitaanku.
"J-janganh...", aku benar-benar ingin kabur.
Jemari Wooseok membuatku semakin gila. Ia mulai menusuk-nusuk lobangku dari luar dalamanku. Tangannya yang satu melepaskan pengait braku, dan bibirnya mulai mengecupi payudaraku.
Sesekali ia menjilati dan menggigit pelan, bahkan juga menghisap nipple-ku. Badanku refleks membusung merasakan rangsangan di bagian atas dan bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Beyond My Imagination 🔞 - X1 / PDX 101 + You -
Fanfictionmature content 🔞 sebuah cerita yang selamanya hanya dapat berada dalam angan saja... one shot two shot three or four or whatever shot bahasa bisa kasar or sweet sesuai dengan jalan cerita masing2 :) bxg