"Ya! Dasar anak-anak nakal. Pergi kalian sebelum aku melaporkan hal ini pada orangtua kalian."
"Cih...", anak-anak itu akhirnya pergi. Darahku mendidih. Apa yang orangtua mereka ajarkan? Seenaknya mem-bully orang lain.
"Dohyon-ah? Kau tidak apa-apa?", aku langsung menghampiri adikku yang menjadi korban bully-an mereka.
"Aku tidak apa-apa noona.", jawabnya dengan senyuman.
"Kau ini jangan sok jago. Kalau ada apa-apa harusnya kau bilang pada noona. Noona akan melindungimu.", ucapku padanya.
Dohyon hanya membalasku dengan tersenyum kecil.
~
"Noona~ aku ingin makan tteokbeokki.", rengek Dohyon. Dohyon baru saja diterima sebagai murid SMA. Kami satu sekolah sekarang. Yah, aku hanya 2 tahun lebih tua darinya.
"Jajjangmyeon. Habis upacara penerimaan murid baru harusnya makan jajjangmyeon.", ucapku padanya.
"Haish... tapi habis itu kita makan tteokbeokki ya?", pintanya padaku.
"Arasseo~", aku mengusak pelan rambutnya.
"Assa!", Dohyon sangat bersemangat saat ini. Ia memang selalu menyukai makanan pedas itu.
"Kaja~", ajakku lagi kemudian kami singgah pada sebuah restoran makanan Chinese. Kami memesan 2 mangkok jajjangmyeon dan seporsi tangsuyuk.
Kami hanya makan berdua saja. Sejak aku masuk SMA orangtua kami harus dinas di tempat lain. Karena sekolahku dan Dohyon di tengah kota, aku dan Dohyon tinggal berdua saja. Terkadang saat akhir pekan orangtua kami suka berkunjung.
Dohyon memang selalu makan dengan lahap. Wajar saja jika tingginya meningkat pesat hanya dalam waktu singkat, terutama sejak masuk SMP. Sekarang dia sudah jauh lebih tinggi dariku.
Setelah makan kami juga singgah membeli tteokbeokki, seperti yang kujanjikan. Kulihat wajahnya tersenyum puas dengan porsi makanan yang ia makan hari ini. Aku hanya tersenyum melihatnya.
~
Hari ini aku sedikit lebih lama tinggal di sekolah karena pelajaran tambahan. Ujian masuk perguruan tinggi sebentar lagi. Kerjaku tiap hari hanya belajar dan belajar.
"Haa... hari ini sungguh melelahkan.", aku menghela napas sambil berjalan keluar tempat kursusku.
"Noona~", aku melihat Dohyon melambaikan tangannya padaku dari pintu gerbang.
"Dohyon-ie~", aku berlari kecil ke arahnya.
"Apa yang kau lakukan disini?", tanyaku padanya.
"Tentu saja menjemput noona hehe...", balasnya dengan senyuman khasnya.
"Eo? Sebentar, luka apa ini?", aku menyentuh sudut bibir Dohyon.
"Akh...", Dohyon meringis pelan.
"Kau berkelahi?", tanyaku khawatir.
"Tidak noona, jangan khawatir, aku hanya tersandung tadi.", jawabnya lagi. Tapi dilihat dari manapun, jelas sekali itu bukan lukas bekas terjatuh.
"Ya! Jangan berbohong padaku.", aku menatapnya.
Ia balik menatapku dan tertawa.
"Kenapa tertawa? Tidak ada yang lucu Dohyon-ah.", ucapku.
"Ani... Noona aku tidak apa-apa, sungguh.", balasnya lagi.
"Benar? Tapi kau tidak tersandung kan? Kau pasti dipukul seseorang. Benar kan?", tanyaku lagi curiga.
"Hehe...", iya hanya cekikikan.
"Dohyon-ah, bilang pada noona apa yang terjadi.", ucapku lagi.
"Iya, aku baru saja berkelahi tadi hehe...", Donhyon mengaku.
"Ya! Kenapa berkelahi hah?", aku memukul lengannya.
"Ani... aku tidak terima mereka berkata jelek tentang noona."
"Siapa mereka?"
"Tadi aku tidak sengaja berpapasan dengan teman-teman SD ku. Mereka terus-terusan mengatai noona. Jadi kupukul saja mereka.", ucapnya dengan bibir manyun.
Aku tertawa mendengar pernyataannya.
"Kau kan bisa saja membiarkan mereka?", ujarku.
"Andwaeyo! Mereka boleh mengataiku tapi tidak dengan noona.", ucapnya lagi.
"Memangnya kenapa?"
"Aku tidak terima noona. Noona selama ini selalu baik padaku. Aku banyak bergantung pada noona. Mereka tidak boleh seenaknya mengatai noona.", ucapnya sembari protes.
"Lalu? Kau berkelahi karena itu?"
"Noona, aku bukan anak kecil lagi. Aku akan melindungi noona. Tidak ada yang boleh mengatai ataupun mengganggu noona.", ucapnya yakin. Aku hanya tertawa mendengar ucapannya.
"Aigoo~ uri Dohyon-ie sudah besar ya.", aku mengacak pelan rambutnya.
"Tentu saja!", ucapnya bangga.
"Tapi bukan berarti kau boleh seenaknya berkelahi Dohyon-ah. Kalau terjadi apa-apa padamu noona juga khawatir.", kataku padanya.
"Hehe... jangan khawatir noona. Aku bisa menjaga diri dengan baik.", katanya lagi.
"Kau ini.", aku menjitak pelan kepalanya.
"Jangan sombong ya hanya karena kau sudah SMA sekarang.", lanjutku. Dohyon hanya tertawa geli padaku.
Anak ini baru juga masuk SMA tapi gayanya sudah selangit. Aku hanya bisa menghela napas. Mau bagaimana pun, bagiku Dohyon tetap adik kecilku.
"Yasudah ayo kita pulang.", kataku padanya.
"Nee~", balasnya mengikutiku dari belakang.
.
.
.
.
.
.Maafkan chapter singkat ini :"
Aku bingung mau dibikinin cerita apa si Dodo nya hiksAnyways, see ya next chapter~
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Beyond My Imagination 🔞 - X1 / PDX 101 + You -
Fanfictionmature content 🔞 sebuah cerita yang selamanya hanya dapat berada dalam angan saja... one shot two shot three or four or whatever shot bahasa bisa kasar or sweet sesuai dengan jalan cerita masing2 :) bxg