Aku sedang menunggu di halte bus sendirian. Tentu saja aku menunggu bus untuk pulang. Tapi tak hanya itu. Aku sedang menunggu seseorang.
"Hei~", aku berbalik pada suara tidak asing yang memanggilku.
"Hangyul-ie~", balasku.
"Maaf ya sedikit lama. Tadi ada pertemuan lagi dengan tim inti.", jawabnya sambil terengah.
"Tidak apa hehe... aku juga baru selesai kok.", balasku.
Ah, kami ini sama-sama anggota inti tim basket SMA kami. Sekolah kami cukup besar, ada hingga 2 lapangan basket. Jadi latihan tim putra dan putri berbeda lokasi.
Kebetulan besok kami akan mengikuti turnamen tingkat nasional. Kami cukup gugup mengingat tanggung jawab kami yang besar karena sekolah kami sudah menjadi juara bertahan 2 tahun berturut-turut.
Hangyul lalu duduk di sebelahku. Kami menunggu bus bersama. Tentu saja karena rumah kami searah. Kami tetanggaan.
"Orangtuamu sedang dinas keluar kota kan?", tanya Hangyul.
"Iya. Kenapa?", aku bertanya balik.
"Artinya kau sendiri di rumah?", tanyanya lagi.
"Iya. Apa yang ingin kau lakukan?", aku menatapnya curiga.
Saat itu bus kami datang. Kami duduk di bangku paling belakang. Setelah sekitar 15 menit, kami sampai di tujuan kami. Kami berjalan sedikit lagi hingga sampai di rumah kami masing-masing.
"Nanti aku bawakan makan malam ya.", ucap Hangyul girang.
"Eo~", balasku singkat. Memang sudah sering seperti ini. Tiap orangtuaku dinas diluar, orangtua Hangyul akan mengurusku. Begitu pun sebaliknya.
Sedekat itulah kami. Atau, mungkin lebih dekat dari itu?
~
"Ahh... sakit..."
"Diamlah sebentar", ujarnya memarahiku.
Memang aku yang ceroboh hingga lenganku menyentuh panci yang panas. Hangyul mengolesi salep pada luka bakar yang tidak terlalu parah.
"Kau ini kenapa tidak hati-hati. Untung lukanya bukan di telapak tanganmu. Mana bisa kau main besok.", Hangyul masih memarahiku.
"Maaf...", ucapku memanyunkan bibir.
Setelah selesai mengoleskan salep pada lenganku, Hangyul menyuruhku duduk di meja makan, katanya biar dia yang memanaskan masakannya.
Aku hanya menurut, tidak ingin membuatnya semakin marah. Dia selalu seperti ini, mengkhawatirkanku secara berlebihan. Tapi aku bersyukur dia ada di sisiku. Dia selalu melindungiku sejak kami masih kecil dulu, hingga saat ini.
Aku tersenyum kecil memandangnya sedang fokus di kompor, memanaskan makanan yang ia bawa dari rumahnya. Tak lama setelah itu, ia membawa makanan ke atas meja.
Kami menikmatinya dan setelah selesai, dia juga yang mencuci piring. Baik sekali bukan? Dia memang kadang suka jahil, tapi dia sebenarnya teman yang sangat perhatian. Iya, kami hanya teman.
~
"Ha-Hangyul-ahh~ Ja-janganhh~"
"Wae? Sudah lama kita tidak melakukannya. Kapan lagi orangtuamu meninggalkanmu sendiri seperti hari ini.", ucapnya dengan senyum jahilnya.
Kami sedang menonton TV tadi setelah makan malam. Lalu Hangyul bilang bosan kemudian ia menidurkan kepalanya di pahaku. Jadilah seperti sekarang ini.
Hangyul sedang menjilati perutku, mengecupnya dan sesekali menggigitnya. Kaosku sudah terangkat membuat braku terlihat olehnya.
"Nhhh~", aku menggigit bibir bawahku berusaha menahan desahanku
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Beyond My Imagination 🔞 - X1 / PDX 101 + You -
Fanfictionmature content 🔞 sebuah cerita yang selamanya hanya dapat berada dalam angan saja... one shot two shot three or four or whatever shot bahasa bisa kasar or sweet sesuai dengan jalan cerita masing2 :) bxg