Chef Galak tapi Ganteng

Part 7

KETEMU MANTAN

Acara malam tahun baru begitu meriah, meskipun cuma merayakan di sebuah kafe. Apalagi lokasi kafe yang berada tidak jauh dari pantai membuat suasana terasa begitu romantis

"Suka kembang api?" Brayen bertanya pada gadis yang duduk tepat di hadapannya itu, Malika.

Mata gadis itu tak lepas dari pantai Kuta yang menampilkan pemandangan indah, kelap-kelip percikan kembang api khas tahun baru.

"Suka, waktu kecil kakek sering menyalakan kembang api saat malam tahun baru dan lebaran. Sekarang, sudah tidak ada yang melakukannya di rumah, jadi kangen." Malika menjawab pertanyaan arjunanya itu tanpa mengalihkan pandangan.

"Asik, ya? O-iya kudengar, kakekmu orang Pakistan, apa itu benar?"

Kali ini Malika menoleh ke arah si penanya. "Kok tahu?"

"Dari Bu Rosita, sih," jawab Brayen berhati-hati, takut dikira kepo. Padahal dia baru saja berselancar di aplikasi biru berlogo F. Mencari tahu latar belakang keluarga Malika Qurrota A'yun.

Brayen memang tidak mengenal Malika sebelumnya, dia bahkan tidak memiliki siapa pun yang bisa ditanya-tanya tentang gadis yang baru saja dilamarnya itu. Kecuali Bu Rosita, ibunya Malika. Namun, pria penggemar pasta itu terlalu sungkan untuk menanyakan segala sesuatunya kepada wanita paruh baya tersebut.

Malika adalah salah satu daftar pertemanan di jejaring sosial ciptaan Mark Zuckerberg. Berawal dari komentar di salah satu grup masak berlanjut ke wall pribadi, kemudian menjadi salah satu murid baking-nya dan sekarang gadis itu telah memenuhi setiap inci dalam hatinya. Jadi, mulailah dia mencari profil Malika di media sosial tersebut.

Dari aplikasi biru tersebut, Brayen memperoleh informasi tentang keluarga Malika yang memiliki keturunan darah Hindustan. Kakeknya seorang Pakistan yang memiliki keturunan India. Terlihat dengan jelas dari postingan Malika yang memperlihatkan foto saat liburannya. Gadis itu memposting potret keluarga besar dengan caption 'The big family Hasbullah Khudori Khan. Berasal dari seorang Imran Khan, Hindustan. Kemudian, hijrah ke Indonesia. But, I'm Indonesia. Love Indonesia. Happy Eidul Fitri for all.' Unggahan tersebut tak lupa meninggalkan titi mangsa, 'Faisalabad-Pakistan, Saturday 15 June 2018.'

Bukan hanya itu, Brayen juga mengetahui jika Malika adalah gadis penyuka warna golden dan juga hijau. Begitu pula soal bunga, gadis berhijab itu sangat menyukai bunga Matahari dan Lily, entah apa alasannya. Begitu pula soal makanan, rupanya Malika penyuka camilan yang manis dan tidak menyukai semua makanan pedas. Aneh, Brayen tertawa jika mengingatnya, kasihan, bukankah masakan Pakistan rata-rata pedas?

"Memangnya mama cerita apa aja?" Kali ini Malika yang bertanya.

"Emmm, ya, cuma itu, sih," jawab Brayen gugup, takut ketahuan jika dia mengetahui hal tersebut dari stalking media sosialnya.

"Dulu, kakekku seorang pedagang. Pada saat usianya memasuki dua puluh tahun, dia hijrah ke Malaysia dan bertemu dengan nenek, kemudian setelah lama mengenal, mereka pun menikah dan tinggal di Malaysia selama dua tahun di sana. Namun, saat ayahnya sakit keras, mereka memutuskan kembali ke Pakistan dan setelah ayahnya kakek meninggal, kakek pun tetap tinggal di sana selama dua puluh tahun," ucap Malika menjelaskan tentang asal-usul kakeknya, kemudian melanjutkan kata-katanya, "Setelah dua puluh tahun, kakek dan nenek kembali ke Indonesia dan menetap di sini selamanya, hingga ayah menikah dan lahirlah kami berdua, aku dan kakakku Ibrahim."

"Waow, a long life journey."

"It's true, and you? Seorang Chef Brayen asli keturunan Korea. Tell me something about you?"

"Yah, seperti yang lu tahu, bokap gue memang orang Korea dan nyokap gue asli Sunda. Ga ada yang istimewa, sih. Oh ini, muka gue yang kata orang mirip aktor SBS atau KBS apalah, dan yang paling gue sebel itu saat cewek-cewek histeris panggil geu Oppa, Oppa Bhae mending, lah ini Oppa Lee Seung Gi, cakepan juga gue, ye kan?"