Part 8

406 23 1
                                    


AKANDRA

Jakarta
Brayen mondar-mandir di apartemennya sembari menghafalkan nama Malika. Kali ini dia memutuskan untuk menulisnya di selembar kertas.

"Quuu-lot-ta, ish, susah banget, sih?"

"Qu-lllo, bleh. El, el, hufh." Brayen masih berusaha, bahkan dia sampai tidak keluar kamar.

"Al, al, arl." Kali ini dia mencoba mengucapkan dalam bahasa Inggris. "Ahhh, this is not easy."

Brayen benar-benar merasa kesulitan mengucapkan huruf R. Sejak kecil dia cadel apalagi memang terbiasa bicara dengan bahasa Inggris di mana pengucapan huruf R tidak begitu terasa dan sekarang dia mulai frustrasi.

"Maybe, David can help me," gumamnya, menemukan sebuah ide yang, entahlah.

Maka dicarilah nomor kontak rekannya itu dalam tumpukan kertas-kertas kartu nama dan setelah menemukan dia pun mengetikkannya di layar smartphone, lalu menekan tombol dial.

"Hello, sape ni?" tanya orang di seberang telepon.

"Holla, Dav, awak ni," jawab Brayen. Setelah menunggu lama, panggilannya pun tersambung.

"Awak sape?"

"Bhae, nih. Elah, perlu VC?"

"Bhae?" tanya David di seberang sambungan sedikit heran. "Lu ngapain pake ganti nomor? Dikejar depkolektor?"

"Kurang asem lu, ponsel gue ilang di bandara!"

"Nape kagak lu sekalian aja yang ilang?"

"Your feat! Kurang kerjaan, resek lu. Sobat apaan, doain sobat sendiri yang kagak-kagak!"

"Iye, iye, sorry, Bro!"

"Gue lagi pusing, nih, lu tahu gak? Caranya biar gue bisa ngomong el?"

"What? El?"

"Serius gue!"

"Lah, gue juga serius, Oppa!"

"Ar, maksud gue, itulah satu hurup di belakang Kiu. Lu tahu sendirilah, gue cadel?"

"Lu mau ikutan Indonesian idol emangnya?" tanya David. "Atau casting peran?"

"Kagak. Gue mau ngucapin ijab-qabul!"

"What?" David kaget mendengar pengakuan Brayen sampai tersedak minumannya.

"Gue serius!"

"Sama dokter itu?"

"Iyalah, emang siapa lagi?"

"Warbyasah. Salut gue, Bro! E, tunggu bentar, lu kemarin ketemu Vika di Bali?" tanya David penasaran. "Tuh cewe bilang ke gue mau ngajakin lu rujuk katanya. Gue kira lu kagak serius sama si dokter. Ya, gue kasih tau aja kalau lu lagi ada di Bali."

"Resek, jadi lu yang kasih tahu gue ada di Bali? Lamaran gue hampir gatot gara-gara tuh cewek, bayangin aja, tu anak main nemplok aja di depan Malika," omel Brayen sambil menjambak rambutnya sendiri, kesal.

Ting tong!

"Eh, bentar, ada tamu. Urusan kita belum kelar, oke. Pokoknya gue gak suka, lu deket-deketin gue lagi sama Vika, bye!"

Setelah menutup sambungan teleponnya, Brayen berjalan menuju pintu sambil menggerutu, "Emang, ya, si David kutu kupret, resek. Untung Malika ga terpengaruh."

"Siapa?!" teriaknya memastikan siapa tamunya, bukankah hari ini dia free kelas baking?

Hening, tidak ada jawaban.

Chef Galak tapi GantengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang