Part 6

524 23 0
                                        

KOMITMEN

Pukul 23.15, Brayen kembali ke kamarnya, setelah menceritakan semua tentang Vika. Sepertinya Malika bisa mengerti dengan keadaannya yang memang sedang labil saat itu. "Apa pun yang terjadi di masa lalu, sekarang dan untuk selamanya, aku adalah milikmu dan kau milikku." Brayen mencoba menegaskan tentang hubungan mereka.

Keesokan harinya, setelah sarapan di resto hotel, Brayen mengajak Malika berkeliling Kuta, tak lupa sorenya mampir ke pantai menyaksikan sunset. Hamparan pasir putih dan deburan ombak menambah keromantisan bagi muda-mudi yang sedang dilanda gairah cinta.

Sore itu di pantai Kuta yang terkenal keindahan sunset-nya Brayen bertekad akan melamar sang pujaan hati. Dia sudah menyiapkan cincinnya beberapa hari lalu, cincin itu dibelinya ketika di Malaysia.

"Cantik, ya?" ucap Brayen saat melihat Malika terpesona dengan keindahan matahari terbenam, seolah ingin bersembunyi di bawah air laut yang membentang.

"Heemm," jawab Malika singkat.

"Tahukah kamu," ucap Brayen sembari meraih tangan Malika. "Yang paling cantik itu sebenarnya ...  kamu, will you marry me?" Brayen bertanya sambil menyematkan cincin di jari manis Malika.

Malika langsung menarik tangannya spontan, Brayen kaget dan berpikir, apakah dia akan menolaknya?

Sementara Malika, dia tengah mengamati cincin yang baru saja disematkan di jarinya. Rasanya seperti tidak percaya.

"Ini serius? Kamu ngelamar aku? Tapi aku gak suka caramu pegang-pegang tangan aku kayak tadi, belum muhrim, Bhae," ucapnya sambil terus memerhatikan cincin barunya.

"Gagal deh, romantisnya," gerutu Brayen sambil menepok jidatnya sendiri.

Padahal dia sudah membayangkan romantisnya lamaran dengan pemandangan sunset Kuta Bali. Kemudian mencium tangan pasangannya seperti di tivi-tivi. Yah, maklumlah dia kan seorang celebrity chef, pasti pernah melihat banyak pasangan yang bahkan melakukan lebih.

"Astaghfirullah, gue kan bukan cowok mesum," gumam Brayen.

"Ngomong apa, sih, Bhae?"

"Lah, enggak, itu ada bule lewat. Cakep, ya?" jawabnya asal.

"Aku balikin nih cincinnya, kamu kasih aja ke bule itu," ucap Malika kesal.

"Yang, jangan marah dong, gue kan becanda."

"Gak lucu."

"Apanya yang lucu? Gue kan bukan badut emang."

"Bhae!"

"Ya, iya, ma-ap."

Hening.

"Jadi gimana? Diterima enggak, gue?" Brayen mencoba mengalihkan perhatian Malika.

Kembali hening.

"Kata orang tua jaman dulu, kalau cewek diem gitu artinya setuju. Jadi?"

"Iya aku mau," ucap Malika cepat, lalu menunduk malu, kedua tangannya saling meremas menetralisir rasa gugup.

"Thanks, Honey. Nanti malam mau makan di mana?"

"Terserah kamu aja deh," jawab Malika.

"Ini malam tahun baru, pasti tempat wisata rame banget. Gimana kalau makan di kafe temen gue aja?"

"Yang kemarin baru buka itu?"

"Yeah."

"Boleh juga, aku suka pastanya. Apa itu resepmu?"

Mendengar pertanyaan itu Brayen justru tersenyum dan memasang ekspresi tak percaya. "Apa boleh buat? Darwin memberi gue royalti yang lumayan besar."

"Jadi benar, itu resepmu?"

"Heemm, darimana kamu tahu?"

"Ya, tahu aja sih, hehe. Lupa, ya? Kan setelah acara Chef Master selesai, kalian meet and great di Ciwalk."

"Lu ... elu ada di sana? Serius?"

"Pasta buatan Chef Bhae memang paling juara."

***

Malika masih teringat saat acara meet and great para finalis CMI, dia datang terlambat dan hampir tidak bisa masuk ke gedung. Apalagi temannya susah dihubungi, membuat gadis itu semakin gelisah. Ini kesempatannya untuk bertemu dengan sang idola, tapi karena mamanya meminta untuk mengantarkan pesanan kue, akhirnya dia terlambat.

Saat hampir putus asa, dia dikejutkan oleh suara yang tidak asing, ya, itu suara Brayen yang memanggilnya.

"Nona, apa kau tidak punya tiket?"

Malika masih tidak percaya, orang yang berdiri di hadapannya adalah Brayen yang selama ini ingin ditemui.

"Hai, kau tidak apa-apa?"

"Ah, maaf, itu, ah, tiket saya ada pada teman, dia di dalam."

"Baiklah, ikutlah denganku, ayo!" ajak Brayen melewati pintu belakang.

***

"Hei, hallo?" Brayen membuyarkan lamunan Malika.

"Ada deh pokoknya."

.

....
Bersambung

.
Buah naga di bikin stup
Akhirnya bisa up

Chef Galak tapi GantengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang