KISAH KASIH
Hampir dua jam Brayen memikirkan bagaimana cara minta maaf kepada Malika. Tubuhnya juga sudah lelah dan berkeringat akibat pembakaran kalori dari olahraga yang dia lakukan. Seratus kali push up cukup di pagi ini. Pria itu menyambar handuk kecil untuk mengelap keringat, kemudian menandaskan segelas air putih. Menatap bayangan dirinya di cermin, lalu berkata.
"Malika. Maaf, setelah ini akan kuceritakan tentang fobiaku."
Brayen meletakkan gawai kembali di nakas, kemudian mengambilnya, meletakkan dan mengambilnya lagi. Ini sudah yang ketiga kali dia lakukan. Pria blasteran Indo-Korea-China itu mengacak rambut frustrasi, menarik dan mengembuskan napas kasar, menyesali tindakannya yang main kabur tanpa menjelaskan apa pun pada Malika.
Tak ingin suasana tambah buruk, segera dia menuliskan pesan kepada pujaan hatinya, Malika.
[Maaf, weekend aku pulang, ada pekerjaan mendadak di KL, mau dibelikan apa? Sweety?]
Sekali lagi tidak ada balasan, Brayen benar-benar menyesal sekarang. Mulailah pria berlesung pipit itu memutar otak, cara apa yang ampuh untuk meluluhkan wanita berhijab itu. Cokelat? Tidak, Malika tidak begitu suka cokelat. Parfum? Itu juga bukan sogokan yang baik. Ah ... muncul ide seketika. Brayen segera meletakkan kembali gawainya dan bergegas ke kamar mandi.
Selesai mandi dan mengganti pakaian, Brayen keluar dari kamar hotel dengan setelan t-shirt warna biru, celana jeans hitam dan sepatu sneaker. Tak lupa menenteng kamera Canon dan tas ransel, serta kaca mata hitam sebagai penunjang penampilan agar tidak dikenali banyak orang. Chef yang dijuluki kembaran Oppa Seung Gi itu berjalan keluar hotel.
Baru jalan beberapa langkah, pandangannya tertuju pada sebuah restoran kecil yang terletak di seberang jalan dan tertarik untuk bersantap pagi di sana. Setelah menyelesaikan sarapannya, pria itu menghubungi seorang teman lama. Tepatnya rekan seperjuangan ketika sama-sama diaudisi oleh Chef Master. Setelah lulus dari CMI, David--nama temannya--dikontrak oleh sebuah perusahaan TV Malaysia, pria berdarah Indo-Jepang itu menatap sementara di sini.
"Gue udah di luar hotel, Bro," sapanya saat sambungan terhubung.
"I know, just wait. I'll pick you up soon," jawab orang di seberang obrolan.
"Oke, Dav." Sambungan pun terputus
Brayen kembali menyesap kopinya, saat tiba-tiba ada sepasang pengantin baru menyapa. (Baca juga cerbung Cinta Pertama Zara, jangan lupa krisannya)
"Selamat pagi, Chef. Wah ... kebetulan, ya, bisa bertemu di sini," sapa sang suami. Istrinya terlihat melempar senyum.
"Pagi juga, Dokter Kenan, Ibu Zira," jawabnya sambil mempersilakan duduk, "Honeymoon nih?"
"Iya, bisa dibilang begitu, honeymoon sambil kerja. Ada pasien saya yang akan operasi di KL, dan saya akan mendampinginya."
"Wah, selamat ber-honeymoon, Dokter. Semoga operasi pasiennya juga lancar."
Doa Brayen pun diaminkan oleh mereka bertiga. Peraih juara CMI itu merasa terhormat, ketika mereka mengungkapkan kepuasan dengan hasil karyanya. Sebuah wedding cake tiga tingkat yang didesain khusus untuk kedua mempelai. Minimalis, tapi terlihat elegan dan mewah.
Setelah berbincang cukup lama, akhirnya David pun tiba dan lekas bergabung. Namun, mereka segera berpisah karena Brayen dan David harus cepat sampai di stasiun televisi nasional Malaysia sebagai juri tamu Chef Master selama dua episode.
"Badan aja gede ... takut sama jarum suntik?" David membuka obrolan. "Dasar cowok aneh, hahaha."
"Bisa diem gak, sih, lo? Bukanya kasih solusi malah ngeledek."
"Aneh juga, ya, orang yang fobia jarum suntik pacaran sama dokter? Wah, Anda benar-benar luar biasa, salute."
"BERISIK!"
Selesai kegiatan syuting, mereka pergi ke Petaling Street, distrik perbelanjaan di Chinatown KL. Mereka memuaskan lidah dengan aneka kuliner lezat, tak lupa Brayen membeli sebuah jam tangan wanita, yang diniatkan sebagai hadiah permintaan maaf kepada Malika. Ngomong-ngomong soal Malika, gadis pemilik gigi gingsul itu meninggalkan panggilan tak terjawab dan sebuah pesan di gawainya.
[Semangat bekerja, maaf handphone aku ketinggalan di klinik semalam
[Thanks, I'm starting to miss you, wait for me]
Puas menemani sahabatnya berbelanja dan berkeliling KL, David mengantarkannya ke hotel. Mereka berpisah untuk bertemu lagi keesokan hari untuk melanjutkan syuting season berikutnya.
Malam harinya, Brayen mengirimkan beberapa foto yang dia ambil melalui kameranya. Mulai dari acara syuting, wisata kuliner, dan suasana malam di Chinatown. Malika terlihat senang dengan kirimannya, terlihat remeh dan receh, tapi idenya berhasil. Wanita memang suka dengan perhiasan dan barang mewah. Namun, ada hal yang lebih disukai mereka, yaitu 'perhatian' meskipun hanya sekadar kiriman foto, nyatanya sukses membuat Malika semakin terpesona. Sebab Brayen tahu, Malika pasti sangat senang menyaksikan langsung acara syuting yang barusan mereka lakukan. Namun, poto-poto itu dia rasa cukup untuk menunjukkan perhatian akan minat kekasihnya.
Hari terakhir Brayen berada di KL, benar-benar dimanfaatkan untuk berlibur yang sesungguhnya. Tidak ada kerja yang dibungkus liburan ataupun sebaliknya. Meskipun melalui video call, pria penyuka kopi hitam itu merasa seolah Malika ikut libur bersama. Ini adalah awal yang tepat untuk menjalani hubungan dengan keterbukaan.
...........................
Bersambung
![](https://img.wattpad.com/cover/207054413-288-k791933.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Chef Galak tapi Ganteng
RomanceTerlahir dengan bakat memasak dan membuat aneka kue, Brayen Emeraldi mencoba keberuntungan dalam ajang pencarian bakat yang diadakan oleh stasiun TV nasional CMI (Chef Master Indonesia) Memiliki wajah yang mirip dengan salah satu aktor Korea, Lee Se...