SAHABAT KARIB
Dret! Dret! Dret!
Setengah mengomel, Brayen mencoba bangkit dari lantai dan menempelkan kepalanya di ranjang, matanya masih terpejam, pedas.
'Siapa pula yang nelepon di jam Cinderella udah balik kostan gini,' batinnya sambil menepuk-nepuk kasur, meraba bawah bantal dan guling mencari ponselnya.
Setelah menemukan apa yang dia cari, Brayen memicingkan mata bergantian. Tertera nama si penelepon 'David'. Malas, Brayen menggeser tombol reject dan berkata, "Ya ampun, baru juga jam setengah tiga, gangguin mimpi orang aja, resek!"
Kembali Brayen mencoba tidur sambil menggantungkan badan. Sebagian masih di lantai dan kepalanya di kasur. Namun, benda kotak pipih di genggamannya kembali bergetar. Terpaksa dia pun menggeser tombol accept.
"Hemmm, what's up," jawabnya dengan suara serak dan mata terpejam sementara posisi masih belum berubah.
"Bhae, woy! Masih molor, lu?" David bertanya dari seberang.
"Ngapain, sih, resek, lu, Dav?" Brayen tanya balik.
"Bukain pintulah, saye dah di depan ini."
"Hah? Demi apa?"
"Demikian dan terima gajian."
"Resek, serius, lu?" Kali ini Brayen menjawab telepon sambil duduk di ranjang.
"Yoi, bukain, gih, cepet!"
Penasaran, Brayen pun bangkit, menyambar gelas berisi air putih di nakas dan menandaskan isinya. Kemudian, meraih handuk kecil di kursi, mengelap keringat, lalu berjalan ke arah pintu sambil berkata, "Lu bertamu kagak ada aturan maen."
Setengah tidak percaya, Brayen mengintip keluar melalui lubang kaca di pintu dan berteriak, "Resek!" Kemudian, menutup panggilan sepihak.
"Bener-bener, tuh, anak. Minta dikibas," omelnya sambil berjalan kembali ke kamar, kemudian langsung menuju kamar mandi.
***
Jam setengah enam pagi, Brayen menelepon David kembali. Saat sambungan terhubung, dia pun menanyakan sahabatnya itu tinggal di hotel mana? Kemudian, Brayen bergegas menuju hotel yang ditunjuk si David. Sesampai di hotel, Brayen protes kepada David, karena sudah membuatnya migrain.
"Sorry, sorry, bukan maksud aku nak ganggu malam Minggu engkau, sumvah," elak David.
"Gak kira-kira lu, gue pikir serius, elah."
"Iye, maaf."
"Di Jakarta sampai kapan?"
"Esok dah mesti balik KL."
KAMU SEDANG MEMBACA
Chef Galak tapi Ganteng
RomansaTerlahir dengan bakat memasak dan membuat aneka kue, Brayen Emeraldi mencoba keberuntungan dalam ajang pencarian bakat yang diadakan oleh stasiun TV nasional CMI (Chef Master Indonesia) Memiliki wajah yang mirip dengan salah satu aktor Korea, Lee Se...