Part 17

299 12 2
                                    

BUNGA DARI SIAPA?

Sore hari ketika Malika pulang dari klinik, dia menemukan buket bunga di depan pintu. 'Aneh,' pikirnya.

Seketika hatinya pun ikut berbunga-bunga. Diambilnya buket itu, lalu dicarinya sesuatu di antara sela-sela bunga yang mungkin menjadi petunjuk si pengirim. Tidak ada.

Kemudian, diciuminya bunga-bunga bernuansa soft pink tersebut sambil tersenyum-senyum khas wanita jatuh cinta.

"Ah, Chef. I love you, hihihi. Makasih," gumamnya.

Dilihatnya kanan-kiri, tidak ada yang memerhatikan. Kemudian balik menciumi bunga itu sekali lagi dan berkata, "Ini buket bunga pertamaku, akan aku simpan."

Krkrkr, suara perutnya berbunyi, Malika merasa lapar. Sambil menekan tombol buka pintu, dia mencoba menghubungi Brayen.

"Ya, ada apa?" tanya sekaligus jawaban Brayen.

"Sudah pulang?" Malika balik bertanya.

"Masih lama, kira-kira jam sembilan-an baru pulang, ada apa?"

'Belum pulang? Aku yakin dia sudah tahu alamat ini. Lalu, siapa yang mengantarkan bunga ini? Apa dia sengaja mengirimkannya melalui kurir?' batin Malika.

"Mel." Panggilan Brayen membuyarkan lamunan Malika.

"Iya, Chef. Eummm, tidak ada apa-apa. Hanya ingin mengucapkan terima kasih. Bunganya cantik."

"Bunga? Bunga apa?"

"Bunga yang kau kirimkan. Dah, ya, aku mau mandi dulu. Assalamu'alaikum." Malika memutuskan panggilan sepihak. Kemudian, bergegas mandi.

Sementara Brayen keheranan. "Bunga? Bunga apa? Wa'alaikumussalam."

***

Pagi.

Ting tong. Seseorang membunyikan bel pintu apartemen Malika.

Saat membuka pintu, lagi-lagi Malika menemukan kejutan di depannya. Kali ini sebuah boneka Doraemon yang sangat lucu. Dia melihat kanan-kiri, tidak ada orang. Kemudian, mengambil boneka itu dan berkata, "Dia pura-pura tidak tahu rumahku, tapi mengirimiku hadiah, apa maksudnya?"

Setelah menyimpan boneka itu di kamarnya, Malika kembali melanjutkan aktivitasnya, sarapan dan siap-siap berangkat kerja.

Baru beberapa kali menyendokkan makanan, gawai Malika bergetar, sebuah pesan masuk. Buru-buru dia menyelesaikan sarapannya, lalu berangkat ke klinik. Seorang perawat baru saja memberi tahu jika ada kasus anak kejang.

Saat turun menggunakan lift, tanpa sengaja Malika bertemu dengan Bu Desi dan Diana, lalu mereka pun mengobrol.

"Sudah sehat, Dok?" Bu Desi bertanya sambil memencet tombol.

"Iya, Bu, Alhamdulillah. Oh iya, terima kasih untuk bakso dan obatnya, Bu."

"Sebenarnya bukan Mama yang membelinya, Dok," ucap Diana polos.

Malika dan Bu Desi menatap gadis kecil itu, tiba-tiba suasana kedua orang dewasa itu menjadi canggung, entahlah.

"Kemarin, ada Oppa Korea yang menitipkan bakso pada Bu Dokter, iya, kan, Mami?" Diana bertanya pada ibunya dengan wajah polos khas anak kelas tiga SD.

"Oppa Korea?" Malika balik bertanya.

"Ah, itu." Bu Desi seolah tidak enak hati. "Diana, sttt."

"Ah, hahaha." Malika mencoba mencairkan suasana dengan tawa kecil, lalu mencubit pipi gembil bocah bernama Diana itu dan berkata, "Oppa Korea, ya? Memang pernah lihat Oppa Korea beneran?"

Chef Galak tapi GantengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang